Angkat pentingnya budaya, pidato SBY tuai pujian
A
A
A
Sindonews.com - Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengangkat isu kebudayaan dalam pembangunan berkelanjutan menuai banyak pujian.
“Sangat bagus, ini pidato Presiden SBY yang terbagus dari yang pernah saya dengar dari bapak,” puji Wakil Menteri Pendidikan (Wamendikbud) Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Senin (25/11/2013).
Setelah menyimak keseleuruhan subtansi pidato SBY, Wiendu menegaskan betapa pentingnya peran kebudayaan dalam masa depan bangsa dan dunia. Sudah saatnya sekarang, budaya sebagai roh jiwa pembangunan manusia seutuhya.
Hal itu sangat penting mengingat budaya mengandung banyak nilai-nilai kebijaksanaan yan bersumber dari lokal atau daerah. Poin-poin penting yang dicatat dari apa yang disampaikan SBY, kata dia, menyangkut local wisdom atau kearifan lokal hingga penghargaan yang tinggi kepada wanita.
Peran wanita yang juga disinggung SBY dalam sambutan pembukaan WCF, menunjukkan betapa wanita turut menentukan wajah kebudayaan. Kebudayaan telah ditempatkan menjadi bagian penting dalam pembangunan bangsa.
Pembangunan tidak hanya berorientasi pada pencapaian ekonomi semata, namun lebih penting dari itu adalah bagaimana pembangunan manusia seutuhnya. Cerita menyentuh juga disinggung SBY yang menurut Wiendu, hal itu menujukkan bahwasannya kearifan lokal seperti bagaimana orang memperlakukan pohon sebagai makluk hidup.
“Ada nilai-nilai di mana kita harus respek menghormati, jadi orang tidak bisa menebang pohon sembarangan,” tegasnya.
Menyinggung WCF, Wiendu menyatakan, bahwa budaya sebagai kekuatan dunia itu diharapkan dapat terus digelar seperti dua atau tiga tahun sekali.
“Saya harapkan WCF ini tetap langgeng, nanti tergantung sidang UNESCO yang memutuskan yang pasti ini menjadi acuan dunia dalam menentukan kebudayaan,” imbuhnya.
Hal sama disampaikan sejarawan Taufik Abdullah, bahwa pidato SBY menunjukkan harapan baru bagi masa depan kebudayaan.
“Yang saya lihat, ada nada optimisme, WCF ini tidak meleburkan peradaban dunia namun memberi ruang identitas perbedaan
masing-masing negara,” katanya.
Karena itu, istilah yang dipakai bukan peradaban melainkan kebudayaan yang menggambarkan realitas sebenarnya yang tumbuh di berbagai negara.
Baca berita:
Kebudayaan selamatkan masa depan dunia
“Sangat bagus, ini pidato Presiden SBY yang terbagus dari yang pernah saya dengar dari bapak,” puji Wakil Menteri Pendidikan (Wamendikbud) Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Senin (25/11/2013).
Setelah menyimak keseleuruhan subtansi pidato SBY, Wiendu menegaskan betapa pentingnya peran kebudayaan dalam masa depan bangsa dan dunia. Sudah saatnya sekarang, budaya sebagai roh jiwa pembangunan manusia seutuhya.
Hal itu sangat penting mengingat budaya mengandung banyak nilai-nilai kebijaksanaan yan bersumber dari lokal atau daerah. Poin-poin penting yang dicatat dari apa yang disampaikan SBY, kata dia, menyangkut local wisdom atau kearifan lokal hingga penghargaan yang tinggi kepada wanita.
Peran wanita yang juga disinggung SBY dalam sambutan pembukaan WCF, menunjukkan betapa wanita turut menentukan wajah kebudayaan. Kebudayaan telah ditempatkan menjadi bagian penting dalam pembangunan bangsa.
Pembangunan tidak hanya berorientasi pada pencapaian ekonomi semata, namun lebih penting dari itu adalah bagaimana pembangunan manusia seutuhnya. Cerita menyentuh juga disinggung SBY yang menurut Wiendu, hal itu menujukkan bahwasannya kearifan lokal seperti bagaimana orang memperlakukan pohon sebagai makluk hidup.
“Ada nilai-nilai di mana kita harus respek menghormati, jadi orang tidak bisa menebang pohon sembarangan,” tegasnya.
Menyinggung WCF, Wiendu menyatakan, bahwa budaya sebagai kekuatan dunia itu diharapkan dapat terus digelar seperti dua atau tiga tahun sekali.
“Saya harapkan WCF ini tetap langgeng, nanti tergantung sidang UNESCO yang memutuskan yang pasti ini menjadi acuan dunia dalam menentukan kebudayaan,” imbuhnya.
Hal sama disampaikan sejarawan Taufik Abdullah, bahwa pidato SBY menunjukkan harapan baru bagi masa depan kebudayaan.
“Yang saya lihat, ada nada optimisme, WCF ini tidak meleburkan peradaban dunia namun memberi ruang identitas perbedaan
masing-masing negara,” katanya.
Karena itu, istilah yang dipakai bukan peradaban melainkan kebudayaan yang menggambarkan realitas sebenarnya yang tumbuh di berbagai negara.
Baca berita:
Kebudayaan selamatkan masa depan dunia
(kri)