Kongres PAN, Antara Politik Dinasti dan Dinamisasi Partai

Rabu, 11 Desember 2019 - 20:37 WIB
Kongres PAN, Antara Politik Dinasti dan Dinamisasi Partai
Kongres PAN, Antara Politik Dinasti dan Dinamisasi Partai
A A A
JAKARTA - Partai Amanat Nasional (PAN) dalam suasana Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang digelar pada Sabtu 7 Desember 2019 pekan lalu, mulai terasa memanas ketika menyinggung soal Kongres PAN.

Pasalnya ada perbedaan dukungan yang diberikan oleh Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais. Karena dikabarkan Amien tidak mendukung Ketua Umum (Ketum) petahana, Zulkifli Hasan untuk melanjutkan kepemimpinan.

Padahal antara Amien Rais maupun Zulhas terikat besanan. Di mana Ahmad Mumtaz Rais Wiryosudarmo, putra ketiga Amien Rais adalah juga menantu sulung Zulhas.

Menanggapi isu keretakan hubungan keluarga menjelang perbedaan dukungan dalam Kongres V PAN Maret 2020 mendatang, Mumtaz menanggapi santai.

"Ini adalah proses yang lumrah terjadi, InsyaAllah seperti sebelum-sebelumnya, Kongres V PAN pasti akan diselesaikan dengan baik, yang jelas saya dan istri mendukung 1.000% apapun hasil yang terbaik nantinya," ungkap Mumtaz, Rabu (11/12/2019).

Di sisi lain, beredar surat keputusan (SK) Dewan Pimpinan Pusat PAN Nomor 52/PILKADA/XI/2019 yang ditandatangani oleh Tim Pilkada Pusat DPP PAN. Surat itu menetapkan Mumtaz Rais secara legal-formal diamanati oleh PAN sebagai calon kepala daerah Kabupaten Sleman dalam kontestasi Pilkada 2020.

Pencalonan Mumtaz seakan melengkapi reputasi putra-putri Amien Rais lainnya yang saat ini menjabat sebagai anggota legislatif, dimana Mumtaz Rais sendiri pernah tercatat sebagai Anggota DPR Senayan di usianya yang sangat belia yakni 25 tahun (periode 2009-2014).

Apakah ini berarti sebuah gejala politik dinasti. Bagaimana tanggapan Mumtaz terhadap isu keretakan keluarga dalam tubuh partai berlambang matahari tersebut.

"Keluarga Amien Rais dan Zulhas itu sangat demokratis. Semua hal penting didiskusikan secara terbuka. Keputusan mengabdi di bidang politik murni cita-cita sedari kecil untuk bisa bermanfaat bagi kota kelahiran saya ini, secara saya satu-satunya calon muda yang aseli Sleman. Majunya saya ini tanpa arahan atau instruksi dari pihak manapun. Dari Sleman, Oleh Sleman dan Untuk Sleman," jelasnya.

"Selain itu, pilkada adalah kontestasi antar kandidat dimana masyarakat Sleman menjadi stakeholders pengambil keputusan, sehingga pemimpin yang terpilih nantinya akan terpilih dengan proses demokratis," tambahnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5028 seconds (0.1#10.140)