Bidik Pemusik Muda lewat Kafe
A
A
A
Indonesia tak pernah kekurangan musisi muda. Tapi, kerap kali para musisi muda ini kelimpungan ketika ingin menyalurkan bakat.
Sangat jarang tempat khusus yang bisa dijadikan spot untuk hasrat berkesenian mereka. Sementaraagarbisamenembus tempat bermain musik seperti kafe, butuh jaringan, media, hingga dana yang tidak sedikit. Bagi seorang entrepteneur, fenomena ini bisa menjadi peluang bisnis menjanjikan.
Pasar dan peluang band anak muda inilah yang ditangkap Colonial Cafe. Kafe yang berlokasi di BSD Cita, Jalan Pahlawan Seribu, Ruko BSD Junction Blok B 32-33, Serpong, Tangerang Selatan, ini bekerja sama dengan event organizer C2 (C2EO) berupaya merealisasikan mimpi-mimpi pemusik muda yang kreatif untuk mempunyai tempat nongkrong. Ahmad Usomad, pemilik C2EO mengatakan, saat ini teknologi serbadigital yang tak henti berkembang membuat kehidupan semakin dinamis.
Anak-anak muda pun kian kreatif, di antaranya dalam mengembangkan bakat musik. “Yang kami lakukan membuat acara-acara yang kami bundling entertaint -nya dari para pemusik indi. Artinya, teman- teman ini bisa menunjukkan wadah, tidak hanya main antarkafe. Otomatis yang menyaksikan lebih banyak. Semakin banyak dilihat, akan makin banyak fans dan meningkatkan ketenaran,” katanya kepada KORAN SINDO , seusai soft launching, kemarin.
Strategi ini diharapkan bisa meramaikan kafe. Terbukti, di hari perdana saja sudah tujuh band yang bermain di kafe itu. Mereka cukup membawa alat band standar seperti gitar, ocontroler, dan stik drum sudah bisa “manggung” di Colonial Cafe. Menurut Usomad, C2EO memahami kondisi para pemusik pemula yang penuh dengan keterbatasan. C2EO bertekad membantu anak muda di Tangsel khususnya dan Jabodetabek pada umumnya untuk merealisasikan mimpi-mimpi mereka menjadi pemusik andal dan terkenal.
C2EO memberikan ruang bagi kelompok band indi pemula untuk berekspresi dengan tampil bernyanyi di kafe ini. Tak hanya itu, selain menyediakan media untuk berekspresi, C2EO juga akan membantu bandband anak muda tampil di acara yang selama ini biasa ditangani C2EO, seperti pameran, ulang tahun, peluncuran produk, dan acara lainnya. “Kafe ini juga sudah menerima event ulang tahun dari mahasiswa setempat untuk party ,” katanya.
Sedangkan, Pemimpin C2EO Ayu Ahmad mengatakan, pada acara soft launching Colonial Kafe juga diselipkan acara Kids Modelling Show yang dikelola BSD Modeling Agency (BMA). “Selain kelompok band, kami membantu juga mengembangkan talenta anak- anak di bidang modeling,” terangnya. Saat ditanya bagaimana jika para kelompok band ingin ikut ambil bagian, Ayu mempersilakan semua kelompok untuk langsung datang ke Kafe. Namun, sementara waktu Colonial Cafe baru menyediakan tiga hari bagi band yang ingin tampil.
“Kami baru menyediakan waktu Jumat, Sabtu, dan Minggu, nanti kalau ada perkembangan kita tambah waktunya,” terangnya. Apa yang dilakukan Colonial Cafe adalah sebagai bentuk memanfaatkan peluang bisnis budaya nongkrong di kalangan anak-anak muda urban. Sebab, mereka saat ini menjadi pasar potensial yang jika digarap serius akan mendatangkan keuntungan bisnis yang tidak sedikit.
Apalagi, berdasarkan penelitian McKinsey & Company, perusahaan konsultan manajemen internasional, dari 70 juta kelas konsumen urban di Indonesia, sekitar 55 juta tinggal di wilayah perkotaan dan sekitarnya. Terlebih, saat ini kelas menengah urban di Indonesia terus menunjukkan peningkatan, merupakan peluang pasar yang sangat menjanjikan.
