Indonesia alami kenaikan temperatur suhu
A
A
A
Sindonews.com - Saat ini kenaikan temperatur udara secara global dalam setahun terakhir adalah sebesar 0,8 derajat Celcius. Hal ini disebabkan konsentrasi gas rumah kaca yaitu CO2, CH4 dan N2O meningkat pada tingkatan yang tidak diketahui dalam kurun waktu sekurang-kurangnya 800.000 ribu tahun terakhir.
Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian mengatakan, untuk Asia Tenggara, kenaikannya cukup besar yaitu antara 3-4 derajat Celcius.
Hal ini dikarenakan melelahnya es di Antartika dan kutub utara menunjukkan perubahan iklim ada dan sedang berjalan. Menurut dia, manusia merupakan pengaruh dari berlangsungnya keadaan ini karena terus memproduksi gas rumah kaca.
Jika hal ini terus dibiarkan maka bisa saja terjadi peningkatan suhu mencapai 11 derajat Celcius. "Pemanasan dari sistem iklim sudah jelas tanpa perspektif ganda," ungkap Edvin saat ditemui di Kantor BMKG, Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Dia mengatakan, hal ini ditandai dengan keadaan di mana atmosfer dan samudra sudah mengalami pemanasan, adanya salju, permukaan es yang terus berkurang, meningkatnya tinggi permukaan air laut dan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca. Selain itu dikuti dengan penurunan PH yang menyebabkan air laut menjadi lebih asam.
Menurutnya, dengan begitu, tinggi permukaan air lautpun akan mengalami peningkatan antara 0,4-0,6 meter untuk wilayah Asia Tenggara. "Gas rumah kaca hanya akan menambah energi di atmosfer yang menyebabkan naiknya suhu. Hujan es, sebagai salah satu akibat dari naiknya suhu, terjadi akibat semakin kencangnya angin dari darat ke laut," pungkasnya.
Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian mengatakan, untuk Asia Tenggara, kenaikannya cukup besar yaitu antara 3-4 derajat Celcius.
Hal ini dikarenakan melelahnya es di Antartika dan kutub utara menunjukkan perubahan iklim ada dan sedang berjalan. Menurut dia, manusia merupakan pengaruh dari berlangsungnya keadaan ini karena terus memproduksi gas rumah kaca.
Jika hal ini terus dibiarkan maka bisa saja terjadi peningkatan suhu mencapai 11 derajat Celcius. "Pemanasan dari sistem iklim sudah jelas tanpa perspektif ganda," ungkap Edvin saat ditemui di Kantor BMKG, Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Dia mengatakan, hal ini ditandai dengan keadaan di mana atmosfer dan samudra sudah mengalami pemanasan, adanya salju, permukaan es yang terus berkurang, meningkatnya tinggi permukaan air laut dan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca. Selain itu dikuti dengan penurunan PH yang menyebabkan air laut menjadi lebih asam.
Menurutnya, dengan begitu, tinggi permukaan air lautpun akan mengalami peningkatan antara 0,4-0,6 meter untuk wilayah Asia Tenggara. "Gas rumah kaca hanya akan menambah energi di atmosfer yang menyebabkan naiknya suhu. Hujan es, sebagai salah satu akibat dari naiknya suhu, terjadi akibat semakin kencangnya angin dari darat ke laut," pungkasnya.
(maf)