Partai menengah semakin optimistis

Selasa, 21 Februari 2012 - 08:24 WIB
Partai menengah semakin optimistis
Partai menengah semakin optimistis
A A A
Sindonews.com - Besarnya jumlah suara mengambang lantaran perolehan suara parpol besar diprediksi stagnan pada 2014 nanti membuat parpol-parpol menengah kian optimistis mendulang suara signifikan, jauh dari jumlah suara pada Pemilu 2009.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Taufik Kurniawan mengatakan, kecenderungan suara parpol-parpol besar, yang berdasarkan berbagai hasil survei cenderung stagnan bahkan turun, membuat suara mengambang sangat mungkin beralih ke parpol menengah dan parpol baru.

“Dalam survei yang cenderung naik itu partai menengah. Itu kami anggap pilihan realistis masyarakat yang dipotret dalam survei. Ini tentu menjadi bahan evaluasi dan masukan untuk kita meningkatkan konsolidasi dan program partai ke depan agar semakin dipercaya,” ungkap Taufik di Gedung DPR, Jakarta, Senin 20 Februari 2012.

Menurut dia,saat ini kecenderungannya pilihan politik masyarakat sudah bergeser dari politik aliran dan ideologi ke politik figur. Semakin banyaknya figur yang dimiliki parpol semakin meningkat juga kepercayaan masyarakat. Karena itu, partai besar tidak bisa lagi hanya mengandalkan basis lamanya yang sudah terikat secara ideologi.

“Itu yang kemudian menguntungkan partai menengah, khususnya PAN dalam menjaring kepercayaan masyarakat,” katanya.

Selain itu, lanjut Taufik, khususnya kenaikan angka elektabilitas PAN, faktor sudah ada keputusan capres juga ikut memengaruhi. Ketua Umum PAN Hatta Rajasa yang telah ditetapkan sebagai capres membangkitkan gairah bagi kader di daerah-daerah untuk meningkatkan konsolidasi dan kinerjanya.

Sementara itu, Sekjen DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta memandang, situasi demokrasi Indonesia masih labil. Karena itu, fluktuasinya hasil survei juga cukup tinggi.

“Pilihan bisa berubah setiap waktu dan itu kita selalu lihat trennya untuk dijadikan masukan,” katanya.

Dia juga mengatakan bahwa terjadi political distrust ini mengakibatkan masyarakat semakin tidak percaya terhadap parpol. Kalaupun kecenderungan yang naik dari partai kelas menengah, hal itu bukan berarti ada limpahan dari dukungan partai besar yang kecewa, melainkan hanya migrasi dari suara mengambang yang setiap saat pilihannya bisa berubah.

“Semua parpol tanpa terkecuali harus melakukan gebrakan untuk rebut kepercayaan publik,”ujarnya.

Tetapi,lanjut dia,partai besar memang agak susah karena mereka sudah mendapatkan kepercayaan lebih. Kecenderungannya, partai baru dan partai menengah bisa lebih dijadikan pilihan mereka yang sejauh ini belum menentukan pilihan.

Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso menyatakan, Golkar tetap merasa masih bisa menaikkan elektabilitasnya karena dari waktu ke waktu suaranya terus naik dalam berbagai survei. Golkar bahkan kebanyakan berada di nomor urut teratas dalam survei sehingga itu menjadi pemacu bekerja lebih keras.

“Fakta hasil survei selalu kita hormati. Kita sedikit gembira karena Golkar masih tertinggi. Tidak apa-apa kalau angkanya cenderung stagnan meskipun sebenarnya naik. Stagnan kalau ini sampai pada 2014 juga tidak masalah karena berarti kita yang menang,” katanya.

Menanggapi hasil survei beberapa lembaga survei tentang elektabilitas parpol, pengamat politik dari CSIS J Kristiadi menilai, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) diprediksi harus bekerja ekstrakeras untuk dapat meraup suara signifikan jika PT benar-benar naik di atas 2,5 persen.

“Pemilu memang masih dua tahun lagi dan apa pun bisa terjadi. Tapi jika kita berpatokan saat ini, PKS dan Hanura memang dalam posisi terancam apabila ada kenaikan PT,” ungkap Kristiadi.

Dia menjelaskan, sebenarnya belum ada kata menyerah bagi PKS dan Hanura serta partai-partai lain. Waktu dua tahun menjelang pemilu bisa dijadikan momentum berbenah dan mengembalikan jati diri partai agar pemilih yang ragu-ragu maupun kecewa pada kinerja mereka bisa kembali percaya.

“Secara umum sebenarnya hampir semua partai mengalami pergerusan kepercayaan. Ini tentu sangat berbahaya karena sumber rekrutmen pejabat dan pengurus bangsa ada di parpol. Kalau parpol tak dipercaya masyarakat, bangsa akan sudah berkembang,” ungkapnya.(azh)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7901 seconds (0.1#10.140)