Denny irawan
Sangat jarang tempat khusus yang bisa dijadikan spot untuk hasrat berkesenian mereka. Sementaraagarbisamenembus tempat bermain musik seperti kafe, butuh jaringan, media, hingga dana yang tidak sedikit. Bagi seorang entrepteneur, fenomena ini bisa menjadi peluang bisnis menjanjikan.
Pasar dan peluang band anak muda inilah yang ditangkap Colonial Cafe. Kafe yang berlokasi di BSD Cita, Jalan Pahlawan Seribu, Ruko BSD Junction Blok B 32-33, Serpong, Tangerang Selatan, ini bekerja sama dengan event organizer C2 (C2EO) berupaya merealisasikan mimpi-mimpi pemusik muda yang kreatif untuk mempunyai tempat nongkrong. Ahmad Usomad, pemilik C2EO mengatakan, saat ini teknologi serbadigital yang tak henti berkembang membuat kehidupan semakin dinamis.
Anak-anak muda pun kian kreatif, di antaranya dalam mengembangkan bakat musik. “Yang kami lakukan membuat acara-acara yang kami bundling entertaint -nya dari para pemusik indi. Artinya, teman- teman ini bisa menunjukkan wadah, tidak hanya main antarkafe. Otomatis yang menyaksikan lebih banyak. Semakin banyak dilihat, akan makin banyak fans dan meningkatkan ketenaran,” katanya kepada KORAN SINDO , seusai soft launching, kemarin.
Strategi ini diharapkan bisa meramaikan kafe. Terbukti, di hari perdana saja sudah tujuh band yang bermain di kafe itu. Mereka cukup membawa alat band standar seperti gitar, ocontroler, dan stik drum sudah bisa “manggung” di Colonial Cafe. Menurut Usomad, C2EO memahami kondisi para pemusik pemula yang penuh dengan keterbatasan. C2EO bertekad membantu anak muda di Tangsel khususnya dan Jabodetabek pada umumnya untuk merealisasikan mimpi-mimpi mereka menjadi pemusik andal dan terkenal.
C2EO memberikan ruang bagi kelompok band indi pemula untuk berekspresi dengan tampil bernyanyi di kafe ini. Tak hanya itu, selain menyediakan media untuk berekspresi, C2EO juga akan membantu bandband anak muda tampil di acara yang selama ini biasa ditangani C2EO, seperti pameran, ulang tahun, peluncuran produk, dan acara lainnya. “Kafe ini juga sudah menerima event ulang tahun dari mahasiswa setempat untuk party ,” katanya.
Sedangkan, Pemimpin C2EO Ayu Ahmad mengatakan, pada acara soft launching Colonial Kafe juga diselipkan acara Kids Modelling Show yang dikelola BSD Modeling Agency (BMA). “Selain kelompok band, kami membantu juga mengembangkan talenta anak- anak di bidang modeling,” terangnya. Saat ditanya bagaimana jika para kelompok band ingin ikut ambil bagian, Ayu mempersilakan semua kelompok untuk langsung datang ke Kafe. Namun, sementara waktu Colonial Cafe baru menyediakan tiga hari bagi band yang ingin tampil.
“Kami baru menyediakan waktu Jumat, Sabtu, dan Minggu, nanti kalau ada perkembangan kita tambah waktunya,” terangnya. Apa yang dilakukan Colonial Cafe adalah sebagai bentuk memanfaatkan peluang bisnis budaya nongkrong di kalangan anak-anak muda urban. Sebab, mereka saat ini menjadi pasar potensial yang jika digarap serius akan mendatangkan keuntungan bisnis yang tidak sedikit.
Apalagi, berdasarkan penelitian McKinsey & Company, perusahaan konsultan manajemen internasional, dari 70 juta kelas konsumen urban di Indonesia, sekitar 55 juta tinggal di wilayah perkotaan dan sekitarnya. Terlebih, saat ini kelas menengah urban di Indonesia terus menunjukkan peningkatan, merupakan peluang pasar yang sangat menjanjikan.
Denny irawan
(ars)