Cadiz, Kota Paling Tua di Eropa yang Tetap Cantik (7)

Jum'at, 17 Januari 2020 - 06:30 WIB
Cadiz, Kota Paling Tua di Eropa yang Tetap Cantik (7)
Cadiz, Kota Paling Tua di Eropa yang Tetap Cantik (7)
A A A
SELAIN kota tertua di Eropa, Cadiz juga dikenang sebagai pelabuhan yang digunakan oleh Christhoper Columbus dalam memulai ekspedisinya ke benua Amerika untuk kedua kalinya, tepatnya 24 September 1493. Tak heran kota itu sekarang menjadi tujuan wisata di Eropa.

Kota ini dibangun oleh bangsa Phoenicia, bangsa pelaut dan saudagar pada 600 sebelum masehi. Saat ini, peninggalan bangsa Phoenicia itu berupa kanal pelabuhan tengah dipugar oleh pemerintah kota Cadiz. Tentunya pemugaran itu bertujuan untuk menambah tempat tujuan wisata kota yang terletak di kawasan Andulusia ini.
Cadiz, Kota Paling Tua di Eropa yang Tetap Cantik (7)


Menurut Wali Kota Cadiz, Teofila Martinez yang sempat berkunjung ke Kapal Phoenicia, bahwa reskontrsuksi kanal dan pelabuhan Phoenicia itu akan berlangsung selama dua tahun ke depan. Dia berharap situs penting itu akan menjadi salah satu magnet kunjungan wisata Mancanegara. "Kota Cadiz harus menampilkan situs yang menjadi bukti sebagai kota tertua di Eropa," kata dia kepada kru Kapal Phoenicia.

Tak hanya kanal pelabuhan yang menjadi peninggalan bangsa Phoenicia. Saat ini terdapat peninggalan lainnya di pantai Cadiz, tepatnya di pantai Playa De La Cortadura. Peninggalan tersebut berupa pilar dan dan peti mati terbuat dari batu cadas. Sayangnya, situs berukuran lima kali lima meter tersebut kalah pamor dengan pantai dengan pasir putihnya.

Sedangkan benda-benda peninggalan bangsa Phoenicia bisa disaksikan di Museum Iconografico e Historico Sitio de Cadiz. Museum yang terletak di pusat kota tua Cadiz itu, dikelilingi tembok berupa benteng tua peninggalan abad ke 17 dan 18, seperti Castilio de Santa Catalina dan Castillo de San Sebastian.
Cadiz, Kota Paling Tua di Eropa yang Tetap Cantik (7)


Di dalam museum itu, menampilkan ornamen sejarah berdirinya kota Cadiz oleh bangsa Phoenicia 600 sebelum masehi. Hal itu diperkuat dengan beberapa gerabah peninggalan bangsa Phoenicia, yang sekaligus mempertegas bahwa kota ini menjadi kota penting pada masanya. Selain itu, terdapat koin-koin Phoenicia dan Sarcophagus yang juga dapat disaksikan di mesuem tanpa berbayar tersebut.

Walau menjadi kota tertua di Eropa, tapi kawasan itu terutama kota tuanya menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan dengan bangunan peninggalan abad ke 17-18 khas spanyol. Namun begitu, struktur tata ruang kota dipengaruhi oleh peninggalan Arab dengan jalan-jalan yang membentuk labirin. Asal tahu saja, Cadiz masih berada di kawasan Andalusia yang sejak abad ke 7 hingga 13 berada di bawah pengaruh Islam.

Bangunan-bangunan dalam kawasan kota tua tersebut mendapat perhatian khusus dari pemerintah kota Cadiz. Beberapa bangunan yang sudah rapuh mendapat bantuan renovasi dari pemerintah. Hal itu bisa terlihat dari papan nama yang menempel pada dinding bangunan. Langkah itu sebagai bentuk melindungi arsitektur bangunan kolonial khas Spanyol dipadu dengan tata kota ‘Medina’ khas Arab.

Tak heran, kota itu menjadi satu dari enam kota tercantik di Spanyol. Karena itu pelabuhan kota tersebut selalu disinggahi kapal pesiar dengan kapasitas penumpang sampai dengan 6.000 orang. Dampak positif lainnya, industri kuliner sangat meriah di sana. Masing-masing kedai atau disebut ‘cafe’ memercantik bangunan dan tata ruangnya serta pelatarannya.

Usai menikmati makanan, pelancong dapat segera menyusuri labirin kota tua Cadiz, untuk menikmati keindahan gedung-gedung tua seperti Katedral Cadiz, Moret Cadiz yang merupakan pelataran balai kota Cadiz hingga gerbang pintu kota tua Cadiz. Setelah lelah mengelilingi labirin kota Cadiz, pelancong bisa kembali santai menikmati kopi atau teh di kedai-kedai yang berserakan di seantero kota itu.
(poe,ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3492 seconds (0.1#10.140)