Jepang Buka Lowongan Satu Juta TKI
A
A
A
JAKARTA - Indonesia berpeluang menempatkan satu juta tenaga kerja ke Jepang. Pemerintah sendiri akan mengggencarkan penempatan tenaga kerja formal ke negeri Sakura tersebut.
Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Gatot Abdullah Mansyur mengatakan, pemerintah pada April lalu sudah berkunjung ke Jepang. Dalam pertemuan tersebut Jepang menyatakan membutuhkan tenaga kerja formal sejumlah satu juta orang hingga 2025.
Pemerintah Indonesia sudah menyambut baik kebutuhan tersebut untuk mengirimkan tenaga kerja formal khususnya perawat dan pendamping lansia.
"Kami ambil kesempatan untuk mengirimkan dua jenis TKI formal itu karena jumlah orangtua di Jepang kian meningkat akibat peningkatan standar kesehatan yang baik di sana. Kami sudah mengunjungi asosiasi panti lansia dan parlemen dari LDP Prefecture Ibaraki," katanya dalam Pembukaan Interview Aptitude Test dan Japanese Quiz pada program Penempatan TKI Nurse dan Careworker ke Jepang di Jakarta, Selasa 26 Agustus 2014.
Mantan Dubes Arab Saudi ini menjelaskan, potensi pengiriman satu juta TKI ini semakin kuat karena sudah ada nota kesepahaman antara BNP2TKI dengan JICWELS yakni lembaga bentukan pemerintah Jepang yang membawahi program G to G penempatan TKI perawat.
Program itu untuk menindaklanjuti kesepakatan sebelumnya, antara Indonesia-Jepang Economic Partnership (IJEPA) yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Tokyo, Jepang pada 20 Agustus 2007.
Dia menegaskan orang Jepang itu dikenal sebagai pekerja keras dan disiplin. Namun, Jepang melakukan pendekatan ke Indonesia karena mereka menyukai para perawat dan pendamping lansia dari Indonesia karena sudah dikenal disiplin, pekerja keras dan ramah.
Padahal Jepang juga sudah melakukan kerja sama penempatan tenaga kerja dengan Filipina dan Vietnam. Dia pun berharap, pekerja formal yang dikirim ke Jepang ini mempertahankan ciri khas sifat tersebut.
"Citra ini harus anda pertahankan dan tingkatkan yaitu melalui kualitas dan profesionalitas," jelasnya.
Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Gatot Abdullah Mansyur mengatakan, pemerintah pada April lalu sudah berkunjung ke Jepang. Dalam pertemuan tersebut Jepang menyatakan membutuhkan tenaga kerja formal sejumlah satu juta orang hingga 2025.
Pemerintah Indonesia sudah menyambut baik kebutuhan tersebut untuk mengirimkan tenaga kerja formal khususnya perawat dan pendamping lansia.
"Kami ambil kesempatan untuk mengirimkan dua jenis TKI formal itu karena jumlah orangtua di Jepang kian meningkat akibat peningkatan standar kesehatan yang baik di sana. Kami sudah mengunjungi asosiasi panti lansia dan parlemen dari LDP Prefecture Ibaraki," katanya dalam Pembukaan Interview Aptitude Test dan Japanese Quiz pada program Penempatan TKI Nurse dan Careworker ke Jepang di Jakarta, Selasa 26 Agustus 2014.
Mantan Dubes Arab Saudi ini menjelaskan, potensi pengiriman satu juta TKI ini semakin kuat karena sudah ada nota kesepahaman antara BNP2TKI dengan JICWELS yakni lembaga bentukan pemerintah Jepang yang membawahi program G to G penempatan TKI perawat.
Program itu untuk menindaklanjuti kesepakatan sebelumnya, antara Indonesia-Jepang Economic Partnership (IJEPA) yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Tokyo, Jepang pada 20 Agustus 2007.
Dia menegaskan orang Jepang itu dikenal sebagai pekerja keras dan disiplin. Namun, Jepang melakukan pendekatan ke Indonesia karena mereka menyukai para perawat dan pendamping lansia dari Indonesia karena sudah dikenal disiplin, pekerja keras dan ramah.
Padahal Jepang juga sudah melakukan kerja sama penempatan tenaga kerja dengan Filipina dan Vietnam. Dia pun berharap, pekerja formal yang dikirim ke Jepang ini mempertahankan ciri khas sifat tersebut.
"Citra ini harus anda pertahankan dan tingkatkan yaitu melalui kualitas dan profesionalitas," jelasnya.
(kri)