Dukungan Golkar berpotensi pecah dalam pencapresan
A
A
A
Sindonews.com - Dukungan Partai Golkar dalam bursa pencalonan presiden (pencapresan) diprediksi akan terpecah. Suara DPD II yang selama ini belum bersuara akan berpikir realistis dalam menyikapi siapa figur yang akan diusung di Pilpres 2014.
"Golkar itu bukan partai yang berbasis tokoh. Basis mereka adalah infrastruktur partai, khususnya DPD II yang banyak suaranya, dan kumpulan para tokoh. Susah untuk digiring satu suara, apalagi jika Ical (Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie) elektabilitasnya rendah dalam survei," kata pengamat politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya kemarin.
Saat ini, kata Yunarto, ada kecenderungan di Golkar, khususnya di jajaran DPP dan DPD I, untuk memersonifikasi Golkar sebagai milik Ical. Upaya memersonifikasi Golkar sebagai milik Ical juga sudah dilakukan dalam Rakernas Golkar, yaitu DPD I yang berjumlah 33 menguncinya dengan pernyataan sikap mencalonkan Ical.
"Yang diarahkan adalah top down. Makanya sekarang mulai seperti ada pemberontakan karena mereka dari bawah, yaitu DPD II, seperti tidak dilibatkan," ujarnya.
Kekuatan dari bawah yang akan mengembuskan mekanisme demokratis dalam penetapan capres akan semakin kuat jika dalam survei elektabilitas Ical tidak ada perkembangan signifikan.
Gerakan dari DPD II yang menggugat upaya DPD I mendorong capres tunggal, lanjut Yunarto, bisa dimaknai sebagai dorongan dari lingkup internal agar Golkar menggunakan mekanisme demokratis dalam penetapan capres.
Sementara untuk peluang Akbar Tandjung, Yunarto lebih melihat bahwa yang bersangkutan lebih akan menjadi penentu bagaimana dinamika politik internal Golkar. Hal senada diungkapkan pengamat politik dari Universitas Parahyangan Asep Warlan Yusuf.
Menurut dia, dukungan solid dari 33 DPD I ke Ical tidak otomatis akan memuluskannya di bursa pencapresan. Apalagi, kata dia, faktanya saat kompetisi ketua umum saat itu suara yang tidak ke Ical juga jumlahnya sangat signifikan. "Mereka tentu tidak mau memaksakan jika melihat bahwa publik kurang mendukung Ical," katanya.
Menurut Asep, jauh lebih penting jika Ical menyadari kondisi di masyarakat yang menginginkan kehadiran figur tidak identik dengan parpol. Itu artinya Golkar harusnya melakukan mekanisme yang terbuka dalam bursa pencapresan agar kadernya bisa menjaring aspirasi dari bawah. (san)
"Golkar itu bukan partai yang berbasis tokoh. Basis mereka adalah infrastruktur partai, khususnya DPD II yang banyak suaranya, dan kumpulan para tokoh. Susah untuk digiring satu suara, apalagi jika Ical (Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie) elektabilitasnya rendah dalam survei," kata pengamat politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya kemarin.
Saat ini, kata Yunarto, ada kecenderungan di Golkar, khususnya di jajaran DPP dan DPD I, untuk memersonifikasi Golkar sebagai milik Ical. Upaya memersonifikasi Golkar sebagai milik Ical juga sudah dilakukan dalam Rakernas Golkar, yaitu DPD I yang berjumlah 33 menguncinya dengan pernyataan sikap mencalonkan Ical.
"Yang diarahkan adalah top down. Makanya sekarang mulai seperti ada pemberontakan karena mereka dari bawah, yaitu DPD II, seperti tidak dilibatkan," ujarnya.
Kekuatan dari bawah yang akan mengembuskan mekanisme demokratis dalam penetapan capres akan semakin kuat jika dalam survei elektabilitas Ical tidak ada perkembangan signifikan.
Gerakan dari DPD II yang menggugat upaya DPD I mendorong capres tunggal, lanjut Yunarto, bisa dimaknai sebagai dorongan dari lingkup internal agar Golkar menggunakan mekanisme demokratis dalam penetapan capres.
Sementara untuk peluang Akbar Tandjung, Yunarto lebih melihat bahwa yang bersangkutan lebih akan menjadi penentu bagaimana dinamika politik internal Golkar. Hal senada diungkapkan pengamat politik dari Universitas Parahyangan Asep Warlan Yusuf.
Menurut dia, dukungan solid dari 33 DPD I ke Ical tidak otomatis akan memuluskannya di bursa pencapresan. Apalagi, kata dia, faktanya saat kompetisi ketua umum saat itu suara yang tidak ke Ical juga jumlahnya sangat signifikan. "Mereka tentu tidak mau memaksakan jika melihat bahwa publik kurang mendukung Ical," katanya.
Menurut Asep, jauh lebih penting jika Ical menyadari kondisi di masyarakat yang menginginkan kehadiran figur tidak identik dengan parpol. Itu artinya Golkar harusnya melakukan mekanisme yang terbuka dalam bursa pencapresan agar kadernya bisa menjaring aspirasi dari bawah. (san)
()