Presiden Joko Widodo Minta Penuhi Gizi Anak dari PKH dan BPNT

Rabu, 13 Februari 2019 - 10:15 WIB
Presiden Joko Widodo Minta Penuhi Gizi Anak dari PKH dan BPNT
Presiden Joko Widodo Minta Penuhi Gizi Anak dari PKH dan BPNT
A A A
DEPOK - Presiden Joko Widodo meminta kepada ibu-ibu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) agar bantuan sosial tersebut dimanfaatkan terutama untuk pemenuhan gizi dan sekolah anak agar Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) unggul, sehat dan cerdas.

"Pemerintah ingin meningkatkan kesejahteraan keluarga ibu-ibu semua terutama anak-anak. Jadi jangan kaget jika dapat tambahan 2 kali lipat," ujar Presiden Jokowi kepada sekitar 1000 orang peserta penerima PKH dan BPNT di Graha Insan Cita, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, Selasa (12/2/2019).

Presiden bercerita, pada masa kecil dia harus berbagi telur untuk makan bersama keluarganya. Dia berharap hal itu tidak dialami oleh ibu-ibu saat ini. Presiden menginginkan dengan adanya program keluarga harapan (PKH), gizi keluarga semakin terpenuhi. Untuk itu Presiden betul-betul menekankan, bansos PKH dapat digunakan untuk pemenuhan gizi anak dan sekolah mereka. Demikian pula dengan BPNT yang bisa digunakan untuk membeli beras dan telur.

PKH adalah salah satu program utama pemerintahan Jokowi-JK. Selain meningkatkan besaran anggaran yang diberikan pada KPM PKH sesuai dengan kondisi keluarga, pada pemerintahan Presiden Jokowi, penyaluran PKH Tahap I menjadi bulan Januari dari sebelumnya pada bulan Februari. Diharapkan, dengan percepatan ini penggunaan bantuan semakin optimal dirasakan masyarakat.

Sementara itu di tempat yang sama Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, keluarga penerima manfaat bisa menggunakan bantuan PKH dan BPNT untuk meningkatkan kesehatan keluarga dalam kecukupan gizi ibu hamil, anak usia dini, serta pemenuhan kebutuhan sekolah anak.

Selain itu, dengan bantuan tersebut, bisa keluar dari kondisi ekonomi yang sulit dengan mewujudkan kemandirian ekonomi sehingga tidak tergantung pada bantuan pemerintah.

"Pendidikan menjadi pembuka jalan bagi anak-anak PKH untuk naik level. Seperti arahan Presiden Jokowi, negara memerlukan anak-anak yang pintar, cerdas, sehat sehingga kelak Indonesia menjadi bangsa yang semakin maju," kata Menteri Agus.

Pada tahun 2019 ini, skema bantuan PKH yang sebelumnya flat menjadi nonflat atau bervariasi dengan berpatokan pada indeks bantuan sosial PKH Tahun 2019 disesuaikan dengan beban kebutuhan keluarga pada aspek kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial.

"Jumlah bantuan yang diterima KPM bervariasi tergantung komponen yang dimiliki dengan pembatasan maksimal untuk 4 orang per keluarga," ujar Mensos.

Mensos mengatakan, peningkatan indeks bantuan sosial PKH merupakan bukti nyata dari komitmen Presiden Jokowi untuk membantu peningkatan kesejahteraan di kalangan KPM.

Jumlah bantuan untuk Kota Depok untuk Tahap I mencapai Rp70.558.785.000 yang terdiri Rp26.460.225.000 untuk 21.374 KPM PKH dan Rp44.098.560.000 untuk 33.408 Penerima BPNT.

Presiden Jokowi Ingin Graduasi Mandiri

Semangat yang disuntikkan oleh Presiden Jokowi dan Mensos Agus Gumiwang, menjadi penyemangat bagi para Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan. Salah satunya Nurhayati (39). Ibu dua orang balita ini menerima PKH Tahap I sebesar Rp1.750.000 juta.

"Saya kepikiran untuk membangun usaha. Nanti rencananya mau berdiskusi dengan pendamping program dulu bagaimana memulainya," ujar Nurhayati.Dia mengaku, menerima bantuan PKH sejak empat tahun lalu atau sejak hamil anak pertama dan saat ini memiliki anak kedua.

"Uang yang didapat hampir mayoritas buat kebutuhan gizi anak karena itu yang diminta oleh pendamping. Sekarang jika ada sisanya akan di tabung untuk modal usaha," ujarnya.

Kemensos juga menghadirkan dua KPM PHK yang lulus atau graduasi dari program PKH. Kehadiran dan kesaksian yang diberikan kedua KPM Graduasi ini diharapkan dapat menginspirasi penerima bansos agar kelak dapat mengikuti jejak menjadi KPM PKH Graduasi Mandiri.

Dua orang tersebut adalah Ibu Yeni dan Ibu Dewi yang dengan kesadaran sendiri mengajukan pengunduran diri dari kepesertaan PKH.

Yeni mengatakan sejak menjadi peserta PKH pada 2014 lalu, ia rutin mengikuti kegiatan Pertemuan Peningkatan Keterampilan Keluarga (P2K2).

Melalui bantuan PKH, ia dapat menyekolahkan anaknya hingga lulus dan sekarang telah bekerja mandiri. Uang bantuan PKH yang didapatnya, digunakan pula untuk modal usaha berdagang sepatu di sejumlah tempat. Dari awalnya satu lapak kini telah berkembang di beberapa tempat. Usaha yang digeluti ternyata sangat membantu menambah penghasilan keluarganya sehingga pada tahun 2019 dengan kesadaran sendiri mengajukan pengunduran diri dari kepesertaan PKH.

Dewi juga memutuskan keluar dari program ini pada 2019. Melalui kegiatan P2K2 ia belajar tentang pengelolaan keuangan keluarga dan belajar berusaha. Ibu tiga anak ini akhirnya membangun usaha kerajinan rajut seperti tas, dompet, topi dan penutup galon dan telah meningkatkan modal usahanya hingga 5 kali lipat.

Untuk diketahui Kementerian Sosial RI terus mendorong KPM PKH dapat sejahtera mandiri. Pada tahun 2018 sebanyak 621.789 KPM PKH dinyatakan lulus dari kepesertaan PKH. Tahun 2019 mentargetkan KPM PKH lulus sebanyak 7,93%.

"Upaya tersebut dilakukan melalui pelaksanaan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2)," ujar Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial RI Harry Hikmat.

Ia juga berharap program PKH bukan hanya tanggung jawab dari pemerintah pusat tapi peran pemerintah daerah sangat diperlukan agar keluarga penerima manfaat bisa naik kelas.

"Kami terus melakukan evaluasi tiap tiga bulan. Jika ada yang dinilai sudah bisa lulus, kami akan melakukan pendampingan dan syukur-syukur mendapatkan bantuan modal berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR)," katanya. Dia menegaskan pada Juli 2018, sekitar 700 keluarga di Depok Jawa Barat mengalami graduasi secara mandiri.
(akn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6948 seconds (0.1#10.140)