Antara SBY & Chavez

Rabu, 06 Maret 2013 - 22:02 WIB
Antara SBY & Chavez
Antara SBY & Chavez
A A A
Pada Selasa 6 Maret 2013 sekira pukul 16.25 waktu setempat, rakyat Venezuela dikejutkan dengan meninggalnya sang Presiden Hugo Chavez, akibat penyakit kanker yang dideritanya selama dua tahun terakhir.

Saat meninggalnya Presiden berusia 58 tahun itu, rakyat Venezuela begitu terpukul, bahkan sampai meratapinya. Dari gambaran ini jelas secara tersirat, bahwa sang Presiden mampu menjadikan dan menempatkan dirinya sesuai jalur yang diembannya sebagai Presiden.

Dari berbagai sumber, kepergian Chavez ditangisi rakyatnya karena dedikasi dan totalitasnya dalam mengurusi permasalahan di negaranya. Sejumlah aset dan perusahaan yang awalnya dikelola oleh asing, secara perlahan mampu dinasionalisasinya.

Kemudian, mantan pemimpin Partai Gerakan Republik Kelima dan bos Partai Sosialis Bersatu Venezuela (PSUV) itu, melakukan peningkatan pendanaan pemerintah, perawatan kesehatan, dan pendidikan, serta pengurangan yang signifikan dalam kemiskinan.

Bagaimana dia mampu melawan hegemoni kapitalis negara adidaya Amerika Serikat (AS). Bahkan, sudah menjadi rahasia umum, jika Chavez secara terbuka menjadi penentang negeri Paman Sam itu.

Tentunya, segala manuver, langkah, dan kebijakan yang dikeluarkan Chavez tidak akan mungkin terjadi, jika dia tidak berani dan tegas dalam bertindak. Berani, di mana Chavez enggan bahkan secara keras negaranya menolak dicampuri dan "dikelola" oleh asing.

Bahkan, Presiden yang dilahirkan dari sebuah keluarga kelas pekerja di Sabaneta, Barinas, ini, mampu menjadi pionir perubahan di daratan Amerika Latin. Chavez sebagai penggagas untuk tidak selalu bergantung pada AS.

Sampai pada saat meninggalnya Chavez, rakyat Venezuela merasa, bahwa Chavez telah mengembalikan harga diri dan martabat negara Venezuela. Rakyat Venezuela benar-benar merasakan bahwa mereka mempunyai Presiden yang secara langsung memperhatikan rakyatnya.

Sementara, bukan bermaksud menggurui, secara kasat mata, jika gambaran Chavez ditujukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), jelas sangat kontradiktif dengan apa yang terjadi.

Meski dalam lama jabatan memimpin negara, Chavez lebih lama dibanding dengan SBY. Chavez memimpin Venezuela dalam kurun waktu 14 tahun. Sedangkan SBY menjadi nakhoda negara Indonesia sekira sembilan tahun.

Walaupun lama rentan waktu tersebut tidak bisa dijadikan tolak ukur keberhasilan seorang pemimpin dalam memimpin negaranya. Namun, kepemimpinan Chavez membawa perubahan yang sangat signifikan bagi negaranya.

Chavez bukanlah seorang pemimpin yang menilai keberhasilannya dengan data-data yang mudah di kotak-katik sesuai keinginan penguasa. Tapi, Presiden Venezuela itu mampu membuktikannya dengan tindakan radikal.

Di awal 2013 ini, Presiden SBY bukannya disibukkan untuk menyelesaikan masa jabatannya dengan akhir yang manis. SBY justru lebih sibuk dengan urusan Partai Demokrat yang notabene adalah partai yang dibuatnya untuk mengantarkannya menjadi Presiden RI sampai saat ini.

Beberapa pernyataan dan langkah yang diambil SBY, justru menimbulkan kegaduhan politik dan semakin membenarkan, jika SBY meninggalkan perannya sebagai Presiden. Rakyat semakin kehilangan greget seorang SBY dalam membangun Indonesia.

Disamping itu, terkait dengan perusahaan-perusaan asing yang dengan bebasnya mengeruk hasil kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia. Tidak ada satu tindakan radikal yang dilakukan SBY untuk menasionalisasi, atau setidaknya mendapatkan keuntungan yang dominan dari hasil yang diambil perusahaan asing tersebut.

Faktanya, sampai saat ini, perusahaan Freeport masih menggali lubang emas di Papua. Hal yang sama dilakukan Newmont di Nusa Tenggara Barat (NTB). Jika disebutkan satu per satu, tentunya bisa puluhan perusahaan asing yang mengais rezeki di negara seribu pulau ini.

Secara sadar, rakyat ini terus terjajah meski sudah merdeka berpuluh tahun lamanya. Namun, di berbagai pelosok negeri ini fenomena kemiskinan sangat mudah ditemui, bahkan di Ibu Kota DKI Jakarta sekalipun.

Meski diakui, perbandingan antara negara Venezuela dengan Indonesia tidaklah sebanding. Jika Venezuela memiliki luas wilayah 912,050 kilometer persegi, sedangkan luas wilayah Indonesia lebih luas dengan wilayah 1,904,569 kilometer persegi.

Begitupun juga dengan jumlah penduduk yang tidak sebanding, Venezuela hanya berpenduduk 27.121.800 (2006), sedangkan Indonesia 230.472.833 (2009).

Namun, jika perbedaan-perbedaan terus ditonjolkan, tentunya tidak bijak jika harus dipermasalahkan. Alangkah baiknya, segi positif yang mampu ditampilkan Chavez, mampu juga diterapkan oleh Presiden SBY dalam akhir masa jabatannya ini.

Tentunya, rakyat Indonesia masih berharap, agar bangsa ini mampu meraih kehormatan yang hakiki sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6254 seconds (0.1#10.140)