Diprediksi ancaman keamanan alami pergeseran
A
A
A
Sindonews.com - Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Letjen TNI Subekti mengungkapkan, sejauh ini, Kementerian Pertahanan (Kemhan) juga telah mempunyai badan cyber.
Di Unhan, lanjutnya, juga sudah membuat center cyber. Badan cyber itu digunakan dalam rangka melindungi data-data yang bersifat strategis maupun pengaruh dari cyber pihak luar yang mengancam kepentingan Indonesia.
Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro sebelumnya juga telah menegaskan, bahwa kemampuan soft dan smart power pertahanan harus ditingkatkan.
"Diprediksi ancaman keamanan terus mengalami pergeseran dilihat dari segi sifat maupun aktornya," kata Purnomo di Unhan, Jakarta, Rabu (29/5/2013).
Purnomo menjelaskan, ancaman berupa perang terbuka di masa mendatang kemungkinan jarang dijumpai. Sebab, perang akan lebih banyak menggunakan pendekatan soft power dan smart power, seperti teknologi informasi.
Ini diperkuat dengan pernyataan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dalam rapat pimpinan TNI awal tahun ini bahwa dunia sekarang memasuki peperangan generasi baru yang lebih bersifat politik, berkepanjangan, dan terhubung dalam jaringan. “Aktor negara bisa menggunakan cara-cara nontradisional, seperti ekonomi, diplomatik, cyber warfare, dan media,” tuturnya.
Diketahui, perang melalui dunia maya (cyber warfare) merupakan sebuah ruang yang tidak dapat terlihat. Ruang ini tercipta ketika terjadi hubungan komunikasi yang dilakukan untuk menyebarkan suatu informasi, dimana jarak secara fisik tidak lagi menjadi halangan.
Di Unhan, lanjutnya, juga sudah membuat center cyber. Badan cyber itu digunakan dalam rangka melindungi data-data yang bersifat strategis maupun pengaruh dari cyber pihak luar yang mengancam kepentingan Indonesia.
Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro sebelumnya juga telah menegaskan, bahwa kemampuan soft dan smart power pertahanan harus ditingkatkan.
"Diprediksi ancaman keamanan terus mengalami pergeseran dilihat dari segi sifat maupun aktornya," kata Purnomo di Unhan, Jakarta, Rabu (29/5/2013).
Purnomo menjelaskan, ancaman berupa perang terbuka di masa mendatang kemungkinan jarang dijumpai. Sebab, perang akan lebih banyak menggunakan pendekatan soft power dan smart power, seperti teknologi informasi.
Ini diperkuat dengan pernyataan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dalam rapat pimpinan TNI awal tahun ini bahwa dunia sekarang memasuki peperangan generasi baru yang lebih bersifat politik, berkepanjangan, dan terhubung dalam jaringan. “Aktor negara bisa menggunakan cara-cara nontradisional, seperti ekonomi, diplomatik, cyber warfare, dan media,” tuturnya.
Diketahui, perang melalui dunia maya (cyber warfare) merupakan sebuah ruang yang tidak dapat terlihat. Ruang ini tercipta ketika terjadi hubungan komunikasi yang dilakukan untuk menyebarkan suatu informasi, dimana jarak secara fisik tidak lagi menjadi halangan.
(maf)