Banyak ilmu diraih dari belajar secara langsung
A
A
A
Sindonews.com - Bentuk kepribadian anak bisa dilakukan berbagai cara, salah satunya dengan live in atau terjun langsung ke tengah masyarakat. Sehingga sang anak bisa belajar langsung secara alami.
Kepala SMP Budya Wacana Suharto Edyst mengatakan, tak berhenti pada kegiatan, para siswa juga harus merangkum dan membuat esai dari kegiatan yang telah mereka jalani.
Menurutnya, nilai hasil dari program live in itu akan dikonversikan ke nilai rapor siswa untuk berbagai macam mata pelajaran.
"Banyak inspirasi yang didapat siswa selama live in. Mereka belajar ilmu sosial, biologi, seni, PKn dan lainnya. Dari hasil esai dan evaluasi selama tiga hari itu nantinya jadi penilaian nilai sekolah," jelasnya kepada wartawan, di Yogyakarta, Minggu 20 Oktober 2013.
Salah satu siswa peserta live in Freda menuturkan, meski terasa berat, menjalani kehidupan sehari-hari bersama mbah Dono dan istri yang rumahnya ia tinggali, ternyata menyenangkan. Ia merasa banyak belajar dari kehidupan, utamanya terhadap rasa bersyukur atas hidup yang dijalani.
Karena masih menggunakan kayu bakar untuk memasak meski telah memiliki kompor gas, Freda dan kedua temannya yang menginap di rumah Mbah Dono harus mencari kayu di hutan. Tak terbiasa bergumul dengan dedaunan dan ranting membuat tubuh mereka gatal-gatal.
"Saat mencari kayu di hutan menjadi pengalaman yang menyebalkan sekaligus menggelikan. Kami harus mencari kayu untuk masak tapi juga merasakan gatal di seluruh tubuh. Untung saja rasa gatal itu bisa hilang setelah kami mandi sepulang dari hutan," tuturnya.
Kehidupan yang tenang di desa ternyata membuat Freda ketagihan. Menurutnya, perasaan damai dan senangnya hati yang ia rasakan sangat berbeda dengan kehidupan yang dijalaninya di Kota Yogyakarta. Meski letih menjalani berbagai pekerjaan, ia mengaku akan langsung mengiyakan jika diajak kembali mengulang kegiatan live in.
"Dari kegiatan ini juga saya sedikit-sedikit belajar memasak karena kami ikut memasak makanan yang dibuat setiap harinya. Yah, setidaknya saya tidak akan menggoreng telur yang keasinan lagi," ucapnya bangga.
Kepala SMP Budya Wacana Suharto Edyst mengatakan, tak berhenti pada kegiatan, para siswa juga harus merangkum dan membuat esai dari kegiatan yang telah mereka jalani.
Menurutnya, nilai hasil dari program live in itu akan dikonversikan ke nilai rapor siswa untuk berbagai macam mata pelajaran.
"Banyak inspirasi yang didapat siswa selama live in. Mereka belajar ilmu sosial, biologi, seni, PKn dan lainnya. Dari hasil esai dan evaluasi selama tiga hari itu nantinya jadi penilaian nilai sekolah," jelasnya kepada wartawan, di Yogyakarta, Minggu 20 Oktober 2013.
Salah satu siswa peserta live in Freda menuturkan, meski terasa berat, menjalani kehidupan sehari-hari bersama mbah Dono dan istri yang rumahnya ia tinggali, ternyata menyenangkan. Ia merasa banyak belajar dari kehidupan, utamanya terhadap rasa bersyukur atas hidup yang dijalani.
Karena masih menggunakan kayu bakar untuk memasak meski telah memiliki kompor gas, Freda dan kedua temannya yang menginap di rumah Mbah Dono harus mencari kayu di hutan. Tak terbiasa bergumul dengan dedaunan dan ranting membuat tubuh mereka gatal-gatal.
"Saat mencari kayu di hutan menjadi pengalaman yang menyebalkan sekaligus menggelikan. Kami harus mencari kayu untuk masak tapi juga merasakan gatal di seluruh tubuh. Untung saja rasa gatal itu bisa hilang setelah kami mandi sepulang dari hutan," tuturnya.
Kehidupan yang tenang di desa ternyata membuat Freda ketagihan. Menurutnya, perasaan damai dan senangnya hati yang ia rasakan sangat berbeda dengan kehidupan yang dijalaninya di Kota Yogyakarta. Meski letih menjalani berbagai pekerjaan, ia mengaku akan langsung mengiyakan jika diajak kembali mengulang kegiatan live in.
"Dari kegiatan ini juga saya sedikit-sedikit belajar memasak karena kami ikut memasak makanan yang dibuat setiap harinya. Yah, setidaknya saya tidak akan menggoreng telur yang keasinan lagi," ucapnya bangga.
(maf)