Serius Mau Lockdown? Ini Poin-poin yang Harus Diperhatikan
A
A
A
JAKARTA - Berbagai negara melakukan lockdown atau isolasi semua akses masuk, baik masuk maupun keluar, termasuk fasilitas umum, untuk menghentikan penyebaran virus corona atau COVID-19. Sedangkan Indonesia hingga saat ini belum melakukannya.
Terkait hal tersebut, Anggota Komisi VIII DPR, Selly Andriyana Gantina membeberkan sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan lockdown. "Lockdown basisnya area. Dihitung detail berapa dampaknya. Berapa kebutuhan yang diperlukan, berapa yang harus dikorbankan," ujar Selly kepada SINDOnews, Senin (23/3/2020).
(Baca juga: Positif Corona di Indonesia Bertambah Jadi 579 Orang, 49 Meninggal Dunia)
Dia mengatakan, karena virus yang dilawan tidak kelihatan, maka harus cermat kalkulasi. "Jabodetabek misalnya, dengan demografi yang padat dan angka paparan tertentu, ya harus dilakukan langkah spesifik," kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini.
Kemudian kata dia, fasilitas kesehatan (Faskes) harus siap. "Pemenuhan kebutuhan dasar seperti listrik, air, bahan pangan, harus tersedia dalam jumlah cukup," ujar mantan Wakil Bupati Cirebon itu.
Dia menambahkan, ada substitusi dari pendapatan formal masyarakat biar bisa bertahan hidup. "Jadi dari hulu ke hilir itu terkoordinasi baik, biar tidak chaos," kata mantan Anggota DPRD Jawa Barat ini.
Menurutnya, lockdown itu bukan ditutup mentah-mentah, melainkan kebijakan pembatasan yang menuntut partisipasi masyarakat secara komprehensif.
"Kalau masih ada yang keluyuran tidak pertimbangkan kesehatan masyarakat yang lain, ya di sanksi. Social distancing harus ketat. Apa harus sampai zero interaction? Tentu tidak kan," pungkasnya.
Terkait hal tersebut, Anggota Komisi VIII DPR, Selly Andriyana Gantina membeberkan sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan lockdown. "Lockdown basisnya area. Dihitung detail berapa dampaknya. Berapa kebutuhan yang diperlukan, berapa yang harus dikorbankan," ujar Selly kepada SINDOnews, Senin (23/3/2020).
(Baca juga: Positif Corona di Indonesia Bertambah Jadi 579 Orang, 49 Meninggal Dunia)
Dia mengatakan, karena virus yang dilawan tidak kelihatan, maka harus cermat kalkulasi. "Jabodetabek misalnya, dengan demografi yang padat dan angka paparan tertentu, ya harus dilakukan langkah spesifik," kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini.
Kemudian kata dia, fasilitas kesehatan (Faskes) harus siap. "Pemenuhan kebutuhan dasar seperti listrik, air, bahan pangan, harus tersedia dalam jumlah cukup," ujar mantan Wakil Bupati Cirebon itu.
Dia menambahkan, ada substitusi dari pendapatan formal masyarakat biar bisa bertahan hidup. "Jadi dari hulu ke hilir itu terkoordinasi baik, biar tidak chaos," kata mantan Anggota DPRD Jawa Barat ini.
Menurutnya, lockdown itu bukan ditutup mentah-mentah, melainkan kebijakan pembatasan yang menuntut partisipasi masyarakat secara komprehensif.
"Kalau masih ada yang keluyuran tidak pertimbangkan kesehatan masyarakat yang lain, ya di sanksi. Social distancing harus ketat. Apa harus sampai zero interaction? Tentu tidak kan," pungkasnya.
(maf)