TKW Indonesia dijadikan kurir narkoba & PSK di Kuwait
A
A
A
Sindonews.com - Nur Salim, Koordinator Crisis Center Migrant Institute mengaku, tenaga kerja Indonesia (TKI), bernama Siti Waniah menjadi korban sindikat narkoba dan perdagangan orang.
Menurutnya, berdasarkan pengakuan Siti Waniah yang lahir di Indramayu, 28 Juni 1991, bahwa dirinya dijadikan penjual narkoba dan pekerja seks komersil (PSK).
“Menurut Samaroh, anaknya tersebut sudah bekerja selama 5 tahun dan dipekerjakan sebagai penjual narkoba dan pekerja seks oleh seorang majikan, yang juga menjadi bandar narkoba bernama Arsaybe Sya Ban Haophan di Kuwait,” ujar Nur Salim, Koordinator Crisis Center Migrant Institute melalui siaran persnya yang disampaikan kepada Sindonews, Jumat (27/9/2013).
Menurut pengakuan korban, ia setiap hari dipaksa melayani dua sampai tiga laki-laki hidung belang. Selain itu, korban juga dipaksa berjualan narkoba kepada lelaki hidung belang yang ingin dilayaninya itu.
Berdasarkan informasi yang didapat ibu korban, Siti Waniah yang warga Tegalurung, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu ini, baru menceritakan permasalahannya saat menelepon bulan puasa kemarin.
“Sebelum-sebelumnya, ia tidak pernah cerita mengenai kondisinya kepada kami,” tutur Samaroh pada Migrant Institute.
Tidak hanya itu, keluarga juga mengaku kesulitan berkomunikasi dengan korban karena selama ini nomor telepon korban selalu ganti.
“Saat keluarga berusaha menghubungi kembali, nomor telepon yang digunakan korban selalu tidak bisa dihubungi,” jelas Nur Salim.
Bahkan Siti Waniah hanya dua kali mengirim uang pada keluarganya sepanjang bekerja selama 5 tahun di Kuwait.
Atas kasus ini, Migrant Institute berharap pemerintah bisa segera menangani dengan memanggil pihak PPTKIS yang memberangkatkan Siti Waniah. Dengan demikian, pemerintah dapat menelusuri keberadaan Siti Waniah.
Hal ini selaras dengan harapan keluarga korban, yang menginginkan agar Siti Waniah dapat segera dipulangkan dan bisa kumpul dengan keluarga mereka.
“Selama ini kami bingung harus mengadukan hal ini ke mana, karena kami tidak memiliki salinan dokumen keimigrasian anak kami tersebut,” ucap Sumaroh.
Klik di sini untuk berita SBY lebih pentingkan konvensi ketimbang nyawa TKI.
Menurutnya, berdasarkan pengakuan Siti Waniah yang lahir di Indramayu, 28 Juni 1991, bahwa dirinya dijadikan penjual narkoba dan pekerja seks komersil (PSK).
“Menurut Samaroh, anaknya tersebut sudah bekerja selama 5 tahun dan dipekerjakan sebagai penjual narkoba dan pekerja seks oleh seorang majikan, yang juga menjadi bandar narkoba bernama Arsaybe Sya Ban Haophan di Kuwait,” ujar Nur Salim, Koordinator Crisis Center Migrant Institute melalui siaran persnya yang disampaikan kepada Sindonews, Jumat (27/9/2013).
Menurut pengakuan korban, ia setiap hari dipaksa melayani dua sampai tiga laki-laki hidung belang. Selain itu, korban juga dipaksa berjualan narkoba kepada lelaki hidung belang yang ingin dilayaninya itu.
Berdasarkan informasi yang didapat ibu korban, Siti Waniah yang warga Tegalurung, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu ini, baru menceritakan permasalahannya saat menelepon bulan puasa kemarin.
“Sebelum-sebelumnya, ia tidak pernah cerita mengenai kondisinya kepada kami,” tutur Samaroh pada Migrant Institute.
Tidak hanya itu, keluarga juga mengaku kesulitan berkomunikasi dengan korban karena selama ini nomor telepon korban selalu ganti.
“Saat keluarga berusaha menghubungi kembali, nomor telepon yang digunakan korban selalu tidak bisa dihubungi,” jelas Nur Salim.
Bahkan Siti Waniah hanya dua kali mengirim uang pada keluarganya sepanjang bekerja selama 5 tahun di Kuwait.
Atas kasus ini, Migrant Institute berharap pemerintah bisa segera menangani dengan memanggil pihak PPTKIS yang memberangkatkan Siti Waniah. Dengan demikian, pemerintah dapat menelusuri keberadaan Siti Waniah.
Hal ini selaras dengan harapan keluarga korban, yang menginginkan agar Siti Waniah dapat segera dipulangkan dan bisa kumpul dengan keluarga mereka.
“Selama ini kami bingung harus mengadukan hal ini ke mana, karena kami tidak memiliki salinan dokumen keimigrasian anak kami tersebut,” ucap Sumaroh.
Klik di sini untuk berita SBY lebih pentingkan konvensi ketimbang nyawa TKI.
(stb)