Indonesia-China Perluas Akses Maritim
A
A
A
JAKARTA - Kunjungan Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi ke Indonesia menandai babak baru hubungan kedua negara.
Setelah melakukan kerja sama hampir 56 tahun, Indonesia-China tidak ingin kehilangan momentum dan sepakat meningkatkan kerja sama di berbagai bidang demi kemajuan kedua negara. Indonesia-China, kata Menlu Republik Indonesia (RI) Retno Marsudi, merupakan negara yang besar. Artinya, hubungan kedua negara juga memiliki pengaruh dalam perkembangan Asia.
Saat ini, Asia menjadi salah satu benua yang maju di bidang ekonomi. Karena itu, Indonesia dan China berupaya menjaga kejayaan itu. Indonesia cukup ambisius untuk mendongkrak pendapatan pada masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Menurut Retno, Indonesia akan meminta China untuk melebarkan akses pasar perdagangan, khususnya di bidang maritim. Dengan demikian, Indonesia menjadi lebih leluasa dalam melakukan transaksi ekonomi.
Hubungan Indonesia-China diharapkan tidak pernah ternoda mengingat kerja sama kedua negara sudah bertahan lebih dari lima dekade. Sejak dulu, Indonesia selalu berupaya meningkatkan kerja sama dengan China. Sebab, China merupakan negara perdagangan yang menjanjikan dan berpengaruh dalam perekonomian Asia. Indonesia-China berjanji akan saling membantu dalam membangun perekonomian negara. “Kita sepakat untuk mengintensifkan konsultasi bilateral dua negara sebagai implementasi dari kerja sama strategis,” ujar Retno setelah melakukan pertemuan dengan Wang Yi, di Gedung Pancasila Kemenlu, Jakarta, kemarin.
Di bidang investasi, Indonesia-China sepakat untuk meningkatkan kuantitas. Hal itu berlaku dua arah. Indonesia juga akan berupaya meningkatkan kerja sama di semua bidang yang sudah direncanakan pemerintah. “Semuanya merupakan target yang ingin dicapai Indonesia dalam lima tahun ke depan,” kata Retno.
Menurut Retno, rincian kerja sama Indonesa-China akan dibahas pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Beijing, China. Pembahasan itu akan langsung dipimpin Presiden Jokowi. “Nanti di sana, Indonesia juga akan membahas pembangunan ekonomi dan penyelesaian sengketa kawasan,” ungkap Retno.
Peningkatan kerja sama antara Indonesia-China juga disinyalir sebagai langkah awal untuk menyelesaikan sengketa Laut China Selatan. Pertemuan menlu kedua negara menjadi langkah penting dalam membangun kepercayaan. Sampai saat ini, permasalahan Laut China Selatan masih belum menemui titik temu.
Retno sebelumnya pernah mengatakan akan mendorong negara ASEAN untuk menyelesaikan isu Laut China Selatan secara damai. Artinya, Indonesia tengah mendukung terbentuknya Declaration of Conduct (DOC). Indonesia, umumnya ASEAN dan China berharap upaya itu akan berhasil, meski belum jelas akan diresmikan kapan.
Bagaimanapun, kedatangan China mengindikasikan Indonesia sebagai negara berpengaruh dalam penyelesaian isu itu. Namun, Retno enggan berkomentar. “Sekali lagi, saya tekankan, pertemuan ini hanya sebagai perkenalan dan persiapan KTT APEC. Kerja sama ini tentu akan terlaksana jika ada perdamaian di Asia,” katanya.
Senada dengan Retno, Wang Yi mengatakan pertemuan pemimpin kedua negara penting. Sebab, pertemuan itu tidak hanya untuk memperinci kerja sama kedua negara. Tapi juga peran di Asia. China, kata Wang Yi, menganggap Indonesia sebagai mitra perdagangan utama, khususnya di bidang maritim.
“Kami akan berpartisipasi sesuai rencana Indonesia. Kami ingin menjadi mitra yang penting. Kami sudah sepakat untuk membantu Indonesia di sembilan prioritas. Kami menyambut baik investasi Indonesia di China. Kami juga akan berusaha membantu pembangun jalan tol dan pelabuhan di Indonesia,” kata Wang Yi melalui penerjemahnya.
Wang Yi menambahkan, kunjungannya hanya sebagai penyelaras hubungan mengingat Indonesia memiliki pemerintahan baru. China, kata Wang Yi, ingin mempertahankan hubungan dengan Indonesia sebagaimitrayangterusberkembang. Kerja sama Indonesia-China, kata Wang Yi, harus dipercepat.
