Internet Mempermudah Kelompok Teroris Menyebarkan Pengaruh
A
A
A
INTERNET memiliki peranan penting dalam mendukung tugas para intelijen pemerintah. Di negara yang mengalami krisis politik, internet juga menjadi media utama kelompok separatis atau radikal.
Mereka tidak hanya menggunakannya untuk merekrut tapi juga untuk berkomunikasi dengan para intelijen ganda. Al-Qaeda misalnya. Organisasi yang disebut pemerintah Afghanistan dan Amerika Serikat (AS) sebagai teroris itu bergantung salah satunya kepada internet dalam menjaring informasi penting yang dirahasiakan agen Pemerintah Afghanistan dan agen AS.
Al-Qaeda jelas tidak sembarangan menanamkan orang ke markas agen AS, Central Intelligence Agency (CIA), di dekat perbatasan Afghanistan-Pakistan. Mereka telah memilih orang yang paling bisa dipercaya dan pandai beradaptasi. Sehingga, agen Al-Qaeda mampu “bersembunyi” berbulan-bulan tanpa tercium. Salah satu intelijen Al- Qaeda yang fenomenal ialah Humam al-Balawi.
Saat bertugas di markas agen pemerintah dan CIA, dia seakan berjuang dan berperan sentral dalam menggali informasi mengenai kepemimpinan Al-Qaeda. Melalui informasi itu, dia sukses membangun kepercayaan dan menjadi organ agen pemerintah dan CIA. Reporter Washington Post Joby Warrick dalam bukunya, The Triple Agent: The al-Qaeda Mole Who Infiltrated the CIA, juga memuji penyamaran Humam.
“Dia sanggup masuk ke tenda Al-Qaeda. Video kirimannya merupakan bukti kuat yang membuat agen pemerintah dan CIA berpikir, ‘Kita memiliki aset berharga di sini’,” kata Warrick. Evan Kohlmann, konsultan terorisme Amerika, juga mengungkapkan kecerdasan Humam dalam menyempurnakan kedoknya. Di internet, Humam mengganti namanya menjadi Abu Dujana al-Khorasani.
Dengan demikian, dia mampu menghubungi Al-Qaeda dan Taliban tanpa terdeteksi agen pemerintah atau CIA. Loyalitas asli Humam baru terbongkar setelah adanya penelusuran mengenai motif dirinya meledakkan diri di kantor CIA yang menewaskan tujuh agen. CIA akhirnya sadar Humam merupakan agen ganda. Mereka pun dikritik karena kesalahan seperti itu belum pernah terjadi sejak sekitar 30 tahun yang lalu.
“Humam rajin menggunakan komputer dan ternyata memilikiambisiyangsangat serius,” ujar Kohlmann, dikutip Fordham. Internet membantu Humam anonim setiap masa. Dia bahkan bisa memiliki dan berganti nama avatar sebanyak yang dia mau. Kohlmann salut danmengakuiinisebagaitindakan intelijen tertinggi Al-Qaeda. Dengan akses tak terbatas dan jangkauan yang luas, Al- Qaeda semakin mudah mencari saran, bantuan, atau dukungan.
Mereka tidak kesulitan dan berhasil mempertahankan diri dalam jangka panjang. “Jaringan online bagi mereka lebih penting dari apapun. Internet menjadi lem yang melekatkan jaringan teroris,” kata Kohlmann. Internet jelas memiliki kelebihan. Kelompok macam Al- Qaeda tidak perlu mengeluarkan dana yang besar dalam membangun dan mengembangkan jaringan di seluruh dunia.
Setiap orang bisa terhubung secara instan tanpa terhalang dinding gedung atau batas negara. Regenerasi kelompok pun semakin mudah. Antisipasi mengenai hal ini masih sulit. Apalagi, setiap orang tidak bisa terdeteksi, kecuali tepergok. “Internet mirip kartun di majalah New York yang menunjukkan seekor anjing di belakang komputer. Anjing itu bisa menegaskan, ’di internet, tidak ada yang tahu kamu adalah anjing,’” tutur Kohlmann, mengibaratkan.
Penggunaan internet oleh kelompok radikal membuat persaingan sengit. Sebab, sisi lain mereka yang jarang terekspose dapat tersampaikan ke simpatisan di seluruh dunia, terlepas simpatisan tertarik bergabung langsung atau tidak. Internet bahkan 90% menjadi media utama dan pertama kelompok radikal.
