AFI 2013, angin segar perfilman Indonesia
A
A
A
KEMENTERIAN Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) kembali menggelar Apresiasi Film Indonesia (AFI), sebuah ajang pemberian penghargaan kepada karya film beserta seluruh unsur-unsurnya yang mengacu pada muatan nilai budaya, kearifan lokal, dan pembangunan karakter bangsa.
Acara semacam ini merupakan kedua kalinya digelar oleh Kemendikbud dengan harapan dapat memberikan memberikan perspektif baru bagi kemajuan perfilman di Indonesia.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Kacung Marijan mengatakan, AFI 2013 akan memulai sebuah tradisi baru dengan menempatkan film beserta seluruh unsur yang melingkupinya sebagai satu-kesatuan.
Dengan kata lain, AFI tidak hanya mengapresiasi film sebagai karya, namun juga memberikan penghargaan khusus kepada elemen-elemen yang sudah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan dunia perfilman.
“Keberadaan AFI, diharapkan, bisa membawa angin segar bagi dunia perfilman di Indonesia karena, pada hakikatnya, film adalah produk budaya dan media yang efektif untuk membangun kearifan lokal serta karakter bangsa,” ujar Kacung Marijan, dalam keterangan persnya yang diterima Sindonews, Senin, 7 Oktober 2013.
Dalam acara ini, ada beberapa kategori film. Kategori utama yaitu, apresiasi film bioskop, apresiasi film independen (cerita panjang non bioskop), apresiasi film dokumenter, apresiasi film animasi, apresiasi film pendek, apresiasi film anak, dan apresiasi film pilihan pemirsa (metode jajak pendapat). Sementara kategori monumental yaitu, apresiasi film Adi-Karya, dan apresiasi film Adi-Insani.
Selanjutnya, kategori film khusus yaitu, apresiasi sutradara perdana, apresiasi festival film, apresiasi poster film, apresiasi komunitas, apresiasi media cetak, apresiasi media non cetak, apresiasi film independen kategori pelajar, apresiasi film independen kategori mahasiswa, dan apresiasi lembaga pendidikan.
Selain itu, AFI 2013 juga mengapresiasi karya film yang terhitung monumental, menjadi “tonggak” dan pembicaraan masyarakat, serta memberikan kontribusi besar di kurun waktu/periode tertentu dalam sejarah perkembangan perfilman Indonesia.
Penghargaan yang dinamakan Adi-Karya tersebut, akan disandingkan dengan apresiasi Adi-Insani, sebuah penghargaan untuk insan perfilman tak terbatas pada aktor/aktris dan pekerja film saja, juga industri/perusahaan film yang dinilai konsisten serta berjasa besar dalam memajukan perfilman nasional.
Menariknya, dalam acara ini disertakan pula sembilan kategori khusus yang merupakan wujud dari komitmen dan konsistensi Kemendikbud sebagai kementerian yang berfokus pada pendidikan dan kebudayaan.
Terselenggaranya acara ini diharapan bertumpu kepada sutradara muda yang mampu menelurkan karya film perdana berkualitas terbaik dan diputar di bisokop, media massa (cetak non cetak), komunitas film, hingga berbagai ajang festival yang secara intens telah menyebarkan informasi dan ikut memberikan pencerahan dalam dunia perfilman Indonesia.
“AFI merupakan ajang penghargaan yang sarat dengan misi pembinaan dan pendidikan. Untuk itu, AFI juga akan memberikan apresiasi kepada lembaga pendidikan dan film independen karya pelajar maupun mahasiswa, sehingga generasi muda terus terpacu untuk berkarya menciptakan sesuatu yang positif bagi masyarakat.” tambahnya.
Dalam acara ini, penyelenggara bekerja sama dengan tim ahli yang terdiri dari praktisi pendidikan, kebudayaan, perfilman, dan komunikasi.
Ketua tim ahli AFI 2013, Ichwan Persada mengatakan, dari 18 kategori tersebut, terdapat tujuh kategori utama yang keseluruhannya akan menilai film sebagai karya utuh.
Artinya, pada kategori tersebut, dewan juri tidak melakukan penilaian terhadap komponen-komponen yang bersifat teknis; seperti pemeran, penyutradaraan, penyuntingan, dan sebagainya.
"Sebaliknya, film dinilai sebagai karya budaya yang berkualitas, digarap dengan baik, dan memiliki pesan positif yang dapat menginspirasi masyarakat.” tukas Ichwan.
Untuk mengantarkan itu semua, juga dibentuk Dewan Juri AFI 2013, yang diketuai Totot Indarto, dengan anggota: Mathias Muchus, Erwin Arnada, Nirwan Dewanto, Jajang C Noer, Dana Riza, Linda Christanty, Hafiz Rancajale, dan Wahyu Aditya.
