Terorisme sudah jadi bahaya laten
A
A
A
Sindonews.com - Saat ini teroris sudah menjadi bahaya laten yang harus diantisipasi sejak dini. Termasuk kepada pendidikan yang diberikan kepada anak-anak pada masa sekolah.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin. Kata dia, pemahaman anti teroris dan anti komunis harus dimasukan pada sekolah-sekolah sebagai bentuk antisipasi dan penanggulangan. Bukan hanya pada sekolah umum namun kepada pesantren.
Menurutnya, tidak ada pesantren yang menghasilkan teroris. Namun, teroris ajaran Islam dari luar ini yang banyak mempengaruhi para pesantren yang keluar sebelum waktunya menjadi ahli agama.
"Mereka dipengaruhi ajaran Islam yang keras yang datangnya dari luar negeri, yang sebelumnya pemahaman agamanya kurang tetapi mereka sudah keluar dari pesantren," katanya saat ditemui di MNC Plaza, Jalan Kebun Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (5/6/2013).
Lanjut dia, untuk itu pesantren juga harus membekali para santrinya agar setelah keluar dari sana tidak terprovokasi. Maka itu, koordinasi untuk memperkuat dan memperbaiki komunikasi untuk membangun frekuensi kegiatan yang harus diperbanyak dan sasaran yang lebih jelas. Artinya pendekatan persuasif dan representasi.
"Pendekatan persuasif harus lebih dikedepankan dibandingakan penindasan sehingga jangan seperti membiarkan, dan dibarengi oleh pendidikan dasar oleh generasi muda. Usahanya harus total sebab ini sudah laten," tegasnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin. Kata dia, pemahaman anti teroris dan anti komunis harus dimasukan pada sekolah-sekolah sebagai bentuk antisipasi dan penanggulangan. Bukan hanya pada sekolah umum namun kepada pesantren.
Menurutnya, tidak ada pesantren yang menghasilkan teroris. Namun, teroris ajaran Islam dari luar ini yang banyak mempengaruhi para pesantren yang keluar sebelum waktunya menjadi ahli agama.
"Mereka dipengaruhi ajaran Islam yang keras yang datangnya dari luar negeri, yang sebelumnya pemahaman agamanya kurang tetapi mereka sudah keluar dari pesantren," katanya saat ditemui di MNC Plaza, Jalan Kebun Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (5/6/2013).
Lanjut dia, untuk itu pesantren juga harus membekali para santrinya agar setelah keluar dari sana tidak terprovokasi. Maka itu, koordinasi untuk memperkuat dan memperbaiki komunikasi untuk membangun frekuensi kegiatan yang harus diperbanyak dan sasaran yang lebih jelas. Artinya pendekatan persuasif dan representasi.
"Pendekatan persuasif harus lebih dikedepankan dibandingakan penindasan sehingga jangan seperti membiarkan, dan dibarengi oleh pendidikan dasar oleh generasi muda. Usahanya harus total sebab ini sudah laten," tegasnya.
(mhd)