Polisi Ambil Sampel DNA Keluarga Sri Panuti
A
A
A
BATANG - Petugas dari Polres Batang, Jawa Tengah, kemarin mengambil sampel DNA (Deoxyribonucleic Acid) keluarga Sri Panuti, 43, tenaga kerja Indonesia yang diduga menjadi korban mutilasi di Malaysia.
Sampel DNA tersebut nantinya dikirim ke Malaysia untuk dicocokkan dengan korban. Dokter Kepala Urusan Kesehatan (Paurkes) Polres Batang, dr Cipto Waluyo, mengungkapkan, sampel DNA keluarga korban diambil dari dua anak Sri, yakni berupa kelenjar ludah dan sampel darah. “Sampel kami ambil dari anak keduanya, yakni Aris, 21, dan anak keempatnya, Anggi Meilinda, 15,” tuturnya.
Menurut Cipto, sampel DNA tersebut selanjutnya akan dibawa ke Polda Jateng untuk diperiksa dan dicocokkan dengan DNA korban mutilasi di Malaysia yang diduga adalah Sri. “DNA-nya akan diperiksa lebih lanjut di Polda Jateng. Nantinya akan dicocokkan dengan DNA korban mutilasi itu,” ungkapnya.
Kepala Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Jateng AB Rachman mengatakan, hingga kini belum ada kejelasan informasi terkait korban mutilasi tersebut. Dari penelusuran informasi terkait, belum ditemukan kejelasan, tapi sudah mendekati.
“Memang belum ada kejelasan, tapi sudah mengarah ke sana. Kami juga sudah bahas bersama jajaran KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia),” ujar Rachman di rumah korban kemarin. Dia menambahkan, saat ini jenazah korban masih dititipkan di salah satu rumah sakit di daerah Perak, Malaysia.
Hasil pemeriksaan DNA itu diharapkan membantu mengungkap identitas jenazah itu. “Sehingga, kalau memang itu jenazah Sri Panuti, kami usahakan agar mempercepat proses pemulangannya. Keluarga korban juga berharap jenazah tersebut dibawa pulang, jika itu benar Sri,” katanya.
Bibi korban, Karmutinah, 50, mengatakan, Sri memiliki ciri-ciri khusus pada bagian tubuh keponakannya itu, yakni bekas luka pitak di kepala dan bekas gigi dicabut. “Selain itu juga ada goresan di kaki terkena kelapa sawit, dan rambutnya lurus di-rebonding pada Oktober lalu. Kami berharap pemerintah bisa membantu mengembalikan jenazah keponakan saya itu,” harapnya.
Kasus pembunuhan Sri memang menjadi perhatian serius KBRI di Kuala Lumpur. Jasad ibu empat anak ini ditemukan tewas dimutilasi dan dimasukkan dalam karung di kebun sawit di Kampung Majuh, Ipoh, Perak, Jumat (28/11). Lokasi penemuan mayat tak jauh dari tempatnya bekerja sebagai tukang masak di perkebunan sawit itu sejak 1998.
“Kabar kematian Sri diterima pihak keluarga dari keterangan Hendra, teman dekat korban. Hendra yakin itu mayat Sri karena baju yang dikenakan korban merupakan pemberian Hendra,” kata Wakil Duta Besar RI di Malaysia, Hermono, melalui sambungan telepon internasional, kemarin.
Sayangnya, kata Hermono, sosok Hendra yang menjadi saksi kunci dalam kasus ini sudah menghilang. Padahal, Hendra yang mengabarkan kasus kematian Sri ke pihak keluarga dan kemudian diteruskan ke KBRI Kuala Lumpur. “Ponselnya sudah tak aktif. Keberadaannya masih belum diketahui,” kata Hermono.
Prahayuda febrianto/Hendra zaimi
Sampel DNA tersebut nantinya dikirim ke Malaysia untuk dicocokkan dengan korban. Dokter Kepala Urusan Kesehatan (Paurkes) Polres Batang, dr Cipto Waluyo, mengungkapkan, sampel DNA keluarga korban diambil dari dua anak Sri, yakni berupa kelenjar ludah dan sampel darah. “Sampel kami ambil dari anak keduanya, yakni Aris, 21, dan anak keempatnya, Anggi Meilinda, 15,” tuturnya.
Menurut Cipto, sampel DNA tersebut selanjutnya akan dibawa ke Polda Jateng untuk diperiksa dan dicocokkan dengan DNA korban mutilasi di Malaysia yang diduga adalah Sri. “DNA-nya akan diperiksa lebih lanjut di Polda Jateng. Nantinya akan dicocokkan dengan DNA korban mutilasi itu,” ungkapnya.
Kepala Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Jateng AB Rachman mengatakan, hingga kini belum ada kejelasan informasi terkait korban mutilasi tersebut. Dari penelusuran informasi terkait, belum ditemukan kejelasan, tapi sudah mendekati.
“Memang belum ada kejelasan, tapi sudah mengarah ke sana. Kami juga sudah bahas bersama jajaran KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia),” ujar Rachman di rumah korban kemarin. Dia menambahkan, saat ini jenazah korban masih dititipkan di salah satu rumah sakit di daerah Perak, Malaysia.
Hasil pemeriksaan DNA itu diharapkan membantu mengungkap identitas jenazah itu. “Sehingga, kalau memang itu jenazah Sri Panuti, kami usahakan agar mempercepat proses pemulangannya. Keluarga korban juga berharap jenazah tersebut dibawa pulang, jika itu benar Sri,” katanya.
Bibi korban, Karmutinah, 50, mengatakan, Sri memiliki ciri-ciri khusus pada bagian tubuh keponakannya itu, yakni bekas luka pitak di kepala dan bekas gigi dicabut. “Selain itu juga ada goresan di kaki terkena kelapa sawit, dan rambutnya lurus di-rebonding pada Oktober lalu. Kami berharap pemerintah bisa membantu mengembalikan jenazah keponakan saya itu,” harapnya.
Kasus pembunuhan Sri memang menjadi perhatian serius KBRI di Kuala Lumpur. Jasad ibu empat anak ini ditemukan tewas dimutilasi dan dimasukkan dalam karung di kebun sawit di Kampung Majuh, Ipoh, Perak, Jumat (28/11). Lokasi penemuan mayat tak jauh dari tempatnya bekerja sebagai tukang masak di perkebunan sawit itu sejak 1998.
“Kabar kematian Sri diterima pihak keluarga dari keterangan Hendra, teman dekat korban. Hendra yakin itu mayat Sri karena baju yang dikenakan korban merupakan pemberian Hendra,” kata Wakil Duta Besar RI di Malaysia, Hermono, melalui sambungan telepon internasional, kemarin.
Sayangnya, kata Hermono, sosok Hendra yang menjadi saksi kunci dalam kasus ini sudah menghilang. Padahal, Hendra yang mengabarkan kasus kematian Sri ke pihak keluarga dan kemudian diteruskan ke KBRI Kuala Lumpur. “Ponselnya sudah tak aktif. Keberadaannya masih belum diketahui,” kata Hermono.
Prahayuda febrianto/Hendra zaimi
(bbg)