Golkar harus berpikir 1.000 kali calonkan Ical
A
A
A
Sindonews.com - Pengamat politik LIPI Ikrar Nusa Bhakti mengingatkan Partai Golkar untuk lebih berhati-hati dan belajar dari kegagalan pada dua Pemilihan Presiden (Pilres) sebelumnya.
"Golkar harus belajar dari 2 kali gagal dalam pemilihan presiden sebelumnya," ujar Ikran kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (23/4/2012).
Ikrar menjelaskan, ketika Golkar melakukan konvensi nasional yang membuka diri terhadap calon-calon lain, bahkan dari non Golkar untuk ikut, akibatnya yang menang Wiranto yang bukan orang dalam, sehingga dukungannya jadi setengah hati.
Selain itu, kegagalan terulang kembali ketika Jusuf Kalla Maju menjadi Capres. "JK yang tidak melakukan konvensi ya jadi dengan sistem yang sangat oligarki, tiba-tiba menyatakan diri sebagai capres, ya akibatnya seperti itu," ucapnya.
Ikrar juga menyoroti statemen petinggi Golkar terkait hasil survei. Menurutnya, Fadel Muhammad mengatakan hasil survei dimenangkan oleh Ical, padahal yang paling tinggi JK, malah Ical di bawah Akbar Tanjung.
"Nah kalau itu benar, harusnya mereka berpikir tidak hanya dua kali ya, tapi seribu kali untuk mencalonkan Ical jadi capres. Jadi tidak boleh ada manipulasi hasil survei," tukasnya. (san)
"Golkar harus belajar dari 2 kali gagal dalam pemilihan presiden sebelumnya," ujar Ikran kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (23/4/2012).
Ikrar menjelaskan, ketika Golkar melakukan konvensi nasional yang membuka diri terhadap calon-calon lain, bahkan dari non Golkar untuk ikut, akibatnya yang menang Wiranto yang bukan orang dalam, sehingga dukungannya jadi setengah hati.
Selain itu, kegagalan terulang kembali ketika Jusuf Kalla Maju menjadi Capres. "JK yang tidak melakukan konvensi ya jadi dengan sistem yang sangat oligarki, tiba-tiba menyatakan diri sebagai capres, ya akibatnya seperti itu," ucapnya.
Ikrar juga menyoroti statemen petinggi Golkar terkait hasil survei. Menurutnya, Fadel Muhammad mengatakan hasil survei dimenangkan oleh Ical, padahal yang paling tinggi JK, malah Ical di bawah Akbar Tanjung.
"Nah kalau itu benar, harusnya mereka berpikir tidak hanya dua kali ya, tapi seribu kali untuk mencalonkan Ical jadi capres. Jadi tidak boleh ada manipulasi hasil survei," tukasnya. (san)
()