Ini Penanganan Virus Ebola di Indonesia
A
A
A
DEPOK - Seluruh negara ikut waspada terhadap penyebaran virus Ebola atau EBOV. Baru-baru ini Virus Ebola telah menginfeksi dua petugas kesehatan Amerika Serikat yang dikirim untuk menangani penyakit tersebut di Afrika.
Atas kejadian tersebut, Center of Diseases Control (CDC) Amerika Serikat pun menerbitkan pedoman penanganan Ebola di rumah sakit. Di Indonesia, penanganan pasien infeksi biasa ditangani secara karantina di RS Penyakit Infeksi Sunter. Mereka siap mengisolasi kasus-kasus berbahaya seperti MERS Co V, dan flu burung atau lainnya.
"Namun Ebola saya kira sama saja, hanya lebih ketat. Beberapa RS lain di Indonesia telah ditunjuk menangani kasus kasus seperti ini, di Jakarta di RS Persahataban juga memiliki ruangan isolasi," ujar Guru Besar Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Prof. dr. Umar Fahmi Ahmadi, MPH., Ph.D dalam keterangan tertulis,
Selasa 12 Agustus 2014.
Umar yang juga mantan Ditjen P2PL Kemenkes mengatakan, Indonesia sejauh ini sudah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menangani kasus-kasus potensi wabah penyakit infeksi yang selama ini ada. Demikian pula peralatan lain.
"Namun sebaiknya memang mulai sekarang harus menyusun protap dan disebar ke RS-RS diseluruh Indonesia yang memiliki akses ke Singapura atau akses ke dunia luar lainnya," tegasnya.
Protap ini diikuti proses Simulasi atau latihan. Demikian pula alat diagnostik seperti reagen test kit dan lainnya harus disiapkan.
"Test dengan ELISA, antigen detection test, RT-PCR, atau isolasi virus (tapi
ini sulit)," tuturnya.
Atas kejadian tersebut, Center of Diseases Control (CDC) Amerika Serikat pun menerbitkan pedoman penanganan Ebola di rumah sakit. Di Indonesia, penanganan pasien infeksi biasa ditangani secara karantina di RS Penyakit Infeksi Sunter. Mereka siap mengisolasi kasus-kasus berbahaya seperti MERS Co V, dan flu burung atau lainnya.
"Namun Ebola saya kira sama saja, hanya lebih ketat. Beberapa RS lain di Indonesia telah ditunjuk menangani kasus kasus seperti ini, di Jakarta di RS Persahataban juga memiliki ruangan isolasi," ujar Guru Besar Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Prof. dr. Umar Fahmi Ahmadi, MPH., Ph.D dalam keterangan tertulis,
Selasa 12 Agustus 2014.
Umar yang juga mantan Ditjen P2PL Kemenkes mengatakan, Indonesia sejauh ini sudah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menangani kasus-kasus potensi wabah penyakit infeksi yang selama ini ada. Demikian pula peralatan lain.
"Namun sebaiknya memang mulai sekarang harus menyusun protap dan disebar ke RS-RS diseluruh Indonesia yang memiliki akses ke Singapura atau akses ke dunia luar lainnya," tegasnya.
Protap ini diikuti proses Simulasi atau latihan. Demikian pula alat diagnostik seperti reagen test kit dan lainnya harus disiapkan.
"Test dengan ELISA, antigen detection test, RT-PCR, atau isolasi virus (tapi
ini sulit)," tuturnya.
(mhd)