Warga Israel Bakar Masjid di Palestina
A
A
A
TEPI BARAT - Sejumlah pemuda Israel kemarin membakar masjid di Desa Mughayer, Tepi Barat, Palestina. Tidak ada korban luka dan tewas dalam ketegangan di wilayah pendudukan Israel itu. “Para pemuda Yahudi memasuki Desa Mughayer di wilayah pendudukan Tepi Barat dan membakar lantai satu masjid.
Aksi itu memicu penduduk lokal keluar rumah,” kata pejabat kota, Faraj Naasan, kepada Reuters. Selain pembakaran masjid, berbagai aksi vandalisme juga terjadi terhadap mobil dan bangunan. “Pelakunya adalah warga dari permukiman Yahudi di dekat Desa Mughayer,” paparnya.
Pembakaran masjid itu terjadi pukul 03.30 dini hari. Penduduk Desa Mughayer menyadari adanya kebakaran dan asap yang berasal dari masjid. Mereka bahu-membahu memadamkan api yang berkobar sehingga hanya lantai satu yang terbakar. Penduduk mampu menyelamatkan lantai dua masjid itu.
Seperti dilaporkan kantor berita Palestina, Maan, beberapa karpet dan tembok masjid mengalami kerusakan. Tidak hanya itu, setumpuk kitab suci Alquran juga ikut hangus terbakar. Polisi Israel telah mengirimkan tim forensik dan unit kejahatan khusus ultranasional untuk memeriksa insiden pembakaran masjid itu. Namun, penduduk Mughayer mencegah polisi Israel memasuki desa mereka.
“Adanya keributan di wilayah (Mughayer) mencegah polisi melakukan investigasi,” kata juru bicara kepolisian Israel, Micky Rosenfeld, dikutip Al Jazeera. Dia tidak menjelaskan detail dampak kerusakan dan kerusuhan itu. Kepala Dewan Regional Shomron, Gershon Mesika, mengutuk pembakaran itu. “Belum ada warga Yahudi yang ditangkap atas tindakan pembakaran masjid itu,” paparnya.
Selain pembakaran masjid, sinagoga tempat ibadah Yahudi, juga dilempar bom molotov oleh orang tak dikenal di wilayah Shfaram, kota Arab yang didominasi warga Israel. Kerusakan sinagoga itu relatif sedikit. Polisi masih menyelidiki insiden itu. Sementara itu, sentimen anti-Arab juga semakin menguat di wilayah yang dihuni penduduk Israel.
Banyak grafiti di mobil dan bangunan yang bernada rasis, terutama di perkampungan Yerusalem. Ketegangan antara warga Palestina dan Israel meningkat dalam beberapa hari terakhir, menyusul keinginan warga Yahudi untuk mendapatkan akses beribadah di Masjid Al Aqsa. Kekerasan semakin meningkat setelah pasukan Israel menyerbu Masjid Al Aqsa pada Rabu (5/11) lalu.
Kemudian, pasukan Israel menembak mati seorang warga Palestina pada Selasa (11/11) lalu di Tepi Barat, sehari setelah warga Palestina menikam seorang tentara Israel dan seorang perempuan. Ketegangan terus berlanjut, meskipun Perdana Menteri Israel berjanji akan tetap mempertahankan status quo lokasi Masjid Al Aqsa.
Warga Yahudi ultranasionalis kerap menggelar demonstrasi untuk menuntut pemerintah Israel mencabut status quo. Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan PM Netanyahu tetap saling menyalahkan tentang penyebab ketegangan itu. Berdasarkan traktat perdamaian dengan Israel pada 1994, Yordania berstatus sebagai pengayom Masjid Al Aqsa.
Di dalam kompleks tersebut juga terdapat “Kubah Batu” yang dikelola para pegawai pemerintahan Yordania. Di lokasi itu, warga Yahudi dilarang berdoa. Umat muslim percaya Nabi Muhammad SAW pergi ke surga dari “Kubah Batu” pada abad ke-7. Presiden Abbas menuding seringnya terjadi kekerasan di Masjid Al Aqsa disebabkan banyak peziarah Yahudi yang provokatif.
“Israel juga telah memicu kawasan ini menuju perang agama,” katanya pada Selasa (11/11) saat acara peringatan 10 tahun kematian Pemimpin Palestina Yasser Arafat. Abbas mengungkapkan, Palestina akan mempertahankan Masjid Al Aqsa dari para ekstremis dan pemukim Yahudi.
Abbas juga menuding Hamas, kelompok yang menguasai Jalur Gaza, telah merusak upaya persatuan nasional dengan serangkaian serangan bom pekan lalu terhadap pemimpin Fatah, rival utama Hamas. Tudingan itu langsung dibantah Hamas. “Pidato Abbas itu penuh dengan kebohongan, penghinaan, dan kesalahan informasi,” kata Mushir al-Masri, juru bicara Hamas di Gaza.
