Lagi-lagi Teori Columbus Terpatahkan (19-bersambung)

Senin, 10 Februari 2020 - 06:28 WIB
Lagi-lagi Teori Columbus Terpatahkan (19-bersambung)
Lagi-lagi Teori Columbus Terpatahkan (19-bersambung)
A A A
Tak terasa, kami sudah 25 hari di Samudera Atlantik Utara, memasuki kawasan 50 derajat bujur barat dan 15 derajat lintang utara. Artinya kami masih terseret ke selatan.

"Berdasarkan peta ini, arus Dagang Tenggara mulai dari 35 derajat lintang utara. Tapi saat ini kita sudah berada di 50 derajat bujur barat, masih terseret ke selatan," tanya saya kepada Philip. Yang ditanya mengangkat bahunya, tanda tidak tahu pasti apa yang salah di pertanyaan saya barusan.

Sejak saat itu, Angin Sahara Barat sudah mulai berkurang kecepatannya. Laju kapal hanya mencatatkan 70-80 mil per hari. Itu artinya 4-5 hari lagi mencapai West Indies. Laju kapal melambat membuat kru mulai terserang rasa jenuh. "Bosan juga kelamaan di laut," ucap Chalie.

"Iya, aku khawatir tidak bisa merayakan tahun baru di ST Domingos," kata Sheima.

"Bukannya kalian merayakan tahun baru saban tahun di darat. Ini merupakan pengalaman baru kalian," canda Dirman.

Sedikit terhibur ketika pada 23 Desember 2019, pukul 08.10 waktu Atlantik Utara, kami melintasi 59 derajat bujur barat dan 16 derajat lintang utara. "Kita sudah berada di West Indiest atau mulai memasuki kawasan Karibia," ujar Philip sambil mengumumkan bahwa pemenang tebakannya adalah Remi Khawarij.

Seperti diberitakan sebelumnya, saat memulai perjalanan dari Tenerife, para kru sempat bermain tebak-tebakan mengenai kapan persisnya kapal yang kami layari tiba di kawasan Karibia. Dan waktu itu Remi menyebut tanggal 23 Desember.

Namun, ditanya apa rumusnya sehingga mampu menebak dengan jitu? Remi hanya memberi isyarat dengan jari telunjuk berputar-putar di atas kepala. Persis lagak Jenderal Nagabonar dalam menentukan posisi di peta, alias ngasal.

Memasuki kawasan Karibia, menjadikan jarak ke ST Domingos tersisa 633 NM. Lalu lintas laut pun mulai ramai. Sehari kami dapat menjumpai dua hingga tiga kapal dagang. Itulah hiburan kami, sebab daratan sudah dekat. Selain itu, burung laut sudah banyak yang menghampiri kapal, bertambah kuat tanda-tanda pulau yang dituju sudah di depan mata.

Haluan pun diubah dari 240 derajat menjadi 290 derajat. Angin Sahara Barat sudah mulai hilang kesaktiannya, sebab angin kini bertiup dari barat daya. Hari ke-30, tepatnya pagi pukul 10.00 waktu setempat, Charlie pertama kami melihat pulau La Desirede.

Karena letak ST Domingos di selatan Pulau Hispanola, maka kami harus memasuki celah Guadeloupe, yakni antara pulau Antigua dan pulau Guadelope. Usai memasuki pulau itu, arah angin datang beraturan sehingga kami harus lebih sering mengolah layar.

Ketika memasuki perairan Peurto Rico, kapal terbang pengintai Amerika Serikat mengitari kami. Setelah itu, penjaga kapal Amerika Serikat datang memastikan kami bukan penyelundup manusia dan benda haram lainnya. Itu juga sekaligus sebagai tanda, negara pulau itu merupakan wilayah jajahan AS.

Setelah pulau Peurto Rico hilang dari pandangan, kini ujung selatan pulau Hispanola yang terlihat. Malam harinya lampu-lampu kota-kota di selatan pulau Hispanola memancar jelas. Kru kapal kian bersemangat. Diperkirakan pagi jam 8.00, kami sudah merapat di pangkalan angkatan laut Republik Dominika.

Namun, pada pukul 7.30, tanggal 31 Desember 2019, kami dihadang oleh kapal angkatan laut Republik Dominika. "Kalian harus menunggu sampai pukul 10.00," kata petugas itu dari kapalnya.

Syukurnya, Vera Piegeti, istri Yuri datang menghampiri kami dengan menggunakan speed boat. Dia datang membawa minuman ringan dingin dan buah-buah seperti apel, jeruk dan pisang. "Ketemu lagi dengan buah segar," kata Max. Kami terakhir memakan buah segar 25 hari yang lalu.

Tepat pukul 9.00, barulah kami diperintahkan mengikuti kapal yang tadinya menghampiri kami, ke dermaga. Sesampainya di dermaga, kami disambut secara militer, lengkap dengan marching band angkatan laut. Di dermaga sudah menunggu Presiden Klub Lebanon, Palestina, dan Syria Republik Dominika Alfred Malek beserta puluhan anggotanya, termasuk Wakil Panglima Angkatan Laut Republik Dominika, Laksamana Hector Juan Martinez Roman.

"Selamat kepada Philip Beale dan kru, kalian sudah berhasil menjalankan misi pembuktian bahwa bangsa Phoenicia lebih dahulu 2.000 tahun sampai di kawasan Amerika ketimbang Cristhoper Columbus," kata Alfred Malek.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di dermaga, langkah kaki saya terasa bergoyang, seperti merasakan gempa. Tanda alami setelah manusia berada berhari-hari di laut, terlebih kami sudah 39 hari tidak menginjak daratan. "Rasakan sensasinya ketika kaki kita pertama kali menginjak daratan," bisik saya kepada kru lainnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5225 seconds (0.1#10.140)