Kisah Martabak dan Langit Senja Ibu Kota
A
A
A
PARA penikmat cerita fiksi tentu sudah tidak asing dengan aliran surealisme yang menggabungkan kenyataan dan mimpi si pengarang. Aliran itu pula yang digunakan Stefanus Bridget Susanto ketika menulis cerita pendek (cerpen) berjudul Martabak Isi Senja.
Membaca bagian kepalanya saja, orang langsung tahu bahwa Martabak Isi Senja merupakan cerita fiksi di luar nalar, adat, serta kebiasaan. Bagaimana mungkin senja menjelma isi kudapan seperti martabak atau sejenisnya? Sementara senja sendiri, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan peristiwa yang mengarah pada waktu sesudah matahari tenggelam.
Cerpen Martabak Isi Senja ditulis menggunakan sudut pandang orang ketiga. Tokoh Slamet sebagai penjual martabak, diceritakan sebagai pedagang yang perfeksionis bahkan cenderung lebih mirip seorang seniman. Bagi Slamet, martabak bukan cuma soal rupa dan rasa, tetapi lebih pada karya seni yang tidak boleh cacat.
Selama 30 tahun menjual martabak, Slamet selalu berhasil memuaskan hati dan lidah para pelanggan. Hingga suatu hari dia bertemu seorang lelaki yang memesan menu spesial martabak isi senja.
Pada titik ini, pengarang menggunakan alur (plot) mundur di mana ingatan Slamet melayang pada seorang perempuan yang pernah dijumpainya dan minta dibuatkan menu yang sama. Tapi, pada saat itu Slamet tidak menjual martabak isi senja karena hampir setiap hari langit mendung menjelang waktu matahari terbenam.
Cerpen Martabak Isi Senja ditutup oleh laporan seorang jurnalis yang dimuat di halaman depan sebuah surat kabar sore. Hasil reportase si wartawan mengungkapkan bahwa ibu kota kehilangan senja, karena Slamet telah memasak senja bersama bahan-bahan martabak seperti potongan daun bawang, telur, dan irisan daging sapi.
Judul cerpen Martabak Isi Senja kemudian ditarik menjadi judul buku kumpulan cerita (kumcer) yang diterbitkan oleh Nulisbuku Jendela Dunia di Surabaya, Jawa Timur, pada medio 2019.
Di dalam buku setebal 213 halaman ini, terdapat pula 16 cerita pendek lain dengan beragam tema serta corak aliran. Beberapa cerpen dalam kumcer ini antara lain; Nasib Seorang Pembisik, Agar Supaya, Si Lentik, Cerita dari Stasiun Kereta, dan Aku Mencintaimu karena Kamu Menulis.
Tidak hanya alur ceritannya, sampul buku ini kelihatan menarik karena menampilkan lukisan perempuan karya pelukis muda Stefany Zefanya.
Kekurangan buku ini, pengarang tidak melibatkan editor khusus untuk melakukan kurasi, meminimalisasi kesalahan penulisan, serta memperbaiki logika kalimat. Namun, hal itu juga bisa dilihat sebagai kelebihan karena buku ini menjadi murni hasil pemikiran si pengarang alias tanpa sensor.
Martabak Isi Senja pertama kali tercatat di Perpustakaan Nasional pada 19 Juni 2019 dengan nomor identifikasi buku atau yang biasa dikenal dengan ISBN (International Standard Book Number) 978-602-6598-69-1. Buku ini dapat dipesan melalui laman resmi penerbit Nulisbuku.com dan mulai dipasarkan awal bulan Agustus 2019.
Membaca bagian kepalanya saja, orang langsung tahu bahwa Martabak Isi Senja merupakan cerita fiksi di luar nalar, adat, serta kebiasaan. Bagaimana mungkin senja menjelma isi kudapan seperti martabak atau sejenisnya? Sementara senja sendiri, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan peristiwa yang mengarah pada waktu sesudah matahari tenggelam.
Cerpen Martabak Isi Senja ditulis menggunakan sudut pandang orang ketiga. Tokoh Slamet sebagai penjual martabak, diceritakan sebagai pedagang yang perfeksionis bahkan cenderung lebih mirip seorang seniman. Bagi Slamet, martabak bukan cuma soal rupa dan rasa, tetapi lebih pada karya seni yang tidak boleh cacat.
Selama 30 tahun menjual martabak, Slamet selalu berhasil memuaskan hati dan lidah para pelanggan. Hingga suatu hari dia bertemu seorang lelaki yang memesan menu spesial martabak isi senja.
Pada titik ini, pengarang menggunakan alur (plot) mundur di mana ingatan Slamet melayang pada seorang perempuan yang pernah dijumpainya dan minta dibuatkan menu yang sama. Tapi, pada saat itu Slamet tidak menjual martabak isi senja karena hampir setiap hari langit mendung menjelang waktu matahari terbenam.
Cerpen Martabak Isi Senja ditutup oleh laporan seorang jurnalis yang dimuat di halaman depan sebuah surat kabar sore. Hasil reportase si wartawan mengungkapkan bahwa ibu kota kehilangan senja, karena Slamet telah memasak senja bersama bahan-bahan martabak seperti potongan daun bawang, telur, dan irisan daging sapi.
Judul cerpen Martabak Isi Senja kemudian ditarik menjadi judul buku kumpulan cerita (kumcer) yang diterbitkan oleh Nulisbuku Jendela Dunia di Surabaya, Jawa Timur, pada medio 2019.
Di dalam buku setebal 213 halaman ini, terdapat pula 16 cerita pendek lain dengan beragam tema serta corak aliran. Beberapa cerpen dalam kumcer ini antara lain; Nasib Seorang Pembisik, Agar Supaya, Si Lentik, Cerita dari Stasiun Kereta, dan Aku Mencintaimu karena Kamu Menulis.
Tidak hanya alur ceritannya, sampul buku ini kelihatan menarik karena menampilkan lukisan perempuan karya pelukis muda Stefany Zefanya.
Kekurangan buku ini, pengarang tidak melibatkan editor khusus untuk melakukan kurasi, meminimalisasi kesalahan penulisan, serta memperbaiki logika kalimat. Namun, hal itu juga bisa dilihat sebagai kelebihan karena buku ini menjadi murni hasil pemikiran si pengarang alias tanpa sensor.
Martabak Isi Senja pertama kali tercatat di Perpustakaan Nasional pada 19 Juni 2019 dengan nomor identifikasi buku atau yang biasa dikenal dengan ISBN (International Standard Book Number) 978-602-6598-69-1. Buku ini dapat dipesan melalui laman resmi penerbit Nulisbuku.com dan mulai dipasarkan awal bulan Agustus 2019.
(dam)