Tokoh Indonesia yang Berganti Nama, Inilah Mereka
A
A
A
BERGANTI nama lahir biasa dilakukan orang tua terhadap anaknya. Ada banyak alasan, yang paling populer karena biasanya si anak sakit-sakitan. Dengan berganti nama, diharapkan anak tersebut sehat. Sejumlah tokoh Indonesia pun memiliki nama yang berbeda dengan nama lahirnya.
1. Soekarno (Kusno)
Semula nama Soekarno ketika lahir pada 6 Juni 1901 adalah Kusno Sosrodihardjo kemudian diganti menjadi Soekarno. Dalam otobiografinya, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, sang proklamator menceritakan alasan penggantian nama itu karena dia sakit-sakitan, seperti terkena malaria dan disentri.
Menurut kebiasaan orang Jawa agar terhindar dari sakit, oleh orang tuanya namanya "diruwat" atau diganti menjadi Soekarno. Raden Sukemi, ayahanda Kusno adalah penggandrung Mahabharata, sebuah epik Hindu zaman dulu. Dipilihnya nama Karna atau Karno berasal dari salah seorang pahlawan terbesar dalam cerita Mahabharata yakni Adipati Karno.
2. Tan Malaka (Sutan Ibrahim)
Nama asli Tan Malaka adalah Sutan Ibrahim, sedangkan Tan Malaka adalah nama semi-bangsawan yang ia dapatkan dari garis turunan ibu. Nama lengkapnya adalah Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka.
Sosok Tan Malaka terasa remang-remang, dari awal hingga akhir. Demi Indonesia merdeka, ia rela keluar-masuk berbagai negara agar tak ditangkap polisi rahasia Belanda.
Ia punya banyak nama alias, agar bisa berekspresi tanpa dicurigai. Tan memiliki sedikitnya 23 nama samaran. Di antaranya Elias Fuentes, Estahislau Rivera, Alisio Rivera (Filipina), Hasan Gozali (Singapura), Ong Song Lee (13 varian - Hongkong).
3. Ki Hajar Dewantara (Raden Mas Soewardi Soerjaningrat)
Pada 1913, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat membuat sebuah tulisan berjudul "Als ik een Nederlander was" (Seandainya Aku Seorang Belanda). Tulisan itu membuat marah Belanda yang akhirnya membuat Raden Mas Soewardi Soerjaningrat dibuang ke Belanda bersama Eugene Francois Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo.
Ketiganya dikenal sebagai Tiga Serangkai pemimpin Indische Partij. Sepulang dari Belanda, pada 1922 Soewardi bikin sekolah, yang belakangan dikenal sebagai Taman Siswa. Orang pergerakan ini pun tak lupa menyederhanakan namanya jadi Ki Hadjar Dewantara.
4. Danudirja Setiabudi (Ernest Douwes Dekker)
Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (EFE Douwes Dekker) adalah salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia. Douwes Dekker memiliki banyak nama panggilan, ia juga biasa dikenal dengan nama Danudirja Setiabudi. Nama Danudirja Setiabudi ini sebenarnya diusulkan oleh Soekarno sendiri beserta Haroemi Wanasita, istrinya setelah kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. Ernest Douwes Dekker merupakan cucu dari Eduard Douwes Dekker dan lahir di Pasuruan, Jawa Timur pada 8 Oktober 1879.
5. Jenderal M Jusuf (Andi Muhammad Jusuf Amir)
Di zaman Revolusi, datanglah seorang pemuda Bugis Bone keturunan bangsawan. Dia hendak berjuang membela Republik Indonesia. Andi Momang namanya. Ia pernah jadi anak buah Letnan Kolonel Kahar Muzakkar juga di Yogyakarta.Pada awal 1950, Andi Momang sudah jadi Kapten Polisi Militer dan bertugas di Sulawesi Selatan. Tentu saja Andi Momang terkenal, meski tidak dengan nama itu. Andi Momang nama kecilnya.
