Pangkostrad ingatkan karakteristik perang telah bergeser

Pangkostrad ingatkan karakteristik perang telah bergeser
A
A
A
Sindonews.com - Sifat dan karakteristik perang saat ini telah bergeser seiring perkembangan teknologi serta dampaknya terhadap bangsa Indonesia.
Tahun 2043 sasaran konflik akan mengarah pada lokasi sumber pangan yang sekaligus merupakan sumber energi ketika energi fosil diperkirakan akan habis pada tahun itu.
"NKRI sebagai salah satu negara ekuator yang memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun akan menjadi arena persaingan kepentingan nasional berbagai negara dunia," ujar Panglima Kostrad (Pangkostrad) Letnan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat memberikan kuliah umum di Universitas Teknologi Bandung bertajuk Peran Pemuda dalam Menghadapi Proxy War, Rabu (30/4/2014).
Dia menjelaskan, pesatnya pertumbuhan populasi penduduk dunia yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan, air bersih dan energi akan menjadi pemicu munculnya konflik-konflik baru.
Dengan adanya tuntutan kepentingan kelompok telah menciptakan perang-perang jenis baru diantaranya perang asimetris, perang hibrida dan perang proxy sehingga dewasa ini kemungkinan terjadinya perang konvensional antar dua negara semakin kecil.
Lanjutnya, perang proxy atau proxy war merupakan perang antara dua pihak yang tidak saling berhadap-hadapan namun menggunakan pihak ketiga untuk mengalahkan musuh.
"Perang proxy tidak dapat dikenali secara jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh menggunakan dan mengendalikan aktor bukan negara (non state actor). Indikasi adanya perang proxy diantaranya adalah gerakan separatis, demonstrasi massa dan bentrok antar kelompok," jelasnya.
Tahun 2043 sasaran konflik akan mengarah pada lokasi sumber pangan yang sekaligus merupakan sumber energi ketika energi fosil diperkirakan akan habis pada tahun itu.
"NKRI sebagai salah satu negara ekuator yang memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun akan menjadi arena persaingan kepentingan nasional berbagai negara dunia," ujar Panglima Kostrad (Pangkostrad) Letnan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat memberikan kuliah umum di Universitas Teknologi Bandung bertajuk Peran Pemuda dalam Menghadapi Proxy War, Rabu (30/4/2014).
Dia menjelaskan, pesatnya pertumbuhan populasi penduduk dunia yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan, air bersih dan energi akan menjadi pemicu munculnya konflik-konflik baru.
Dengan adanya tuntutan kepentingan kelompok telah menciptakan perang-perang jenis baru diantaranya perang asimetris, perang hibrida dan perang proxy sehingga dewasa ini kemungkinan terjadinya perang konvensional antar dua negara semakin kecil.
Lanjutnya, perang proxy atau proxy war merupakan perang antara dua pihak yang tidak saling berhadap-hadapan namun menggunakan pihak ketiga untuk mengalahkan musuh.
"Perang proxy tidak dapat dikenali secara jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh menggunakan dan mengendalikan aktor bukan negara (non state actor). Indikasi adanya perang proxy diantaranya adalah gerakan separatis, demonstrasi massa dan bentrok antar kelompok," jelasnya.
(kur)