Keputusan OPEC Untungkan Arab Saudi

Rabu, 03 Desember 2014 - 12:04 WIB
Keputusan OPEC Untungkan Arab Saudi
Keputusan OPEC Untungkan Arab Saudi
A A A
RIYADH - Arab Saudi menyatakan puas dengan keputusan OPEC mempertahankan output, meskipun suplai minyak melimpah dan harganya terus turun.

“Dewan Menteri puas dengan keputusan yang mencerminkan persatuan dan solidaritas organisasi,” papar pernyataan resmi pemerintah Arab Saudi yang dirilis Saudi Press Agency (SPA) awal pekan ini. Kabinet Saudi mendapat penjelasan terkait rapat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) di Wina pada Kamis (27/11) lalu.

Kartel minyak yang memompa sepertiga minyak dunia itu mempertahankan produksi 30 juta barel minyak per hari, membuat harga minyak AS turun lebih dari USD4 pada pembukaan perdagangan Jumat (28/11) setelah rapat tersebut. Penurunan harga terus terjadi saat pasar kembali dibuka awal pekan ini. Negara-negara miskin yang menjadi anggota OPEC, termasuk Venezuela, meminta produksi dikurangi untuk melindungi pendapatan nasional mereka.

SPA menyatakan kabinet Saudi menegaskan bahwa kerajaan itu memberi perhatian pada stabilitas pasar internasional. “Kebijakan ini berdasarkan kepentingan ekonomi jangka pendek dan jangka panjang kerajaan,” ungkap laporan SPA. Para analis berpendapat pengekspor minyak terbesar di OPEC itu ingin melihat para produsen shale oil di AS menderita akibat harga yang rendah.

Di sisi lain, Arab Saudi ingin mempertahankan pangsa pasarnya di sektor yang semakin kompetitif tersebut. “Arab Saudi secara ekonomi cukup kuat untuk menghadapi harga yang lebih rendah,” papar pernyataan analis. Awal pekan ini, harga minyak untuk pengiriman ke depan, terus turun ke level terendah dalam lima tahun. Minyak mentah acuan AS, West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Januari mencapai USD63,72 per barel.

Adapun minyak mentah Brent untuk Januari turun menjadi USD67,53. Padahal, harga minyak mentah mencapai di atas USD100 pada tahun ini. Adapun bursa saham global kemarin turut melemah karena berbagai faktor, termasuk karena lemahnya aktivitas manufaktur di China dan Eropa, serta kekhawatiran melemahnya pertumbuhan global, serta penurunan harga saham Apple, serta pemangkasan peringkat kredit Jepang oleh Moodys.

Hanya minyak kemarin mulai bangkit setelah mencapai titik terendah dalam lima tahun. Harga minyak dunia turun 40% sejak Juni lalu, disebabkan melimpahnya suplai. Meski demikian, rendahnya harga minyak itu mungkin telah memengaruhi aktivitas pengeboran di industri shale oil AS yang dapat memengaruhi suplai minyak mentah global.

Minyak mentah Brent turun ke level terendah USD67,53 per barel, terendah sejak Oktober 2009, sebelum naik menjadi USD71,08, naik USD93 sen. Minyak mentah AS naik USD1,22 menjadi USD67,37 per barel. Presiden Venezuela Nicolas Maduro meminta pemerintahannya memangkas anggaran saat harga minyak mentah terus melemah, setelah OPEC mempertahankan jumlah output minyak.

Pemimpin sayap kiri itu menyerukan pengurangan skala besar terhadap gaji para pejabat senior pemerintahan, mulai perusahaan-perusahaan negara, kementerian, hingga gajinya sendiri. Harga minyak turun hingga sepertiga dalam semester II/2014, mengurangi pendapatan pemerintah di negara yang 96% pendapatannya dari penjualan minyak. “Saya telah memerintahkan pemangkasan anggaran negara,” ungkap Maduro, dikutip kantor berita AFP .

Venezuela saat ini juga mengalami kekurangan bahan kebutuhan pokok dan inflasi yang tinggi. Menurut Maduro, Menteri Ekonomi Venezuela Rodolfo Marco Torre akan ke China untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan keuangan yang akan membantu negara itu menutupi kekurangan dari pendapatan minyak. Venezuela merupakan anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Negara itu mendesak OPEC mengurangi produksi agar harga minyak naik. Namun, Arab Saudi dan negara-negara Teluk menolak usulan ter - sebut. OPEC tetap mempertahankan batas output maksimal 30 juta barel per hari, selama tiga tahun, walaupun terjadi kelebihan suplai sehingga harga turun. Para analis memperingatkan harga dapat terus turun. Maduro menjelaskan Venezuela sangat yakin harga minyak seharusnya tidak boleh lebih rendah dari USD100.

Di sisi lain, dolar menguat dibandingkan mata uang lain pada Jumat (28/11) setelah rapat OPEC. Kartel minyak itu tampaknya tidak merespons agresif penurunan harga minyak tersebut. “Rubel Rusia, krone Norwegia, dan dolar Kanada, semuanya mata uang yang sangat sensitif dengan perubahan harga minyak. Semuanya melemah,” ungkap Nick Bennenbroek, kepala strategi mata uang di Wells Fargo Securities.

Sebelumnya, OPEC mendapat tekanan dari negara-negara paling miskin yang menjadi anggotanya, seperti Venezuela dan Ekuador, untuk memangkas output minyak saat harga yang turun mengakibatkan berkurangnya pendapatan mereka. Di sisi lain, anggota OPEC dari negara-negara Teluk menolak desakan agar mengurangi produksi, kecuali mereka mendapat jaminan pangsa pasar di sektor yang sangat kompetitif tersebut.

Arab Saudi menegaskan, negara-negara Teluk telah mencapai konsensus tentang apa yang perlu dilakukan terkait level suplai minyak. Arab Saudi berharap anggota lain akan setuju. “Saya yakin OPEC mampu mengambil langkah yang solid,” kata Menteri Minyak Saudi Ali al-Naimi, dikutip kantor berita AFP .

OPEC memompa 30,6 juta barel minyak per hari (bpd) bulan lalu, di atas target 30 juta bpd, menurut data Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA).

Syarifudin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6109 seconds (0.1#10.140)