500 Penyuluh KB diberi beasiswa S1
A
A
A
Sindonews.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Universitas Terbuka (UT) meneken nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) pelaksanaan program beasiswa jangka panjang strata satu (S1) petugas lapangan keluarga berencana (PLKB).
Dari kerja sama itu, pada tahun ini ada 500 penyuluh yang akan menerima beasiswa S1. MoU tersebut diteken dalam pembukaan Konsolidasi Perencanaan Program Anggaran Pembangunan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Nasional I (Koren I) Tahun Anggaran 2015 yang digelar pada Senin-Rabu (12-14/5) di Nusa Dua, Denpasar, Provinsi Bali, Senin (12/5/2014).
Kepala BKKBN Fasli Jalal mengatakan, penandatangan dan pemberian beasiswa S1 ini adalah bentuk perhatian kepada PLKB. Pendidikan S1 ini, kata dia, untuk menaikan tunjangannya dan memperpanjang usia pensiun hingga 60 tahun.
Dia menuturkan, selain melaksanakan tugas mereka dapat sambil belajar diharapkan 2-3 tahun para penyuluhu bisa sarjana. Dia berjanji program ini akan terus dilakukan kepada semua PLKB hampir mencapai 15.000. Sebelumnya penyuluh berjumlah 42.000.
"Kecanggihan di UT dapat bekerja sama baik di tingkat PLKB atau staf. Mereka kan ujung tombak kita. Jadi pendidikannya harus ditingkatkan," kata Fasli di Denpasar, Senin (12/5/2014).
Rektor UT Tian Belawati mengatakan, penandatangan MoU terjadi karena BKKBN ingin meningkatkan kompetensi dan kualifikasi dari para penyuluh KB di lapangan.
Menurut Kepala BKKBN, kata dia, ada sekitar 12.000 lebih dari penyuluh KB yang belum berpendidikan setara S1. Padahal penyuluh KB itu hendaknya memiliki kulaifikasi dan kualitas setara dengan sarjana.
Kerja sama dengan UT dilakukan karena melihat para penyuluh KB yang berada di lapangan dan tersebar di seluruh Indonesia. Mulai di tingkat kecamatan bahkan di tingkat desa.
"Nah kalau mereka kuliah di perguruan tinggi tatap muka tentu mereka harus dicabut dulu dari darerahnya, dikirim ke universitas tertentu misalnya kemana saya enggak tahu," kata Tian di Denpasar.
Kalau di UT, para penyuluh itu tidak usah ke mana-mana. Karena UT itu sistem pembelajarannya jarak jauh. Mereka bisa melanjutkan kuliah tetap di tempat kerjanya dan tetap masih bekerja. Di UT pembelajarannya ditekankan pada pembelajaran mandiri.
Bantuan belajar dan tutorial itu semua dilakukan pada sabtu dan minggu. "Insya Allah enggak menggangu tugas mereka sebagai penyuluh, " ujarnya.
BKKBN dan UT menartgetkan seluruh penyuluh dapat diikutsertakan dalam program ini. Tapi untuk tahun 2014 ini akan mulai dengan memberikan beasiswa untuk 500 orang. Ke depannya, akan berkembang lagi.
Dia berharap para penyuluh KB memiliki semangat belajar yang tinggi. Untuk kurikulum, tampaknya BKKBN sendiri mengharapkan atau mengarahkan para penyuluh KB ini mengambil pada bidang komunikasi. Sebab dalam ilmu komunikasi ada juga teori-teori dan teknik-teknik yang bisa membekali mereka bagaimana menjadi seorang penyuluh yang baik.
"Sehingga pesan yang ingin disampaikan bisa diterima oleh masyarakat dengan baik dan benar, juga dengan cara yang bisa diterima oleh mereka," bebernya.
Untuk sosialisasi agar penyuluh mengambil beasiswa, BKKBN akan menggunakan jalur komunikasi internalnya untuk memberikan sosialisasi. Kalau dari UT, secara berkala dengan sistem dan programnya akan memanfaatkan 38 kantor kantor cabang di seluruh Indonesia akan terus mensosialisasikan program-program UT.
