Teguran GMPPD Dinilai Bentuk Kepedulian terhadap Demokrat
A
A
A
JAKARTA - Teguran sejumlah senior Partai Demokrat yang tergabung dalam Gerakan Moral Penyelamatan Partai Demokrat (GMPPD) kepada tiga junior mereka, Ferdinand Hutahaean, Rachland Nashidiq, dan Andi Arief dinilai sebagai bentuk kepedulian. Terlebih, Partai Demokrat pada Pemilu 2019 menempati urutan ke 7 dari partai politik.
"Sebagai bentuk kepedulian terhadap Partai Demokrat yang dalam Pemilu 2019 memperoleh kursi tidak sesuai harapan," ujar Analis Politik IndoStrategi Arif Nurul Imam kepada SINDOnews, Jumat (14/6/2019).
Di samping itu, teguran Pendiri dan tokoh senior Partai Demokrat seperti Max Sopacua, Ahmad Mubarok dan Ahmad Yahya kepada ketiga juniornya dinilai karena motif politik. Sebab, kata dia, pendiri dan tokoh senior itu dianggap sudah tidak lagi memiliki panggung sebagai representasi Partai Demokrat, selain karena sudah kehilangan peran dalam dinamika internal Partai.
"Artinya, statement mereka bisa dibaca sebagai manuver untuk kembali menjadi bagian penting Partai dan dapat berperan lebih besar lagi. Karena itu gerakan ini bisa dilihat juga sebagai upaya para pendiri dan senior untuk mengembalikan eksistensinya di tubuh Partai Demokrat," pungkasnya.
Selain menegur Ferdinand Hutahaean, Rachland Nashidiq, dan Andi Arief, GMPPD meminta regenerasi kepemimpinan Partai Demokrat. GMPPD meminta Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diganti dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Mereka mendorong Kongres Luar Biasa (KLB) selambatnya pada 9 September 2019.
"Sebagai bentuk kepedulian terhadap Partai Demokrat yang dalam Pemilu 2019 memperoleh kursi tidak sesuai harapan," ujar Analis Politik IndoStrategi Arif Nurul Imam kepada SINDOnews, Jumat (14/6/2019).
Di samping itu, teguran Pendiri dan tokoh senior Partai Demokrat seperti Max Sopacua, Ahmad Mubarok dan Ahmad Yahya kepada ketiga juniornya dinilai karena motif politik. Sebab, kata dia, pendiri dan tokoh senior itu dianggap sudah tidak lagi memiliki panggung sebagai representasi Partai Demokrat, selain karena sudah kehilangan peran dalam dinamika internal Partai.
"Artinya, statement mereka bisa dibaca sebagai manuver untuk kembali menjadi bagian penting Partai dan dapat berperan lebih besar lagi. Karena itu gerakan ini bisa dilihat juga sebagai upaya para pendiri dan senior untuk mengembalikan eksistensinya di tubuh Partai Demokrat," pungkasnya.
Selain menegur Ferdinand Hutahaean, Rachland Nashidiq, dan Andi Arief, GMPPD meminta regenerasi kepemimpinan Partai Demokrat. GMPPD meminta Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diganti dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Mereka mendorong Kongres Luar Biasa (KLB) selambatnya pada 9 September 2019.
(pur)