Pramono Anung tak kaget dengar video mesum DPR
A
A
A
Sindonews.com - Wakil Ketua DPR Pramono Anung mengaku ancaman atau kabar tentang kasus video porno yang diduga melibatkan kader PDIP telah muncul sejak tujuh bulan lalu. Namun PDIP enggan untuk menanggapi, karena masih belum terdapat bukti nyata.
"Saya sudah dengar ini 7 bulan yang lalu. Ancaman itu ada sejak 5-6 bulan lalu di twitter saya. Tapi kan enggak ada bukti. Kaitannya ada tindakan untuk menakut-nakuti seseorang," kata Pram kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (25/4/2012).
Pram menambahkan, penyebaran video porno itu diduga terkandung maksud atau bertujuan untuk melakukan pemerasan terhadap orang yang dituduhkan. "Itu pasti ada motivasi. Atau ini ada motif tertentu untuk penjatuhan atau pemerasan terhadap seseorang. Ini ada kaitanya dengan kekecewaan seseorang," imbuhnya.
Selain itu, Pram berpikiran bahwa ada motif politik dalam penyebaran video tersebut. Karena dalam video itu telah disebutkan beberapa nama. "Semakin menyebut banyak nama, semakin kelihatan motifnya. Bisa politik, atau uang. Apalagi menyebut nama yang secara fisik enggak ada di situ," jelasnya.
Sementara itu, beberapa pihak beranggapan bahwa kasus ini masih berkaitan dengan momen pilkada di Kalimantan Barat, dimana ayah dari Karolin menjadi salah satu kandidat terkuat.
Terkait hal tersebut, Pram enggan untuk berkomentar lebih banyak. Ke depan, pihaknya akan menyerahkan kasus ini ke Badan Kehormatan (BK) DPR.
"Bisa juga kampanye hitam. Tapi kalau terkait pilkada Kalbar, saya enggak bisa ngomong. Ini kewenangan sepenuhnya BK. Mengenai apa yang dilakukan BK sepenuhnya jadi tanggung jawab BK," pungkasnya. (san)
"Saya sudah dengar ini 7 bulan yang lalu. Ancaman itu ada sejak 5-6 bulan lalu di twitter saya. Tapi kan enggak ada bukti. Kaitannya ada tindakan untuk menakut-nakuti seseorang," kata Pram kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (25/4/2012).
Pram menambahkan, penyebaran video porno itu diduga terkandung maksud atau bertujuan untuk melakukan pemerasan terhadap orang yang dituduhkan. "Itu pasti ada motivasi. Atau ini ada motif tertentu untuk penjatuhan atau pemerasan terhadap seseorang. Ini ada kaitanya dengan kekecewaan seseorang," imbuhnya.
Selain itu, Pram berpikiran bahwa ada motif politik dalam penyebaran video tersebut. Karena dalam video itu telah disebutkan beberapa nama. "Semakin menyebut banyak nama, semakin kelihatan motifnya. Bisa politik, atau uang. Apalagi menyebut nama yang secara fisik enggak ada di situ," jelasnya.
Sementara itu, beberapa pihak beranggapan bahwa kasus ini masih berkaitan dengan momen pilkada di Kalimantan Barat, dimana ayah dari Karolin menjadi salah satu kandidat terkuat.
Terkait hal tersebut, Pram enggan untuk berkomentar lebih banyak. Ke depan, pihaknya akan menyerahkan kasus ini ke Badan Kehormatan (BK) DPR.
"Bisa juga kampanye hitam. Tapi kalau terkait pilkada Kalbar, saya enggak bisa ngomong. Ini kewenangan sepenuhnya BK. Mengenai apa yang dilakukan BK sepenuhnya jadi tanggung jawab BK," pungkasnya. (san)
()