IPW: KPK harus selidiki pembelian Leopard
A
A
A
Sindonews.com - Keinginan kuat TNI Angkatan Darat untuk membeli Tank Leopard malah menimbulkan kecurigaan. Apalagi, beberapa terakhir ini sejumlah pejabat tinggi militer terlihat terus melakukan pertemuan dengan sejumlah anggota Komisi I DPR RI di sebuah hotel bintang lima di Jakarta.
Kecurigaan itu disampaikan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane. Menurutnya, ada indikasi terjadi lobi-lobi menyusul keinginan membeli tank yang dijual obral itu. Beberapa hari terakhir ini, Neta melihat ada pertemuan antara pucuk pimpinan militer dengan komisi DPR yang membidangi pertahanan dan keamanan.
Dari hasil investigasi yang dilakukan IPW dan juga para Deklarator Komite Pengawasan Komisi Pemeberantasan Korupsi, telah terjadi intervensi terhadap anggota Komisi I agar mendukung rencana pembelian Tank Leopard itu.
"Tapi, memang intervensi tersebut ditolak, hingga terjadi perdebatan sengit dalam pertemuan antara petinggi militer, anggota Komisi I dan seorang menteri," kata Neta, dalam rilisnya kepada Sindonews, Kamis (19/1/2012).
Bahkan, pertemuan itu dilangsungkan beberapa kali, antara lain di hotel mewah kawasan Jalan Darmawangsa, Jakarta Selatan, dan kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. "Jadi pertanyaannya kenapa pihak-pihak tertentu terlalu ngotot untuk memaksakan kehendaknya membeli Tank Leopard hingga petinggi TNI, seorang menteri kabinet diturunkan untuk memaksa anggota Komisi I agar mendukung rencana tersebut," ujar Neta dengan nada penuh curiga.
Maka itu, Neta mendesak agar KPK perlu segera turun tangan menginvestigasi dan melakukan penyadapan terhadap pejabat-pejabat yang diduga terlibat dalam rencana pembelian tank seharga Rp2 juta dolar AS itu. Menurutnya, pembelian tank buatan Jerman itu sangat tidak masuk akal. Sebab, untuk biaya perawatan saja sangat mahal dan tanki BBMnya mencapai 1.200 liter.
Sementara jatah BBM untuk tank yang diberikan TNI perhari hanya 10 liter. Artinya, jika dipaksakan dibeli Leopard ini hanya menjadi pajangan. Sebab BBM 10 liter perhari tidak cukup untuk memanaskan mesin Leopard yang minimal perhari satu jam.
Selain itu, berat Leopard yg mencapai 62 ton akan menjadi kesulitan tersendiri untuk menempatkannya di luar Jawa. Sebab hingga saat ini tidak ada satu pun pelabuhan di luar Jawa yang mampu menampung pendaratannya.
Jika pendaratannya dilakukan di pantai, kondisi pantai Indonesia yang berlumpur menjadi masalah tersendiri bagi Leopard. Beberapa tahun lalu tank TNI pernah terbenam saat latihan di pantai Situbondo, Jawa Timur. (lin)
Kecurigaan itu disampaikan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane. Menurutnya, ada indikasi terjadi lobi-lobi menyusul keinginan membeli tank yang dijual obral itu. Beberapa hari terakhir ini, Neta melihat ada pertemuan antara pucuk pimpinan militer dengan komisi DPR yang membidangi pertahanan dan keamanan.
Dari hasil investigasi yang dilakukan IPW dan juga para Deklarator Komite Pengawasan Komisi Pemeberantasan Korupsi, telah terjadi intervensi terhadap anggota Komisi I agar mendukung rencana pembelian Tank Leopard itu.
"Tapi, memang intervensi tersebut ditolak, hingga terjadi perdebatan sengit dalam pertemuan antara petinggi militer, anggota Komisi I dan seorang menteri," kata Neta, dalam rilisnya kepada Sindonews, Kamis (19/1/2012).
Bahkan, pertemuan itu dilangsungkan beberapa kali, antara lain di hotel mewah kawasan Jalan Darmawangsa, Jakarta Selatan, dan kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. "Jadi pertanyaannya kenapa pihak-pihak tertentu terlalu ngotot untuk memaksakan kehendaknya membeli Tank Leopard hingga petinggi TNI, seorang menteri kabinet diturunkan untuk memaksa anggota Komisi I agar mendukung rencana tersebut," ujar Neta dengan nada penuh curiga.
Maka itu, Neta mendesak agar KPK perlu segera turun tangan menginvestigasi dan melakukan penyadapan terhadap pejabat-pejabat yang diduga terlibat dalam rencana pembelian tank seharga Rp2 juta dolar AS itu. Menurutnya, pembelian tank buatan Jerman itu sangat tidak masuk akal. Sebab, untuk biaya perawatan saja sangat mahal dan tanki BBMnya mencapai 1.200 liter.
Sementara jatah BBM untuk tank yang diberikan TNI perhari hanya 10 liter. Artinya, jika dipaksakan dibeli Leopard ini hanya menjadi pajangan. Sebab BBM 10 liter perhari tidak cukup untuk memanaskan mesin Leopard yang minimal perhari satu jam.
Selain itu, berat Leopard yg mencapai 62 ton akan menjadi kesulitan tersendiri untuk menempatkannya di luar Jawa. Sebab hingga saat ini tidak ada satu pun pelabuhan di luar Jawa yang mampu menampung pendaratannya.
Jika pendaratannya dilakukan di pantai, kondisi pantai Indonesia yang berlumpur menjadi masalah tersendiri bagi Leopard. Beberapa tahun lalu tank TNI pernah terbenam saat latihan di pantai Situbondo, Jawa Timur. (lin)
()