Hindari Kegaduhan, Kubu Airlangga Siap Rangkul Pendukung Bamsoet

Rabu, 13 November 2019 - 18:13 WIB
Hindari Kegaduhan, Kubu Airlangga Siap Rangkul Pendukung Bamsoet
Hindari Kegaduhan, Kubu Airlangga Siap Rangkul Pendukung Bamsoet
A A A
JAKARTA - Menjelang Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar pada Desember mendatang, dinamika politik terus terjadi di internal Partai Golkar.

Wakil Koordinator Bidang Pratama DPP Golkar yang juga Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) bahkan menyebut kondisi Partai Golkar mencekam.

Pernyataan tersebut dibantah kubu Airlangga Hartarto. Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan, mengacu pada pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut Golkar merupakan partai tua dan partai besar sehingga keberadaannya memiliki pengaruh pada stabilitas politik nasional.

”Apa pun yang terjadi di Golkar berpengaruh pada pengelolaan pemerintahan di Indonesia. Presiden memberi pesan Golkar jangan gaduh. Itu harus diterjemahkan sebagai keluarga besar Partai Golkar yang memberikan dukungan pada Jokowi karena kita berkoalisi. Partai lain enggak ada kegaduhan dalam Munas karena ada figur sentral. Kita partai terbuka yang Munas adalah kegiatan biasa pergantian kepemimpinan dari desa sampai pusat,” tutur Dedi Mulyadi ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2019).

Anggota Komisi IV DPR ini menyebutkan, pesan agar tidak terjadi kegaduhan di internal Golkar tersebut diterjemahkan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto dengan cara membangun rekonsiliasi terhadap Bamsoet.

”Pak Airlangga Hartarto yang walaupun saat itu lawan politik Bamsoet, membangun rekonsiliasi politik dengan mancalonkan Bamsoet sebagai ketua MPR. Tujuannya agar tak terjadi kegaduhan karena telah ada power sharing di elite partai,” tuturnya. (Baca Juga: Bamsoet: Pemilihan Aklamasi Bikin Golkar Pecah)

Lantas bagaimana untuk Munas awal Desember ini? Dedi mengatakan bahwa untuk menghindari kegaduhan, Golkar harus mengedepankan asas musyawarah mufakat dengan menjadikan Airlangga Hartarto sebagai Ketum Golkar 2019-2024 secara musyawarah mufakat.

”Kalau Pak Bamsoet sudah relatif memiliki posisi penting sebagai Ketua MPR, tapi di politik itu kan ada yang namanya gerbong, ya sudah, gerbongnya ini dibicarakan direkonsiliasi,” urainya.

Dedi membantah ada upaya dari kubu Airlangga melakukan aksi ”bersih-bersih” kubu Bamsoet, baik di komisi maupun di kepengurusan Golkar.

”Tidak ada istilahnya membersihkan sejenisnya, tapi semuanya direkonsiliasi, diakomodatifkan. Bila perlu di munas tuh komposisinya apa sih dari Bamsoet dan tim Pak Airlangga? Itu bagian dari membangun rekonsiliasi politik yang paripurna di Golkar,” urainya.

Mantan Bupati Purwakarta ini mengatakan bahwa saat ini merupakan tahun konsolidasi. ”Karena kita lelah, setiap munas dan ujungnya konflik. Kalau yang kalah voting-nya tokoh besar, kan bikin partai,” katanya.

Dedi juga membantah pernyataan Bamsoet bahwa kondisi partainya mencekam. ”Enggak ada yang mencekam. Tinggal bicara di antara pimpinan. Kan sudah saling berbagi peran. Airlangga sudah memberikan sikap kelegowannya dengan mencalonkan Bamsoet sebagai Ketua MPR, itu kan sikap Pak Airlangga untuk menjaga stabilitas Golkar. Pemretelan juga belum sampai sekarang. Enggak ada (pencopotan) kepemimpinan di DPP. (Kalau) sikap saling mewaspadai sebelum munas, itu biasa saja,” urainya.

Dia berharap apa yang terjadi di Golkar adalah konsolidasi, bukan lagi kompetisi. ”Kita tuh sudah terlalu lelah dengan kompetisi internal, tapi di eksternal kalah. Sekarang konsolidasi internal untuk menghadapi pilkada,” tuturnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7601 seconds (0.1#10.140)