Andika hendra m
Aksi itu memicu penduduk lokal keluar rumah,” kata pejabat kota, Faraj Naasan, kepada Reuters. Selain pembakaran masjid, berbagai aksi vandalisme juga terjadi terhadap mobil dan bangunan. “Pelakunya adalah warga dari permukiman Yahudi di dekat Desa Mughayer,” paparnya.
Pembakaran masjid itu terjadi pukul 03.30 dini hari. Penduduk Desa Mughayer menyadari adanya kebakaran dan asap yang berasal dari masjid. Mereka bahu-membahu memadamkan api yang berkobar sehingga hanya lantai satu yang terbakar. Penduduk mampu menyelamatkan lantai dua masjid itu.
Seperti dilaporkan kantor berita Palestina, Maan, beberapa karpet dan tembok masjid mengalami kerusakan. Tidak hanya itu, setumpuk kitab suci Alquran juga ikut hangus terbakar. Polisi Israel telah mengirimkan tim forensik dan unit kejahatan khusus ultranasional untuk memeriksa insiden pembakaran masjid itu. Namun, penduduk Mughayer mencegah polisi Israel memasuki desa mereka.
“Adanya keributan di wilayah (Mughayer) mencegah polisi melakukan investigasi,” kata juru bicara kepolisian Israel, Micky Rosenfeld, dikutip Al Jazeera. Dia tidak menjelaskan detail dampak kerusakan dan kerusuhan itu. Kepala Dewan Regional Shomron, Gershon Mesika, mengutuk pembakaran itu. “Belum ada warga Yahudi yang ditangkap atas tindakan pembakaran masjid itu,” paparnya.
Selain pembakaran masjid, sinagoga tempat ibadah Yahudi, juga dilempar bom molotov oleh orang tak dikenal di wilayah Shfaram, kota Arab yang didominasi warga Israel. Kerusakan sinagoga itu relatif sedikit. Polisi masih menyelidiki insiden itu. Sementara itu, sentimen anti-Arab juga semakin menguat di wilayah yang dihuni penduduk Israel.
Banyak grafiti di mobil dan bangunan yang bernada rasis, terutama di perkampungan Yerusalem. Ketegangan antara warga Palestina dan Israel meningkat dalam beberapa hari terakhir, menyusul keinginan warga Yahudi untuk mendapatkan akses beribadah di Masjid Al Aqsa. Kekerasan semakin meningkat setelah pasukan Israel menyerbu Masjid Al Aqsa pada Rabu (5/11) lalu.
Kemudian, pasukan Israel menembak mati seorang warga Palestina pada Selasa (11/11) lalu di Tepi Barat, sehari setelah warga Palestina menikam seorang tentara Israel dan seorang perempuan. Ketegangan terus berlanjut, meskipun Perdana Menteri Israel berjanji akan tetap mempertahankan status quo lokasi Masjid Al Aqsa.
Warga Yahudi ultranasionalis kerap menggelar demonstrasi untuk menuntut pemerintah Israel mencabut status quo. Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan PM Netanyahu tetap saling menyalahkan tentang penyebab ketegangan itu. Berdasarkan traktat perdamaian dengan Israel pada 1994, Yordania berstatus sebagai pengayom Masjid Al Aqsa.
Di dalam kompleks tersebut juga terdapat “Kubah Batu” yang dikelola para pegawai pemerintahan Yordania. Di lokasi itu, warga Yahudi dilarang berdoa. Umat muslim percaya Nabi Muhammad SAW pergi ke surga dari “Kubah Batu” pada abad ke-7. Presiden Abbas menuding seringnya terjadi kekerasan di Masjid Al Aqsa disebabkan banyak peziarah Yahudi yang provokatif.
“Israel juga telah memicu kawasan ini menuju perang agama,” katanya pada Selasa (11/11) saat acara peringatan 10 tahun kematian Pemimpin Palestina Yasser Arafat. Abbas mengungkapkan, Palestina akan mempertahankan Masjid Al Aqsa dari para ekstremis dan pemukim Yahudi.
Abbas juga menuding Hamas, kelompok yang menguasai Jalur Gaza, telah merusak upaya persatuan nasional dengan serangkaian serangan bom pekan lalu terhadap pemimpin Fatah, rival utama Hamas. Tudingan itu langsung dibantah Hamas. “Pidato Abbas itu penuh dengan kebohongan, penghinaan, dan kesalahan informasi,” kata Mushir al-Masri, juru bicara Hamas di Gaza.
Andika hendra m
(bbg)