Ditinggal pemilih, parpol Islam harus lepas sekat tradisional
A
A
A
Sindonews.com - Berdasarkan hasil survei yang dilakukan beberapa waktu terakhir ini, elektabilitas partai politik (Parpol) berbasis Islam tidak menunjukkan tren positif. Popularitas parpol Islam selalu berada di bawah parpol nasionalis.
Pengamat Politik dari Universitas Paramadina Nico Harjanto mengatakan, parpol berbasis Islam akan lebih meningkat elektabilitasnya kalau bisa keluar dari sekat-sekat dukungan tradisionalnya. Namun, ia memandang hal itu akan sulit dilakukan.
"Itu susah karena partai-partai berbasis Islam adalah kelanjutan atau kepanjangan dari ormas-ormas Islam yang ada. Sebenarnya ada satu opsi yang bisa membuat terobosan untuk meningkatkan partai-partai berbasis Islam, dengan mencari tokoh alternatif dari eksternal," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Sabtu (3/8/2013).
Analisis Kebijakan Publik Rajawali Foundation ini menuturkan, dahulu banyak pemilih Islam memilih berdasarkan petunjuk tokoh panutannya khususnya kiai. Namun, banyaknya tokoh agama yang terlibat dalam politik dan berperilaku menyimpang menyebabkan hilangnya simpati masyarakat.
"Dengan makin banyaknya kiai dan tokoh agama berpolitik, maka itu menyebabkan fragmentasi di bawah," tandasnya.
Sehingga, pada akhirnya pemilih memutuskan memilih tokoh yang berasal dari luar partai yang berbasis Islam. Akibat tokoh agama yang terjun ke dunia politik tak mampu menjaga kepercayaan pemilih.
"Banyak pemilih yang sungkan dengan pilihan-pilihan tokoh panutannya yang berbeda-berbeda. Daripada dianggap memihak salah satu, meraka malah memilih yang diluar pilihan tokoh-tokoh panutannya," pungkasnya.
Pengamat Politik dari Universitas Paramadina Nico Harjanto mengatakan, parpol berbasis Islam akan lebih meningkat elektabilitasnya kalau bisa keluar dari sekat-sekat dukungan tradisionalnya. Namun, ia memandang hal itu akan sulit dilakukan.
"Itu susah karena partai-partai berbasis Islam adalah kelanjutan atau kepanjangan dari ormas-ormas Islam yang ada. Sebenarnya ada satu opsi yang bisa membuat terobosan untuk meningkatkan partai-partai berbasis Islam, dengan mencari tokoh alternatif dari eksternal," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Sabtu (3/8/2013).
Analisis Kebijakan Publik Rajawali Foundation ini menuturkan, dahulu banyak pemilih Islam memilih berdasarkan petunjuk tokoh panutannya khususnya kiai. Namun, banyaknya tokoh agama yang terlibat dalam politik dan berperilaku menyimpang menyebabkan hilangnya simpati masyarakat.
"Dengan makin banyaknya kiai dan tokoh agama berpolitik, maka itu menyebabkan fragmentasi di bawah," tandasnya.
Sehingga, pada akhirnya pemilih memutuskan memilih tokoh yang berasal dari luar partai yang berbasis Islam. Akibat tokoh agama yang terjun ke dunia politik tak mampu menjaga kepercayaan pemilih.
"Banyak pemilih yang sungkan dengan pilihan-pilihan tokoh panutannya yang berbeda-berbeda. Daripada dianggap memihak salah satu, meraka malah memilih yang diluar pilihan tokoh-tokoh panutannya," pungkasnya.
(kri)