Yogya jadi pusat pendidikan inklusi di ASEAN
A
A
A
Sindonews.com - Unesco organisasi PBB yang mengurusi pendidikan, akan menjadikan Yogyakarta sebagai pusat pengembangan pendidikan inklusi (pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus di sekolah regular) di kawasan ASEAN.
Head Of Social and Human Sciences Unecso ASEAN, Charif Ahmimed melakukan kerjasama dengan pemerintah kota (Pemkot) Yogyakarta soal pengembangan pendidikan inklusi tersebut.
"Di mana hasil dari pengembangan itu, nantinya juga akan diterapkan di kota dan kabupatan lain di Indonesia dan beberapa negara ASEAN, seperti Malaysia, Philipina dan Timur Leste," kata Ahmimed, usai bertemu Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti, Rabu (6/3/2013).
Menurutnya, terpilihnya Yogya sebagai percontohan pendidikan inklusif, karena daerah tersebut Yogya memiliki komitmen dalam hal pendidikan inklusi tersebut. Hal itu terbukti dengan Yogyakarta meraih penghargaan dari pusat dalam bidang pendidikan.
“Selain itu, Yogyakarta juga memilki banyak organisasi dan institusi pendidikan yang bisa membantu program pengembangan pendidikan inklusi tersebut,” ujarnya.
Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengatakan, untuk pengembangan pendidikan inklusi ini, Yogyakarta bukan hanya fokus pada pendidikan saja. Menurutnya, Yogya juga didukung dengan sarana dan prasarana serta infrastruktur yang mendukung pendidikan inklusi tersebut.
“Nantinya sekolah inklusi ini tidak hanya meluluskan siswa, namun lulusan itu juga memiliki keahlian,” harapnya.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Yogyakarta, Sugeng M Subono mengatakan, saat ini jumlah sekolah inklusi yang ada di Yogyakarta dari jenjang TK hingga SMA ada 33 sekolah.
"Terdiri dari TK 2 sekolah, SD 19 sekolah, SMP 5 sekolah, SMA 3 sekolah dan SMK 4 sekolah. Sedangkan jumlah siswa inklusi mencapai 288 orang," ungkapnya.
Head Of Social and Human Sciences Unecso ASEAN, Charif Ahmimed melakukan kerjasama dengan pemerintah kota (Pemkot) Yogyakarta soal pengembangan pendidikan inklusi tersebut.
"Di mana hasil dari pengembangan itu, nantinya juga akan diterapkan di kota dan kabupatan lain di Indonesia dan beberapa negara ASEAN, seperti Malaysia, Philipina dan Timur Leste," kata Ahmimed, usai bertemu Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti, Rabu (6/3/2013).
Menurutnya, terpilihnya Yogya sebagai percontohan pendidikan inklusif, karena daerah tersebut Yogya memiliki komitmen dalam hal pendidikan inklusi tersebut. Hal itu terbukti dengan Yogyakarta meraih penghargaan dari pusat dalam bidang pendidikan.
“Selain itu, Yogyakarta juga memilki banyak organisasi dan institusi pendidikan yang bisa membantu program pengembangan pendidikan inklusi tersebut,” ujarnya.
Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengatakan, untuk pengembangan pendidikan inklusi ini, Yogyakarta bukan hanya fokus pada pendidikan saja. Menurutnya, Yogya juga didukung dengan sarana dan prasarana serta infrastruktur yang mendukung pendidikan inklusi tersebut.
“Nantinya sekolah inklusi ini tidak hanya meluluskan siswa, namun lulusan itu juga memiliki keahlian,” harapnya.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Yogyakarta, Sugeng M Subono mengatakan, saat ini jumlah sekolah inklusi yang ada di Yogyakarta dari jenjang TK hingga SMA ada 33 sekolah.
"Terdiri dari TK 2 sekolah, SD 19 sekolah, SMP 5 sekolah, SMA 3 sekolah dan SMK 4 sekolah. Sedangkan jumlah siswa inklusi mencapai 288 orang," ungkapnya.
(maf)