Senat AS Rilis Laporan Penyiksaan CIA

Rabu, 10 Desember 2014 - 16:30 WIB
Senat AS Rilis Laporan...
Senat AS Rilis Laporan Penyiksaan CIA
A A A
WASHINGTON - Kedutaan besar, pangkalan militer, serta kepentingan bisnis Amerika Serikat (AS) di seluruh dunia dalam status siaga, setelah penerbitan laporan penyiksaan yang dilakukan Badan Intelijen AS (CIA), kemarin.

Komite Intelijen Senat AS merilis laporan penyelidikan terhadap skandal penyiksaan tahanan Al-Qaeda oleh agen CIA saat melakukan interogasi pascaserangan 11 September 2001. Kesimpulan laporan setebal 480 halaman itu memuat berbagai metode kontroversial interogasi, termasuk dengan kekerasan fisik dan seksual.

“Pemerintah mengambil sikap bijaksana dengan meningkatkan keamanan preventif di fasilitas AS (di dalam negeri) dan misi diplomatik di seluruh dunia,” kata Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest, dikutip AFP , Senin (8/12) waktu setempat. Beberapa indikasi telah menunjukkan bahwa pengumuman laporan itu akan meningkatkan risiko bahaya terhadap fasilitas dan warga AS di seluruh dunia.

Earnest menambahkan, pembeberan laporan penyiksaan itu akan berdampak luas. “Pengungkapan laporan (penyiksaan CIA) yang akan memicu gelombang kemarahan (di seluruh dunia),” ungkapnya. Dia mengatakan, pemerintah AS mendengar dari Komite Intelijen Senat yang akan merilis laporan itu.

Prediksi adanya ancaman serangan terhadap fasilitas AS di luar negeri dan dalam negeri juga dibenarkan Juru Bicara Pentagon Kolonel Steve Waren. “Ada kemungkinan perilisan laporan itu akan menyebabkan kerusuhan,” tutur Waren. Pentagon telah memerintahkan seluruh komandan militer untuk melakukan langkah-langkah preventif. Pengungkapan laporan oleh Komite Intelijen Senat itu akan menjadi keterbukaan pertama kepada publik dalam hal penyiksaan terhadap tahanan Al- Qaeda.

Penyiksaan itu dilakukan agen rahasia CIA di berbagai fasilitas rahasia di Eropa dan Asia selama beberapa tahun setelah serangan 11 September 2001. Komite Senat merilis rangkuman setebal 480 halaman dari 6.000 halaman yang dikompilasikan anggota senat dari Partai Demokrat.

Berbagai metode penyiksaan yang dilakukan CIA itu untuk menggali informasi penting dari para tersangka. Laporan itu juga menyatakan interogasi dengan kekerasan gagal memberikan hasil yang diinginkan. Publikasi laporan itu sempat tertunda karena adanya ketidaksetujuan di Washington tentang apa yang seharusnya dipublikasikan.

Seluruh laporan setebal 6.000 halaman yang dibuat Komite Intelijen Senat itu tetap bersifat rahasia. Presiden Barack Obama menghentikan program interogasi CIA ketika dia mulai menjabat pada 2009. Obama mengakui bahwa metode yang digunakan untuk menginterogasi tawanan Al-Qaeda termasuk penyiksaan.

Selama masa kepemimpinan Presiden George W Bush, operasi CIA melawan Al- Qaeda yang dikenal sebagai Rendition, Dention, andInterrogation, berhasil menangkap dan memenjarakan 100 tersangka teroris di “lokasi hitam” di luar AS. Metode penyiksaan yang dilakukan CIA di antaranya penyiksaan air, dibuat dingin, dan gangguan saat tidur.

Dalam laporan itu disebut, pemimpin operasi Al-Qaeda Abdel Rahman al-Nashiri, otak serangan bom Kapal Induk USS Cole, diancam dengan alat bor. Pendekatan kekerasan seksual juga dilakukan para agen CIA terhadap para terdakwa. Seperti dilansir Reuters, dokumen itu membeberkan seorang tahanan yang diancam kekerasan seksual dengan gagang sapu.

Publikasi laporan tersebut muncul dari senator Partai Demokrat Dianne Feinstein yang memimpin Komite Intelijen. Menteri Luar Negeri AS John Kerry sebelumnya meminta Feinstein untuk mempertimbangkan waktu perilisan laporan itu. Organisasi pemantau hak asasi manusia, Human Rights Watch (HRW), menyebutkan penundaan publikasi itu menunjukkan betapa penting isi dokumen yang berisi program penyiksaan mengerikan ala CIA.

“Kebijakan luar negeri AS lebih baik mengungkapkan penyalahgunaan dibandingkan menutupi kebenaran,” tutur Direktur HRW Sarah Margon, dikutip BBC . Namun demikian, sejumlah senator Partai Republik menganggap perilisan laporan itu sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab dan hal sembarangan.

“Kita peduli kalau pengungkapan laporan ini membahayakan kehidupan warga AS di luar negeri, memperburuk hubungan AS dengan mitra asing, memicu kekerasan, menciptakan permasalahan dengan aliansi kita, dan dijadikan alat rekrutmen bagi musuh kita,” kata Senator Marco Rubio dan Jim Risch.

Andika hendra m
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8087 seconds (0.1#10.140)