Tantangan Berat Pengganti Hagel

Kamis, 04 Desember 2014 - 12:05 WIB
Tantangan Berat Pengganti...
Tantangan Berat Pengganti Hagel
A A A
NEW YORK - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama memilih Ashton B. Carter menjadi menteri pertahanan AS menggantikan Chuck Hagel yang mengundurkan diri pekan lalu.

Carter ditunjuk karena memiliki latar belakang sangat bagus saat menjabat sebagai sekretaris deputi pertahanan AS. Nama Carter dalam dunia pertahanan AS sudah tak perlu dipertanyakan lagi. Selama perang Irak dan Afghanistan, dialah yang berperan mempercepat produksi dan pengiriman kendaraan lapis baja serta persenjataan untuk melindungi pasukan AS dari serangan bom.

Figur berusia 60 tahun ini diharapkan dapat mengelola dana perang di Pentagon dalam menghadapi pemotongan belanja wajib. Pengangkatan Carter sebagai menteri pertahanan masih menunggu pembicaraan lebih lanjut. Tapi, Pemerintah AS sepertinya akan segera mengumumkan dalam waktu dekat.

“Ada proses konfirmasi, di mana setiap orang dengan profil politik Gedung Putih harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari senat,” jelas Anthoni Cordesman, seorang ahli keamanan nasional dari Center for Strategic and International Studies, dikutip The New York Times. Yang pasti pengalaman Carter dibutuhkan Pemerintah Obama saat ini. Pada masa Presiden Bill Clinton, dia sempat menjabat sebagai asisten menteri pertahanan untuk kebijakan keamanan internasional.

Ketika menjabat sebagai sekretaris deputi pertahanan pada 2011-2013, dia juga memiliki peran penting di Pentagon. Tanggung jawabnya di Pentagon waktu itu meliputi; melawan senjata pemusnah massal di seluruh dunia, pengawasan program pertahanan senjata nuklir AS dan rudal, kebijakan men g e n a i runtuhnya Uni Soviet (termasuk senjata nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya), dan pimpinan NATO High Level Group.

Sosok yang menerima gelar doktor dalam fisika teoritis dari Universitas Oxford ini sangat berperan dalam menghapus semua senjata nuklir dari wilayah Ukraina, Kazakhstan, dan Belarusia, serta menjalin hubungan pertahanan dan intelijen dengan negara-negara dari bekas Uni Soviet saat Perang Dingin berakhir.

Penyandang gelar sarjana di bidang fisika dan sejarah abad pertengahan dari Yale University ini juga menjadi tokoh kunci dalam program Nunn- Lugar Cooperative Threat Reduction, sebuah program yang dibuat untuk mendukung penghapusan nuklir, kimia, dan senjata biologi dari bekas negara Uni Soviet, termasuk penghapusan rahasia 600 kilogram uranium yang diperkaya di Kazakhstan dalam operasi yang diberi nama kode proyek Sapphire.

Pengalaman Carter dalam melakukan diplomasi sangat dibutuhkan AS yang kini tengah dilanda krisis kepercayaan dengan Korea Utara dan China. Penulis 11 buku dan lebih dari 100 artikel tentang fisika, teknologi, keamanan nasional, dan manajemen ini juga diharapkan dapat menyelesaikan kasus ISIS yang menjadi alasan Hagel mengundurkan diri.

Rini Agustina
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8886 seconds (0.1#10.140)