Massa Prodemokrasi Dipaksa Mundur

Selasa, 02 Desember 2014 - 11:34 WIB
Massa Prodemokrasi Dipaksa Mundur
Massa Prodemokrasi Dipaksa Mundur
A A A
HONG KONG - Ketua Eksekutif Hong Kong Leung Chun-ying kemarin menandaskan aksi protes pengunjuk rasa prodemokrasi sebagai tindakan sia-sia. Dia meminta pengunjuk rasa bubar dan tidak kembali menggelar demonstrasi.

Chun-ying sebelumnya mengatakan pihak keamanan Hong Kong akan berupaya seminimal mungkin dalam menggunakan kekerasan saat mengusir pengunjuk rasa. Namun, dia tidak membantah akan mengeluarkan perintah yang lebih tegas jika pengunjuk rasa bandel. Tak terkecuali dengan jumlah personel yang lebih banyak.

“Saya sudah mengatakan sebelumnya bahwa Occupy Central bukan hanya ilegal, tapi juga sia-sia. Aksi protes berkelanjutan yang dilakukan mereka tidak dapat ditoleransi,” kata Chunying, dikutip AFP. “Sekarang dukungan masyarakat terhadap polisi meningkat. Polisi akan melaksanakan tugas mereka tanpa tergesa-gesa,” sambungnya.

Akhir-akhir ini aksi demonstrasi di Hong Kong sering berakhir ricuh. Polisi dan pengunjuk rasa bentrok di beberapa tempat. Padahal, sebelumnya aksi demonstrasi berlangsung damai. Pengunjuk rasa bahkan bisa bersuara lebih nyaring. Mereka sempat mengirimkan perwakilan untuk berunding dengan pemerintah. Pengunjuk rasa prodemokrasi sudah berdemo lebih dari duabulan. Merekaturunkejalan, membangun tenda, dan memblokade jalan hingga melumpuhkan ekonomi di beberapa titik.

Seiring perkembangan yang negatif, dukungan terhadap pengunjuk rasa menurun. Jumlah mereka juga merosot drastis. Pemerintah melihat pengunjuk rasa sudah lemah. Namun, beberapa pengunjuk rasa tetap bertahan dan menuntut demokrasi yang bersih dan adil pada pemilihan umum (pemilu) Ketua Eksekutif 2017. Mereka tidak ingin ada intervensi China yang berencana menyaring setiap kandidat yang diduga akan didasarkan pada loyalitas.

Pengunjuk rasa tidak ingin menyerah. Begitu pun dengan pemerintah. Petugas keamanan dari polisi kembali diturunkan. Selain diinstruksikan untuk membongkar barikade, mereka juga boleh menindak tegas pengunjuk rasa yang melawan. Dalam keadaan terdesak mereka bisa menggunakan pentungan dan semprotan merica.

Kemarin pagi gedung pemerintahan terpaksa ditutup dan sidang legislatif ditunda. Pengunjuk rasa menerobos garis polisi dan menduduki jalan utama di luar kompleks pada malam hari. Polisi lalu mengusir pengunjuk rasa dengan pentungan dan semprotan merica. “Kami tidak memiliki pilihan lain,” ujar mereka. Pengunjuk rasa kembali mundur ke situs protes Admiralty pada pagi harinya.

“Saya merasa geram, tapi tidak ada yang bisa kami lakukan,” ujar salah satu pengunjuk rasa Justin Yan. “Polisi seharusnya melindungi warga, bukan melukai. Kami melihat apa yang mereka lakukan. Jadi kami tidak lagi percaya pada mereka,” tambahnya. Dalam bentrokan itu polisi menangkap 40 orang. Sedikitnya, kata juru bicara (jubir) otoritas setempat, 11 polisi mengalami luka-luka. Saat ini sekitar 37 orang sedang menjalani perawatan di rumah sakit (RS) terdekat.

Ironisnya, pengorbanan itu belum tentu akan berbuah manis mengingat komitmen pemerintah sangat kuat. Pengunjuk rasa kini mulai cemas eksistensi mereka di Admiralty juga akan segera sirna. Polisi bukan tidak mungkin akan melakukan operasi pembongkaran. Pengunjuk rasa Eppie Chan mengaku tidak tahu apa yang harus dilakukan. “Kami merasa geram dan lelah. Semua emosi yang muncul sangat negatif dan tinggi,” katanya.

Namun, kondisi di Admiralty mulai tenang menjelang sore. Pada pekan pertama demonstrasi, Admiralty menjadi titik perkumpulan pengunjuk rasa. Sekitar 10.000 pelajar berkumpul di sana. Namun, jumlahnya menurun seiring perkembangan negatif. Beberapa pengunjuk rasa memilih pulang mengikuti ujian tengah semester (UTS). Sejumlah warga Hong Kong juga meminta pengunjuk rasa bubar.

Mereka menilai aksi blokade pengunjuk rasa tengah menghambat lalu lintas bisnis. Polisi sudah membongkar barikade macan di beberapa wilayah. Salah satunya Mongkok. Selama operasi polisi tengah menangkap lebih dari 140 pengunjuk rasa.

Muh shamil
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7332 seconds (0.1#10.140)