Tanamkan moral lewat Ilmu Sosial
A
A
A
Sindonews.com - Pembelajaran ilmu-ilmu sosial dinilai perlu diupayakan guna membantu menanamkan moral dan kekuatan mental bagi peserta didik. Dengan moral dan kekuatan mental yang baik, peserta didik dipastikan memiliki kemampuan berpikir kritis dan mandiri.
"Pembelajaran ilmu-ilmu sosial dapat mencapai tujuan tersebut dengan jalan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berinisiatif mengkritisi isu-isu sosial, baik individu, masyarakat lokal maupun masyarakat global. Ajak mereka melihat permasalaha sosial dari berbagai sudut pandang," ujar Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) Abdul Gafur, Jumat (13/9/2013).
Dalam pidato ilmiahnya pada perayaan Dies Natalis ke-48 FIS UNY, Gafur menuturkan ilmu-ilmu sosial yang diajarkan tetap perlu direvitalisasi. Hal ini dilakukan agar ilmu sosial tetap mampu membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat.
"Pemilihan dan pengorganisasian materi dalam kurikulum ilmu-ilmu sosial serta kegiatan pembelajarannya juga harus tepat. Hal ini penting agar peserta didik memiliki kemampuan mengembangkan pemahaman mendalam dan kritis terhadap masyarakat dimana mereka berada," tuturnya.
Menurut Gafur, pemilihan pendekatan atau strategi pembelajaran yang digunakan sangat menentukan lingkungan dan cara penyampaian materi pembelajaran. Dengan strategi pembelajaran berbasis ilmiah, pemikiran peserta didik menjadi sistematis dan akan lebih mudah memahami kondisi sosial yang ada.
"Penerapan pendekatan ilmiah tersebut bisa dilakukan dengan perumusan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada materi pembelajaran, pendekatan ilmiah dilakukan dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang mengandung kebenaran melalui langkah-langkah ilmiah. Dengan cara ini diharapkan persoalan sosial yang ada bisa dipahami atau diselesaikan dengan baik," jelasnya.
Sementara itu, Dekan FIS UNY Ajat Sudrajat MAg mengatakan, FIS UNY berusaha memantapkan langkah merespon gagasan yang berkembang yakni memperkokoh bangunan ilmu-ilmu sosial yang memiliki corak ke-Indonesiaan. Semangat tersebut diakuinya merupakan hasil refleksi panjang terhadap pemkembangan ilmu-ilmu sosial di Indonesia.
"Di tengah kondisi sosio kebangsaan yang memprihatinkan saat ini, FIS UNY merasa ditantang melaksanakan pendidikan yang lebih bermakna bagi hidup dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara," tuturnya.
Diungkapkan Ajat, guna memfasilitasi gagasan tersebut, FIS pun memberikan dukungan penuh pada Forum Ilmu Sosial Transformatif (Fistrans) untuk melakukan kajian bulanan terhadap ilmu-ilmu sosial dan pemkembangannya. Hal ini dilakukan agar FIS mampu menghasilkan lulusan yang memiliki perspektif nilai ke-Indonesiaan.
"Pembelajaran ilmu-ilmu sosial dapat mencapai tujuan tersebut dengan jalan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berinisiatif mengkritisi isu-isu sosial, baik individu, masyarakat lokal maupun masyarakat global. Ajak mereka melihat permasalaha sosial dari berbagai sudut pandang," ujar Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) Abdul Gafur, Jumat (13/9/2013).
Dalam pidato ilmiahnya pada perayaan Dies Natalis ke-48 FIS UNY, Gafur menuturkan ilmu-ilmu sosial yang diajarkan tetap perlu direvitalisasi. Hal ini dilakukan agar ilmu sosial tetap mampu membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat.
"Pemilihan dan pengorganisasian materi dalam kurikulum ilmu-ilmu sosial serta kegiatan pembelajarannya juga harus tepat. Hal ini penting agar peserta didik memiliki kemampuan mengembangkan pemahaman mendalam dan kritis terhadap masyarakat dimana mereka berada," tuturnya.
Menurut Gafur, pemilihan pendekatan atau strategi pembelajaran yang digunakan sangat menentukan lingkungan dan cara penyampaian materi pembelajaran. Dengan strategi pembelajaran berbasis ilmiah, pemikiran peserta didik menjadi sistematis dan akan lebih mudah memahami kondisi sosial yang ada.
"Penerapan pendekatan ilmiah tersebut bisa dilakukan dengan perumusan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada materi pembelajaran, pendekatan ilmiah dilakukan dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang mengandung kebenaran melalui langkah-langkah ilmiah. Dengan cara ini diharapkan persoalan sosial yang ada bisa dipahami atau diselesaikan dengan baik," jelasnya.
Sementara itu, Dekan FIS UNY Ajat Sudrajat MAg mengatakan, FIS UNY berusaha memantapkan langkah merespon gagasan yang berkembang yakni memperkokoh bangunan ilmu-ilmu sosial yang memiliki corak ke-Indonesiaan. Semangat tersebut diakuinya merupakan hasil refleksi panjang terhadap pemkembangan ilmu-ilmu sosial di Indonesia.
"Di tengah kondisi sosio kebangsaan yang memprihatinkan saat ini, FIS UNY merasa ditantang melaksanakan pendidikan yang lebih bermakna bagi hidup dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara," tuturnya.
Diungkapkan Ajat, guna memfasilitasi gagasan tersebut, FIS pun memberikan dukungan penuh pada Forum Ilmu Sosial Transformatif (Fistrans) untuk melakukan kajian bulanan terhadap ilmu-ilmu sosial dan pemkembangannya. Hal ini dilakukan agar FIS mampu menghasilkan lulusan yang memiliki perspektif nilai ke-Indonesiaan.
(lal)