Kemenkes Siapkan Laboratorium Ebola
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyiapkan laboratorium untuk mengantisipasi kemungkinan menularnya virus Ebola di Indonesia.
Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi mengatakan selain meminta kewaspasdaan masyarakat, mempersiapkan laboratorium merupakan upaya pemerintah bersiaga agar, jika ada penderita dapat langsung diobservasi.
Menurut dia, travel warning atau peringatan bepergian dari beberapa negara tempat asal virus Ebola di antaranya adalah Liberia, Sierra Leone dan Nigeria sudah disebarluaskan agar siapapun yang akan berkunjung ke sana memiliki kewaspadaan.
Selain itu penduduk dari beberapa negara Afrika tempat asal virus tersebut juga diimbau untuk tidak meninggalkan negaranya.
"Penularan terjadi lewat kontak langsung melalui cairan badan. Sepengetahuan kami jumlah orang dari Indonesia yang ke sana juga sedikit," tutur Nafsiah di Jakarta, Selasa 5 Agustus 2014.
Sementara itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Tjandra Yoga Aditama mengatakan, milik Kemenkes dipersiapkan untuk dapat memeriksa virus ebola. Persiapan itu guna mengantisipasi potensi penyebaran virus tersebut di Tanah Air.
“Adanya dua warga Amerika Serikat yang tertular ebola dari Afrika membuat dunia khawatir akan penyebaran ebola. Sebagai antisipasi, kita siapkan laboratorium yang dapat mendeteksi virus tersebut,” katanya.
Laboratorium Balitbangkes sendiri, sudah memiliki kualifikasi BSL 3 (Bio Safety Level 3) yang setara dengan laboratorium rujukan milik Badan Kesehatan Dunia.
Metode yang digunakan untuk memeriksa ebola, menggunakan sistem PCR (Polymerase Chain Reaction). Saat ini, sambung dia, alat, petugas, termasuk prosedurnya, sudah komplet dimiliki Balitbangkes.
Menurut dia, setidaknya terdapat enam cara untuk mendeteksi virus ebola spesies apapun. Cara tersebut adalah dengan Antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), Antigen detection tests, Serum neutralization test, Reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) assay, Electron microscopy dan Evirus isolation dengan cell culture.
Terkait dengan penanganan virus ebola dalam penerbangan, CDC (Center of Disease Control and Prevention) di Amerika Serikat juga telah mengeluarkan pedoman. Isinya mencakup delapan poin, termasuk di antaranya prosedur penanganan bila ada dugaan kaus di pesawat.
Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi mengatakan selain meminta kewaspasdaan masyarakat, mempersiapkan laboratorium merupakan upaya pemerintah bersiaga agar, jika ada penderita dapat langsung diobservasi.
Menurut dia, travel warning atau peringatan bepergian dari beberapa negara tempat asal virus Ebola di antaranya adalah Liberia, Sierra Leone dan Nigeria sudah disebarluaskan agar siapapun yang akan berkunjung ke sana memiliki kewaspadaan.
Selain itu penduduk dari beberapa negara Afrika tempat asal virus tersebut juga diimbau untuk tidak meninggalkan negaranya.
"Penularan terjadi lewat kontak langsung melalui cairan badan. Sepengetahuan kami jumlah orang dari Indonesia yang ke sana juga sedikit," tutur Nafsiah di Jakarta, Selasa 5 Agustus 2014.
Sementara itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Tjandra Yoga Aditama mengatakan, milik Kemenkes dipersiapkan untuk dapat memeriksa virus ebola. Persiapan itu guna mengantisipasi potensi penyebaran virus tersebut di Tanah Air.
“Adanya dua warga Amerika Serikat yang tertular ebola dari Afrika membuat dunia khawatir akan penyebaran ebola. Sebagai antisipasi, kita siapkan laboratorium yang dapat mendeteksi virus tersebut,” katanya.
Laboratorium Balitbangkes sendiri, sudah memiliki kualifikasi BSL 3 (Bio Safety Level 3) yang setara dengan laboratorium rujukan milik Badan Kesehatan Dunia.
Metode yang digunakan untuk memeriksa ebola, menggunakan sistem PCR (Polymerase Chain Reaction). Saat ini, sambung dia, alat, petugas, termasuk prosedurnya, sudah komplet dimiliki Balitbangkes.
Menurut dia, setidaknya terdapat enam cara untuk mendeteksi virus ebola spesies apapun. Cara tersebut adalah dengan Antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), Antigen detection tests, Serum neutralization test, Reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) assay, Electron microscopy dan Evirus isolation dengan cell culture.
Terkait dengan penanganan virus ebola dalam penerbangan, CDC (Center of Disease Control and Prevention) di Amerika Serikat juga telah mengeluarkan pedoman. Isinya mencakup delapan poin, termasuk di antaranya prosedur penanganan bila ada dugaan kaus di pesawat.
(dam)