Pentolan Demokrat lobi DPR beli Leopard

Kamis, 19 Januari 2012 - 13:59 WIB
Pentolan Demokrat lobi...
Pentolan Demokrat lobi DPR beli Leopard
A A A
Sindonews.com - Pentolan DPP Demokrat dikabarkan ikut melobi anggota Komisi I DPR untuk menggolkan proyek TNI Angkatan Darat membeli 100 tank Leopard buatan Jerman yang bekas pakai Belanda. Hal itu diungkapkan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane.

"Saya dapat informasi petinggi TNI AD melakukan pertemuan dengan anggota Komisi I DPR yang difasilitasi menteri yang juga pentolan DPP Demokrat untuk melobi dukungan pembelian Leopard," ujarnya saat berbincang dengan Sindonews, Kamis (19/1/2012).

Ditambahkan dia, pentolan DPP Demokrat itu melangsungkan beberapa kali pertemuan di hotel mewah di kawasan Jalan Darmawangsa, Jakarta Selatan dan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

"Jadi pertanyaan kenapa pihak-pihak tertentu terlalu ngotot untuk memaksakan kehendak membeli tank Leopard sampai-sampai petinggi TNI, dan seorang menteri kabinet diturunkan untuk memaksa anggota Komisi I mendukung rencana itu," tambahnya.

Dijelaskan Neta, saat ini pembelian Leopard masih belum final dan baru tahap rencana, karena anggota Komisi I DPR masih terus melakukan penjegalan. Namun bukan suatu hal yang mustahil, jika lobi itu terus dilakukan maka rencana pembelian 100 tank terealisasi.

"Saya kira pembelian itu belum dilakukan ya dan masih rencana, karena harus ada persetujuan Komisi I. Kalau soal itu mungkin bisa tanyakan langsung dengan Komisi I," terangnya saat ditanya siapa pentolan DPP Demokrat yang ngotot menggolkan proyek TNI dalam pembelian alutsista itu.

Berdasarkan data IPW, beberapa anggota Komisi I diintervensi agar mendukung rencana pembelian tank Leopard. Namun intervensi tersebut ditolak hingga terjadi perdebatan sengit dalam pertemuan antara petinggi militer, anggota Komisi I, dan seorang menteri tersebut.

Penolakan paling kencang diutarakan Wakil Ketua Komisi I bidang Pertahanan DPR Tubagus Hasanuddin. Menurutnya, ada beberapa alasan menolak pembelian tank canggih seberat 63 ton itu. Pertama, Leopard dinilai kurang taktis untuk sistem pertahanan pulau-pulau seperti di Indonesia.

Kedua, Kemenhan dianggap belum menyampaikan secara resmi mengenai rencana pembelian tank Leopard ini. Dua alasan itulah mengapa DPR hingga kini belum menyetujui rencana pengadaan tank Leopard untuk TNI AD. "Tank Leopard bekas Balanda itu kurang taktis untuk sistem pertahanan pulau-pulau di Indonesia," terangnya.

Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo ngotot agar pembelian Leopard dapat segera dilakukan. Dia beralasan, alat utama persenjataan TNI sudah tertinggal dengan negara lain.

"Untuk tank berat kita belum mampu. Sehingga, kita berharap ada peningkatan teknologi. Andaikata kita memiliki yang berat, dengan sarat bisa mentransfer sehingga bisa membuat sendiri," terangnya saat pameran alat pertahanan TNI di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu 18 Januari 2012.

Dia menjelaskan, Angkatan Darat (AD) saat ini memiliki 11 batalyon kavaleri. Dari 11 batalion kavaleri, dua batalion di antaranya memiliki tank terbaru yaitu Scorpion. "Itu tank ringan dan lain-lain. Itu semua produk tahun 50-an. Jadi kalau dilihat, kita sudah jauh ketinggalan untuk soal tank," keluh adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, kendaraan lapis baja ada tiga macam, yaitu ringan, sedang, dan berat. Saat ini, TNI telah bekerja sama dengan PT Pindad untuk memperbarui kendaraan tank kelas ringan menjadi kelas sedang.

"Leopard itu termasuk yang berat. Saat ini AD bekerja sama dengan Pindad untuk meretrovit tank AMF 13 yang kita punya sebanyak 13 unit untuk dikembangkan agar bisa mencapai kelas sedang," tambahnya. (san)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6219 seconds (0.1#10.140)