Koleganya sebelum zaman Orde Baru mengenalnya dengan nama Andi Muhammad Jusuf Amir, yang belakangan tidak lagi pakai gelar bangsawannya, Andi. Seorang penulis Rum Aly menyebut nama lengkapnya semula adalah Andi Muhammad Jusuf Amir, lalu namanya tinggal Muhammad Jusuf saja dan disingkat M. Jusuf. (Wahyono)
1. Soekarno (Kusno)
Semula nama Soekarno ketika lahir pada 6 Juni 1901 adalah Kusno Sosrodihardjo kemudian diganti menjadi Soekarno. Dalam otobiografinya, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, sang proklamator menceritakan alasan penggantian nama itu karena dia sakit-sakitan, seperti terkena malaria dan disentri.
Menurut kebiasaan orang Jawa agar terhindar dari sakit, oleh orang tuanya namanya "diruwat" atau diganti menjadi Soekarno. Raden Sukemi, ayahanda Kusno adalah penggandrung Mahabharata, sebuah epik Hindu zaman dulu. Dipilihnya nama Karna atau Karno berasal dari salah seorang pahlawan terbesar dalam cerita Mahabharata yakni Adipati Karno.
2. Tan Malaka (Sutan Ibrahim)
Nama asli Tan Malaka adalah Sutan Ibrahim, sedangkan Tan Malaka adalah nama semi-bangsawan yang ia dapatkan dari garis turunan ibu. Nama lengkapnya adalah Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka.
Sosok Tan Malaka terasa remang-remang, dari awal hingga akhir. Demi Indonesia merdeka, ia rela keluar-masuk berbagai negara agar tak ditangkap polisi rahasia Belanda.
Ia punya banyak nama alias, agar bisa berekspresi tanpa dicurigai. Tan memiliki sedikitnya 23 nama samaran. Di antaranya Elias Fuentes, Estahislau Rivera, Alisio Rivera (Filipina), Hasan Gozali (Singapura), Ong Song Lee (13 varian - Hongkong).
3. Ki Hajar Dewantara (Raden Mas Soewardi Soerjaningrat)
Pada 1913, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat membuat sebuah tulisan berjudul "Als ik een Nederlander was" (Seandainya Aku Seorang Belanda). Tulisan itu membuat marah Belanda yang akhirnya membuat Raden Mas Soewardi Soerjaningrat dibuang ke Belanda bersama Eugene Francois Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo.
Ketiganya dikenal sebagai Tiga Serangkai pemimpin Indische Partij. Sepulang dari Belanda, pada 1922 Soewardi bikin sekolah, yang belakangan dikenal sebagai Taman Siswa. Orang pergerakan ini pun tak lupa menyederhanakan namanya jadi Ki Hadjar Dewantara.
4. Danudirja Setiabudi (Ernest Douwes Dekker)
Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (EFE Douwes Dekker) adalah salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia. Douwes Dekker memiliki banyak nama panggilan, ia juga biasa dikenal dengan nama Danudirja Setiabudi. Nama Danudirja Setiabudi ini sebenarnya diusulkan oleh Soekarno sendiri beserta Haroemi Wanasita, istrinya setelah kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. Ernest Douwes Dekker merupakan cucu dari Eduard Douwes Dekker dan lahir di Pasuruan, Jawa Timur pada 8 Oktober 1879.
5. Jenderal M Jusuf (Andi Muhammad Jusuf Amir)
Di zaman Revolusi, datanglah seorang pemuda Bugis Bone keturunan bangsawan. Dia hendak berjuang membela Republik Indonesia. Andi Momang namanya. Ia pernah jadi anak buah Letnan Kolonel Kahar Muzakkar juga di Yogyakarta.Pada awal 1950, Andi Momang sudah jadi Kapten Polisi Militer dan bertugas di Sulawesi Selatan. Tentu saja Andi Momang terkenal, meski tidak dengan nama itu. Andi Momang nama kecilnya.
Koleganya sebelum zaman Orde Baru mengenalnya dengan nama Andi Muhammad Jusuf Amir, yang belakangan tidak lagi pakai gelar bangsawannya, Andi. Seorang penulis Rum Aly menyebut nama lengkapnya semula adalah Andi Muhammad Jusuf Amir, lalu namanya tinggal Muhammad Jusuf saja dan disingkat M. Jusuf. (Wahyono)
(poe)