Termasuk program kerja sama ini. "Sehingga gayung bersambut lah dengan penyuluh KB ini," ucapnya.
Dari kerja sama itu, pada tahun ini ada 500 penyuluh yang akan menerima beasiswa S1. MoU tersebut diteken dalam pembukaan Konsolidasi Perencanaan Program Anggaran Pembangunan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Nasional I (Koren I) Tahun Anggaran 2015 yang digelar pada Senin-Rabu (12-14/5) di Nusa Dua, Denpasar, Provinsi Bali, Senin (12/5/2014).
Kepala BKKBN Fasli Jalal mengatakan, penandatangan dan pemberian beasiswa S1 ini adalah bentuk perhatian kepada PLKB. Pendidikan S1 ini, kata dia, untuk menaikan tunjangannya dan memperpanjang usia pensiun hingga 60 tahun.
Dia menuturkan, selain melaksanakan tugas mereka dapat sambil belajar diharapkan 2-3 tahun para penyuluhu bisa sarjana. Dia berjanji program ini akan terus dilakukan kepada semua PLKB hampir mencapai 15.000. Sebelumnya penyuluh berjumlah 42.000.
"Kecanggihan di UT dapat bekerja sama baik di tingkat PLKB atau staf. Mereka kan ujung tombak kita. Jadi pendidikannya harus ditingkatkan," kata Fasli di Denpasar, Senin (12/5/2014).
Rektor UT Tian Belawati mengatakan, penandatangan MoU terjadi karena BKKBN ingin meningkatkan kompetensi dan kualifikasi dari para penyuluh KB di lapangan.
Menurut Kepala BKKBN, kata dia, ada sekitar 12.000 lebih dari penyuluh KB yang belum berpendidikan setara S1. Padahal penyuluh KB itu hendaknya memiliki kulaifikasi dan kualitas setara dengan sarjana.
Kerja sama dengan UT dilakukan karena melihat para penyuluh KB yang berada di lapangan dan tersebar di seluruh Indonesia. Mulai di tingkat kecamatan bahkan di tingkat desa.
"Nah kalau mereka kuliah di perguruan tinggi tatap muka tentu mereka harus dicabut dulu dari darerahnya, dikirim ke universitas tertentu misalnya kemana saya enggak tahu," kata Tian di Denpasar.
Kalau di UT, para penyuluh itu tidak usah ke mana-mana. Karena UT itu sistem pembelajarannya jarak jauh. Mereka bisa melanjutkan kuliah tetap di tempat kerjanya dan tetap masih bekerja. Di UT pembelajarannya ditekankan pada pembelajaran mandiri.
Bantuan belajar dan tutorial itu semua dilakukan pada sabtu dan minggu. "Insya Allah enggak menggangu tugas mereka sebagai penyuluh, " ujarnya.
BKKBN dan UT menartgetkan seluruh penyuluh dapat diikutsertakan dalam program ini. Tapi untuk tahun 2014 ini akan mulai dengan memberikan beasiswa untuk 500 orang. Ke depannya, akan berkembang lagi.
Dia berharap para penyuluh KB memiliki semangat belajar yang tinggi. Untuk kurikulum, tampaknya BKKBN sendiri mengharapkan atau mengarahkan para penyuluh KB ini mengambil pada bidang komunikasi. Sebab dalam ilmu komunikasi ada juga teori-teori dan teknik-teknik yang bisa membekali mereka bagaimana menjadi seorang penyuluh yang baik.
"Sehingga pesan yang ingin disampaikan bisa diterima oleh masyarakat dengan baik dan benar, juga dengan cara yang bisa diterima oleh mereka," bebernya.
Untuk sosialisasi agar penyuluh mengambil beasiswa, BKKBN akan menggunakan jalur komunikasi internalnya untuk memberikan sosialisasi. Kalau dari UT, secara berkala dengan sistem dan programnya akan memanfaatkan 38 kantor kantor cabang di seluruh Indonesia akan terus mensosialisasikan program-program UT.
Termasuk program kerja sama ini. "Sehingga gayung bersambut lah dengan penyuluh KB ini," ucapnya.
(dam)