Indonesia jadi tuan rumah Forum Kebijakan Internasional
![Indonesia jadi tuan...](https://a-cdn.sindonews.net/dyn/732/content/2013/08/21/15/773523/BqN5mvMiLj.jpg)
Indonesia jadi tuan rumah Forum Kebijakan Internasional
A
A
A
Sindonews.com - Tahun ini Indonesia ditunjuk UNESCO menjadi tuan rumah forum internasional. Forum Kebijakan Internasional ini berlangsung pada 20-22 Agustus di Jakarta.
Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal Informal (PAUDNI) Lydia Freyani Hawadie, ada 60 peserta dari Indonesia, serta 50 peserta dari 19 negara di kawasan Asia dan Afrika.
Antara lain Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, Timor Leste, Vietnam, Bangladesh, India, Nepal, Ethiopia dan Sudan Selatan.
Peserta tersebut terdiri dari kalangan pendidik, organisasi masyarakat, mitra swasta, pengelola Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM).
Pada pembukaan Forum Kebijakan Internasional ini juga diluncurkan laporan global pendidikan orang dewasa, atau second global report on adult learning and education (GRALE II).
GRALE II yang diterbitkan UNESCO Institute for Lifelong Learning,disusun berdasarkan data dari 141 negara yang menyajikan pandangan dari berbagai wilayah di dunia tentang pendidikan dan keaksaraan orang dewasa.
Pesan kunci pada GRALE II adalah, meskipun terdapat kemajuan global dalam hal penurunan jumlah tuna aksara, kelompok kurang beruntung ini masih tertinggal dan sulit memperoleh peluang pembelajaran bermutu.
Dari sudut pandang perubahan kondisi sosial, ekologi, demografi dan ekonomi pada abad 21, laporan ini menunjukkan bahwa investasi pada pendidikan formal, dan nonformal bagi penduduk berusia 15 tahun ke atas dapat sangat bermanfaat di negara mana pun.
Sebelumnya, UNESCO Instutite for Lifelong Learning (UIL), menjadikan Indonesia sebagai panutan (role model) pemberantasan tuna aksara. Indonesia berhasil menuntaskan target pemberantasan tuna aksara lebih cepat.
Indonesia mendapat gelar kehormatan ini karena target penyandang buta aksara sebesar 7,5 juta orang pada tahun 2015, sudah dapat dituntaskan pada tahun 2010. Bahkan, pada tahun 2011, jumlah buta aksara sudah berkurang menjadi 6,7 juta orang.
Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal Informal (PAUDNI) Lydia Freyani Hawadie, ada 60 peserta dari Indonesia, serta 50 peserta dari 19 negara di kawasan Asia dan Afrika.
Antara lain Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, Timor Leste, Vietnam, Bangladesh, India, Nepal, Ethiopia dan Sudan Selatan.
Peserta tersebut terdiri dari kalangan pendidik, organisasi masyarakat, mitra swasta, pengelola Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM).
Pada pembukaan Forum Kebijakan Internasional ini juga diluncurkan laporan global pendidikan orang dewasa, atau second global report on adult learning and education (GRALE II).
GRALE II yang diterbitkan UNESCO Institute for Lifelong Learning,disusun berdasarkan data dari 141 negara yang menyajikan pandangan dari berbagai wilayah di dunia tentang pendidikan dan keaksaraan orang dewasa.
Pesan kunci pada GRALE II adalah, meskipun terdapat kemajuan global dalam hal penurunan jumlah tuna aksara, kelompok kurang beruntung ini masih tertinggal dan sulit memperoleh peluang pembelajaran bermutu.
Dari sudut pandang perubahan kondisi sosial, ekologi, demografi dan ekonomi pada abad 21, laporan ini menunjukkan bahwa investasi pada pendidikan formal, dan nonformal bagi penduduk berusia 15 tahun ke atas dapat sangat bermanfaat di negara mana pun.
Sebelumnya, UNESCO Instutite for Lifelong Learning (UIL), menjadikan Indonesia sebagai panutan (role model) pemberantasan tuna aksara. Indonesia berhasil menuntaskan target pemberantasan tuna aksara lebih cepat.
Indonesia mendapat gelar kehormatan ini karena target penyandang buta aksara sebesar 7,5 juta orang pada tahun 2015, sudah dapat dituntaskan pada tahun 2010. Bahkan, pada tahun 2011, jumlah buta aksara sudah berkurang menjadi 6,7 juta orang.
(stb)