Global Wakaf dan SI Jajaki Kolaborasi Bangkitkan Perekonomian Umat

Jum'at, 15 Februari 2019 - 14:48 WIB
Global Wakaf dan SI...
Global Wakaf dan SI Jajaki Kolaborasi Bangkitkan Perekonomian Umat
A A A
Syarikat Islam (SI) dan Global Wakaf menjajaki potensi kolaborasi sebagai upaya mengentaskan berbagai persoalan umat. Utamanya mengenai masalah kemiskinan yang angkanya masih banyak di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2018 mencatat terdapat 25,67 juta penduduk miskin di Indonesia.

Potensi kolaborasi tersebut tercetus saat tim Global Wakaf dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) datang bersilaturahmi ke kantor SI, Rabu 13 Februari 2019. Ketua Umum Pimpinan Pusat/Lajnah Tanfidziyah SI, Hamdan Zoelva mengatakan, apa yang dilakukan dan dipikirkan Global Wakaf serta ACT juga sudah mulai dilakukan dan dipikirkan Syarikat Islam.

“SI berfokus dengan tema dakwah ekonomi. Saya berharap SI dengan ACT dan Global Wakaf dapat mengembangkan sinergi semua kegiatan kita. Kita dedikasikan semuanya untuk umat Islam,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat/Lajnah Tanfidziyah SI, Hamdan Zoelva.

SI sebagai salah satu organisasi tertua di Indonesia sudah berdiri sejak 1905 dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI). Awalnya SDI bertujuan untuk menghimpun pedagang muslim, khususnya pedagang batik. Tujuannya agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar saat itu. SDI hanya mengurusi masalah ekonomi dan sosial.

Perjuangannya mulai berubah ke arah politik dan keagamaan ketika SDI berubah menjadi Sarekat Islam (SI) pimpinan HOS Tjokroaminoto pada 1912. Sesuai perkembangan sosial politik, akhirnya SI juga bermetamorfosis menjadi organisasi pergerakan dan partai politik hingga kemudian diganti kembali menjadi Syarikat Islam (SI).

"Kita kembalikan lagi SI ini ke khittahnya sebagai organisasi yang berjuang di bidang sosial, ekonomi, dan dakwah untuk menyelesaikan masalah umat saat ini. SI yang sekarang bukan lagi organisasi politik," papar Hamdan.

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) periode 2013-2015 ini mengatakan, salah satu solusi untuk kebangkitan perekonomian umat Islam adalah dengan mengembangkan wakaf produktif. Menurutnya, wakaf haruslah dikembangkan sebagai sumber daya ekonomi umat.

“Karena harta wakaf ini bersifat tetap dipertahankan, tidak boleh berkurang sedikit pun. Yang boleh itu, dana wakaf ini kita kembangkan untuk masa depan, dikelola dengan baik. Dengan begitu perkembangannya akan sangat besar sekali pengaruhnya untuk umat. Ini juga yang sedang dikembangkan oleh SI,” lanjut Hamdan.

Vice President Global Wakaf Syahru Aryansyah mengatakan, saat ini problem umat sangat organik. Umat masih dihadapkan pada masalah kemiskinan. “Dengan wakaf kita bangkitkan ekonomi umat. Umat ini harus bangkit, ekonomi mandiri sehingga kita juga mandiri sebagai bangsa,” kata Ryan.

Pada kesempatan tersebut, Ryan memaparkan program-program wakaf yang sudah dijalankan Global Wakaf. Program tersebut seperti Warung Wakaf, Ritel Wakaf, Lumbung Pangan Wakaf, Lumbung Ternak Wakaf, Sumur Wakaf, dan program wakaf lainnya. Melalui program-program wakaf tersebut, selama tahun 2018 tercatat sekitar 313.524 penerima manfaat tersebar di 19 provinsi, 168 desa atau kelurahan.

Apa yang telah dilakukan Global Wakaf ini diapresiasi Hamdan Zoelva. Ia juga menjadi paham bahwa ACT tidak hanya bergerak di bidang kebencanaan dan kemanusiaan tetapi juga pengembangan ekonomi umat melalui Global Wakaf.

Menurutnya, jika wakaf produktif dikembangkan secara sistematis, maka dana wakaf ini akan membuat Indonesia, khususnya umat Islam memiliki kemandirian dan kekuatan ekonomi yang sangat luar biasa. “Kita tidak lagi didikti orang lain karena semua masyarakat terlibat baik yang menggunakan maupun membeli produk wakaf. Ini akan terus berputar. Sangat luar biasa memperkuat ekonomi umat dan Indonesia,” terang Hamdan.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7962 seconds (0.1#10.140)