Indonesia tuan Rumah Europe Asia Young Leaders Forum
A
A
A
Sindonews.com - Indonesia terpilih menjadi tempat diselenggarakannya Europe Asia Young Leaders Forum ke-10. Perhelatan ini dihadiri 44 pemimpin muda dunia yang berasal dari 22 negara Eropa dan Asia.
Indonesia dipilih menjadi tempat penyelenggaraan EAYLF ke-10 karena dinilai berhasil menjadi negara yang mampu dan lebih baik dari negara lainnya untuk lolos dari krisis dunia 2008 lalu.Para wakil Indonesia yang terpilih untuk berpartisipasi dalam forum tersebut di antaranya Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina), Zannuba Wahid (Direktur The Wahid Institute), Alia Swastika (Kurator), Dinny Jusuf (Aktivis Perempuan), Bambang Harymurti (Corporate Chief Editor Tempo International Media), dan Svida Alisjahbana (CEO Femina Group).
Menurut Ketua Young Leaders Forum Ilsabe Von Campenhausen para pemimpin muda dunia ini berasal dari berbagai kalangan, seperti perguruan tinggi, pemerintahan, bisnis dan masyarakat umum. "Mereka akan saling berbagi pengalaman, pengetahuan dan mencari solusi tergadap berbagai masalah nyata dan dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan positif di masyarakat," terang Ilsabe, di Jakarta, Minggu (1/4/2012).
Kehadiran sejumlah pemimpin muda dari Indonesia tersebut di antaranya akan memberikan penekanan terhadap isu-isu pendidikan, kesempatan kerja, kewirausahaan. "Para pemimpin muda ini akan melakukan kunjungan lapangan, untuk melihat berbagai program-program yang berhasil dilakukan di Indonesia," ucap Ilsabe.
Para tokoh muda ini juga akan mempelajari berbagai pendekatan inovatif untuk melihat berbagai program pendidikan keterampilan, dan cara wirausaha muda mendapatkan modal untuk usaha kecil. Juga berbagai langkah untuk mengintegrasikan kelompok marjinal melalui kegiatan wirausaha.
Sementara itu, Heidrun Tempel, Deputy Head of Mission Kedutaan Jerman untuk Indonesia menambahkan, para pemimpin muda ini akan diminta untuk membawa pengalaman, pengetahuan dan daringannya untuk membantu empat organisasi non pemerintah dalam mencari solusi masalah yang sedang dihadapinya.
"Salah satunya dengan mengembangkan strategi untuk membuat aktivitas berskala internasional, atau pemikiran bagaimana menemukan cara baru memerangi korupsi," pungkas Heidrun.
Indonesia dipilih menjadi tempat penyelenggaraan EAYLF ke-10 karena dinilai berhasil menjadi negara yang mampu dan lebih baik dari negara lainnya untuk lolos dari krisis dunia 2008 lalu.Para wakil Indonesia yang terpilih untuk berpartisipasi dalam forum tersebut di antaranya Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina), Zannuba Wahid (Direktur The Wahid Institute), Alia Swastika (Kurator), Dinny Jusuf (Aktivis Perempuan), Bambang Harymurti (Corporate Chief Editor Tempo International Media), dan Svida Alisjahbana (CEO Femina Group).
Menurut Ketua Young Leaders Forum Ilsabe Von Campenhausen para pemimpin muda dunia ini berasal dari berbagai kalangan, seperti perguruan tinggi, pemerintahan, bisnis dan masyarakat umum. "Mereka akan saling berbagi pengalaman, pengetahuan dan mencari solusi tergadap berbagai masalah nyata dan dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan positif di masyarakat," terang Ilsabe, di Jakarta, Minggu (1/4/2012).
Kehadiran sejumlah pemimpin muda dari Indonesia tersebut di antaranya akan memberikan penekanan terhadap isu-isu pendidikan, kesempatan kerja, kewirausahaan. "Para pemimpin muda ini akan melakukan kunjungan lapangan, untuk melihat berbagai program-program yang berhasil dilakukan di Indonesia," ucap Ilsabe.
Para tokoh muda ini juga akan mempelajari berbagai pendekatan inovatif untuk melihat berbagai program pendidikan keterampilan, dan cara wirausaha muda mendapatkan modal untuk usaha kecil. Juga berbagai langkah untuk mengintegrasikan kelompok marjinal melalui kegiatan wirausaha.
Sementara itu, Heidrun Tempel, Deputy Head of Mission Kedutaan Jerman untuk Indonesia menambahkan, para pemimpin muda ini akan diminta untuk membawa pengalaman, pengetahuan dan daringannya untuk membantu empat organisasi non pemerintah dalam mencari solusi masalah yang sedang dihadapinya.
"Salah satunya dengan mengembangkan strategi untuk membuat aktivitas berskala internasional, atau pemikiran bagaimana menemukan cara baru memerangi korupsi," pungkas Heidrun.
()