“AFI tahun ini tampil dengan hal baru dari tahun kemarin, dan itu menjadi poin yang harus dihargai. Biasanya festival-festival lain mempunyai perspektif tertentu saja. Semoga AFI bisa memberikan perspektif baru dalam apresiasi perfilman kita,” ujar Ketua Dewan Juri, Totot Indarto.
Acara semacam ini merupakan kedua kalinya digelar oleh Kemendikbud dengan harapan dapat memberikan memberikan perspektif baru bagi kemajuan perfilman di Indonesia.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Kacung Marijan mengatakan, AFI 2013 akan memulai sebuah tradisi baru dengan menempatkan film beserta seluruh unsur yang melingkupinya sebagai satu-kesatuan.
Dengan kata lain, AFI tidak hanya mengapresiasi film sebagai karya, namun juga memberikan penghargaan khusus kepada elemen-elemen yang sudah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan dunia perfilman.
“Keberadaan AFI, diharapkan, bisa membawa angin segar bagi dunia perfilman di Indonesia karena, pada hakikatnya, film adalah produk budaya dan media yang efektif untuk membangun kearifan lokal serta karakter bangsa,” ujar Kacung Marijan, dalam keterangan persnya yang diterima Sindonews, Senin, 7 Oktober 2013.
Dalam acara ini, ada beberapa kategori film. Kategori utama yaitu, apresiasi film bioskop, apresiasi film independen (cerita panjang non bioskop), apresiasi film dokumenter, apresiasi film animasi, apresiasi film pendek, apresiasi film anak, dan apresiasi film pilihan pemirsa (metode jajak pendapat). Sementara kategori monumental yaitu, apresiasi film Adi-Karya, dan apresiasi film Adi-Insani.
Selanjutnya, kategori film khusus yaitu, apresiasi sutradara perdana, apresiasi festival film, apresiasi poster film, apresiasi komunitas, apresiasi media cetak, apresiasi media non cetak, apresiasi film independen kategori pelajar, apresiasi film independen kategori mahasiswa, dan apresiasi lembaga pendidikan.
Selain itu, AFI 2013 juga mengapresiasi karya film yang terhitung monumental, menjadi “tonggak” dan pembicaraan masyarakat, serta memberikan kontribusi besar di kurun waktu/periode tertentu dalam sejarah perkembangan perfilman Indonesia.
Penghargaan yang dinamakan Adi-Karya tersebut, akan disandingkan dengan apresiasi Adi-Insani, sebuah penghargaan untuk insan perfilman tak terbatas pada aktor/aktris dan pekerja film saja, juga industri/perusahaan film yang dinilai konsisten serta berjasa besar dalam memajukan perfilman nasional.
Menariknya, dalam acara ini disertakan pula sembilan kategori khusus yang merupakan wujud dari komitmen dan konsistensi Kemendikbud sebagai kementerian yang berfokus pada pendidikan dan kebudayaan.
Terselenggaranya acara ini diharapan bertumpu kepada sutradara muda yang mampu menelurkan karya film perdana berkualitas terbaik dan diputar di bisokop, media massa (cetak non cetak), komunitas film, hingga berbagai ajang festival yang secara intens telah menyebarkan informasi dan ikut memberikan pencerahan dalam dunia perfilman Indonesia.
“AFI merupakan ajang penghargaan yang sarat dengan misi pembinaan dan pendidikan. Untuk itu, AFI juga akan memberikan apresiasi kepada lembaga pendidikan dan film independen karya pelajar maupun mahasiswa, sehingga generasi muda terus terpacu untuk berkarya menciptakan sesuatu yang positif bagi masyarakat.” tambahnya.
Dalam acara ini, penyelenggara bekerja sama dengan tim ahli yang terdiri dari praktisi pendidikan, kebudayaan, perfilman, dan komunikasi.
Ketua tim ahli AFI 2013, Ichwan Persada mengatakan, dari 18 kategori tersebut, terdapat tujuh kategori utama yang keseluruhannya akan menilai film sebagai karya utuh.
Artinya, pada kategori tersebut, dewan juri tidak melakukan penilaian terhadap komponen-komponen yang bersifat teknis; seperti pemeran, penyutradaraan, penyuntingan, dan sebagainya.
"Sebaliknya, film dinilai sebagai karya budaya yang berkualitas, digarap dengan baik, dan memiliki pesan positif yang dapat menginspirasi masyarakat.” tukas Ichwan.
Untuk mengantarkan itu semua, juga dibentuk Dewan Juri AFI 2013, yang diketuai Totot Indarto, dengan anggota: Mathias Muchus, Erwin Arnada, Nirwan Dewanto, Jajang C Noer, Dana Riza, Linda Christanty, Hafiz Rancajale, dan Wahyu Aditya.
“AFI tahun ini tampil dengan hal baru dari tahun kemarin, dan itu menjadi poin yang harus dihargai. Biasanya festival-festival lain mempunyai perspektif tertentu saja. Semoga AFI bisa memberikan perspektif baru dalam apresiasi perfilman kita,” ujar Ketua Dewan Juri, Totot Indarto.
(kur)