Muh shamil
Mereka tidak hanya menggunakannya untuk merekrut tapi juga untuk berkomunikasi dengan para intelijen ganda. Al-Qaeda misalnya. Organisasi yang disebut pemerintah Afghanistan dan Amerika Serikat (AS) sebagai teroris itu bergantung salah satunya kepada internet dalam menjaring informasi penting yang dirahasiakan agen Pemerintah Afghanistan dan agen AS.
Al-Qaeda jelas tidak sembarangan menanamkan orang ke markas agen AS, Central Intelligence Agency (CIA), di dekat perbatasan Afghanistan-Pakistan. Mereka telah memilih orang yang paling bisa dipercaya dan pandai beradaptasi. Sehingga, agen Al-Qaeda mampu “bersembunyi” berbulan-bulan tanpa tercium. Salah satu intelijen Al- Qaeda yang fenomenal ialah Humam al-Balawi.
Saat bertugas di markas agen pemerintah dan CIA, dia seakan berjuang dan berperan sentral dalam menggali informasi mengenai kepemimpinan Al-Qaeda. Melalui informasi itu, dia sukses membangun kepercayaan dan menjadi organ agen pemerintah dan CIA. Reporter Washington Post Joby Warrick dalam bukunya, The Triple Agent: The al-Qaeda Mole Who Infiltrated the CIA, juga memuji penyamaran Humam.
“Dia sanggup masuk ke tenda Al-Qaeda. Video kirimannya merupakan bukti kuat yang membuat agen pemerintah dan CIA berpikir, ‘Kita memiliki aset berharga di sini’,” kata Warrick. Evan Kohlmann, konsultan terorisme Amerika, juga mengungkapkan kecerdasan Humam dalam menyempurnakan kedoknya. Di internet, Humam mengganti namanya menjadi Abu Dujana al-Khorasani.
Dengan demikian, dia mampu menghubungi Al-Qaeda dan Taliban tanpa terdeteksi agen pemerintah atau CIA. Loyalitas asli Humam baru terbongkar setelah adanya penelusuran mengenai motif dirinya meledakkan diri di kantor CIA yang menewaskan tujuh agen. CIA akhirnya sadar Humam merupakan agen ganda. Mereka pun dikritik karena kesalahan seperti itu belum pernah terjadi sejak sekitar 30 tahun yang lalu.
“Humam rajin menggunakan komputer dan ternyata memilikiambisiyangsangat serius,” ujar Kohlmann, dikutip Fordham. Internet membantu Humam anonim setiap masa. Dia bahkan bisa memiliki dan berganti nama avatar sebanyak yang dia mau. Kohlmann salut danmengakuiinisebagaitindakan intelijen tertinggi Al-Qaeda. Dengan akses tak terbatas dan jangkauan yang luas, Al- Qaeda semakin mudah mencari saran, bantuan, atau dukungan.
Mereka tidak kesulitan dan berhasil mempertahankan diri dalam jangka panjang. “Jaringan online bagi mereka lebih penting dari apapun. Internet menjadi lem yang melekatkan jaringan teroris,” kata Kohlmann. Internet jelas memiliki kelebihan. Kelompok macam Al- Qaeda tidak perlu mengeluarkan dana yang besar dalam membangun dan mengembangkan jaringan di seluruh dunia.
Setiap orang bisa terhubung secara instan tanpa terhalang dinding gedung atau batas negara. Regenerasi kelompok pun semakin mudah. Antisipasi mengenai hal ini masih sulit. Apalagi, setiap orang tidak bisa terdeteksi, kecuali tepergok. “Internet mirip kartun di majalah New York yang menunjukkan seekor anjing di belakang komputer. Anjing itu bisa menegaskan, ’di internet, tidak ada yang tahu kamu adalah anjing,’” tutur Kohlmann, mengibaratkan.
Penggunaan internet oleh kelompok radikal membuat persaingan sengit. Sebab, sisi lain mereka yang jarang terekspose dapat tersampaikan ke simpatisan di seluruh dunia, terlepas simpatisan tertarik bergabung langsung atau tidak. Internet bahkan 90% menjadi media utama dan pertama kelompok radikal.
Muh shamil
(ars)