Peringati HKN Diharapkan Pererat Kesatuan Bangsa Pasca-Pilpres
A
A
A
JAKARTA - Akhir-akhir ini rasa nasionalisme mulai terusik oleh kepentingan politik sesaat sebagai konsekuensi logis dari sebuah negara demokrasi. Pemilihan Umum Presiden 2019 melahirkan luka-luka sejarah bagi kerukunan dan keberagaman berbagsa dan bernegara.
Semangat nasionalisme dinilai mulai terkoyak. Pancasila sebagai rumah besar yang menaungi pluralitas kembali dipersoalkan oleh kelompok-kelompok yang tidak menginginkan Pancasila sebagai narasi besar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Berangkat dari rasa keprihatinan ini, masyarakat Yogyakarta yang tergabung dalam Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat (KNH) mengadakan peringatan hari Kebangkitan Nasional sebagai upaya merangkai kembali kecintaan pada negeri tercinta," ujar Koordinator KNH, Sigit Sugito, melalui keterangan tertulis, Selasa (21/5/2019).
"Kegiatan ini sekaligus mengembalikan Marwah Pancasila sebagai pemersatu dan menganyam spirit pluralisme dalam kehidupan berbagsa dan bernegara," sambungnya.
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (HKN) di Yogyayarta diramaikan prosesi Tundung Larung Sengkuni. Dalam cerita pewayangan, Sengkuni adalah tokoh antagonis yang istimewa, tapi keistimewaannya bukan dalam hal positif.
Sengkuni sebagai gambaran manusia yang penuh kelicikan, kebusukan, dan jahat. Walau sebenarnya Sengkuni adalah tokoh yang tangkas, pandai bicara dan penuh akal. Namun kepandaian itu justru dimanfaatkan untuk memfitnah dan mencelakakan orang lain.
"Tokoh-tokoh Sengkuni inilah yang banyak bermunculan di negeri ini," kata Sigit.
Dia menuturkan, acara ini dimaknai sebagai upaya mengusir sifat-sifat Sengkuni yang ada di negeri ini dan khususnya di Yogyakarta sebagai daerah istimewa yang menjunjung tinggi toleransi, pluralitas, serta kerukunan keberagaman. Kegiatan tersebut juga sebagai upaya mengusir pengaruh jahat dalam masyarakat.
Semangat nasionalisme dinilai mulai terkoyak. Pancasila sebagai rumah besar yang menaungi pluralitas kembali dipersoalkan oleh kelompok-kelompok yang tidak menginginkan Pancasila sebagai narasi besar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Berangkat dari rasa keprihatinan ini, masyarakat Yogyakarta yang tergabung dalam Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat (KNH) mengadakan peringatan hari Kebangkitan Nasional sebagai upaya merangkai kembali kecintaan pada negeri tercinta," ujar Koordinator KNH, Sigit Sugito, melalui keterangan tertulis, Selasa (21/5/2019).
"Kegiatan ini sekaligus mengembalikan Marwah Pancasila sebagai pemersatu dan menganyam spirit pluralisme dalam kehidupan berbagsa dan bernegara," sambungnya.
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (HKN) di Yogyayarta diramaikan prosesi Tundung Larung Sengkuni. Dalam cerita pewayangan, Sengkuni adalah tokoh antagonis yang istimewa, tapi keistimewaannya bukan dalam hal positif.
Sengkuni sebagai gambaran manusia yang penuh kelicikan, kebusukan, dan jahat. Walau sebenarnya Sengkuni adalah tokoh yang tangkas, pandai bicara dan penuh akal. Namun kepandaian itu justru dimanfaatkan untuk memfitnah dan mencelakakan orang lain.
"Tokoh-tokoh Sengkuni inilah yang banyak bermunculan di negeri ini," kata Sigit.
Dia menuturkan, acara ini dimaknai sebagai upaya mengusir sifat-sifat Sengkuni yang ada di negeri ini dan khususnya di Yogyakarta sebagai daerah istimewa yang menjunjung tinggi toleransi, pluralitas, serta kerukunan keberagaman. Kegiatan tersebut juga sebagai upaya mengusir pengaruh jahat dalam masyarakat.
(maf)