Muh shamil
Setelah melakukan kerja sama hampir 56 tahun, Indonesia-China tidak ingin kehilangan momentum dan sepakat meningkatkan kerja sama di berbagai bidang demi kemajuan kedua negara. Indonesia-China, kata Menlu Republik Indonesia (RI) Retno Marsudi, merupakan negara yang besar. Artinya, hubungan kedua negara juga memiliki pengaruh dalam perkembangan Asia.
Saat ini, Asia menjadi salah satu benua yang maju di bidang ekonomi. Karena itu, Indonesia dan China berupaya menjaga kejayaan itu. Indonesia cukup ambisius untuk mendongkrak pendapatan pada masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Menurut Retno, Indonesia akan meminta China untuk melebarkan akses pasar perdagangan, khususnya di bidang maritim. Dengan demikian, Indonesia menjadi lebih leluasa dalam melakukan transaksi ekonomi.
Hubungan Indonesia-China diharapkan tidak pernah ternoda mengingat kerja sama kedua negara sudah bertahan lebih dari lima dekade. Sejak dulu, Indonesia selalu berupaya meningkatkan kerja sama dengan China. Sebab, China merupakan negara perdagangan yang menjanjikan dan berpengaruh dalam perekonomian Asia. Indonesia-China berjanji akan saling membantu dalam membangun perekonomian negara. “Kita sepakat untuk mengintensifkan konsultasi bilateral dua negara sebagai implementasi dari kerja sama strategis,” ujar Retno setelah melakukan pertemuan dengan Wang Yi, di Gedung Pancasila Kemenlu, Jakarta, kemarin.
Di bidang investasi, Indonesia-China sepakat untuk meningkatkan kuantitas. Hal itu berlaku dua arah. Indonesia juga akan berupaya meningkatkan kerja sama di semua bidang yang sudah direncanakan pemerintah. “Semuanya merupakan target yang ingin dicapai Indonesia dalam lima tahun ke depan,” kata Retno.
Menurut Retno, rincian kerja sama Indonesa-China akan dibahas pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Beijing, China. Pembahasan itu akan langsung dipimpin Presiden Jokowi. “Nanti di sana, Indonesia juga akan membahas pembangunan ekonomi dan penyelesaian sengketa kawasan,” ungkap Retno.
Peningkatan kerja sama antara Indonesia-China juga disinyalir sebagai langkah awal untuk menyelesaikan sengketa Laut China Selatan. Pertemuan menlu kedua negara menjadi langkah penting dalam membangun kepercayaan. Sampai saat ini, permasalahan Laut China Selatan masih belum menemui titik temu.
Retno sebelumnya pernah mengatakan akan mendorong negara ASEAN untuk menyelesaikan isu Laut China Selatan secara damai. Artinya, Indonesia tengah mendukung terbentuknya Declaration of Conduct (DOC). Indonesia, umumnya ASEAN dan China berharap upaya itu akan berhasil, meski belum jelas akan diresmikan kapan.
Bagaimanapun, kedatangan China mengindikasikan Indonesia sebagai negara berpengaruh dalam penyelesaian isu itu. Namun, Retno enggan berkomentar. “Sekali lagi, saya tekankan, pertemuan ini hanya sebagai perkenalan dan persiapan KTT APEC. Kerja sama ini tentu akan terlaksana jika ada perdamaian di Asia,” katanya.
Senada dengan Retno, Wang Yi mengatakan pertemuan pemimpin kedua negara penting. Sebab, pertemuan itu tidak hanya untuk memperinci kerja sama kedua negara. Tapi juga peran di Asia. China, kata Wang Yi, menganggap Indonesia sebagai mitra perdagangan utama, khususnya di bidang maritim.
“Kami akan berpartisipasi sesuai rencana Indonesia. Kami ingin menjadi mitra yang penting. Kami sudah sepakat untuk membantu Indonesia di sembilan prioritas. Kami menyambut baik investasi Indonesia di China. Kami juga akan berusaha membantu pembangun jalan tol dan pelabuhan di Indonesia,” kata Wang Yi melalui penerjemahnya.
Wang Yi menambahkan, kunjungannya hanya sebagai penyelaras hubungan mengingat Indonesia memiliki pemerintahan baru. China, kata Wang Yi, ingin mempertahankan hubungan dengan Indonesia sebagaimitrayangterusberkembang. Kerja sama Indonesia-China, kata Wang Yi, harus dipercepat.
Muh shamil
(bbg)