'Siskamling' Medsos Dinilai Mampu Reduksi Ujaran Kebencian

Jum'at, 01 Februari 2019 - 11:42 WIB
Siskamling Medsos Dinilai...
'Siskamling' Medsos Dinilai Mampu Reduksi Ujaran Kebencian
A A A
JAKARTA - Selama ini media sosial (medsos) sudah menjadi tempat untuk melakukan interaksi dan komunikasi sosial di dunia maya.

Namun, banyaknya narasi kebencian di medsos telah menimbulkan ketidaknyamanan dalam berinteraksi dan berkomunikasi.

Untuk itu menjaga lingkungan sosial dinilai tidak hanya perlu dilakukan di dunia nyata, tetapi juga penting di dunia maya.

Sistem keamanan lingkungan (siskamling) dinilai penting untuk digencarkan di medsos. Siskmaling medsos merupakan ajakan bagi para netizen cerdas dan peduli untuk menjaga lingkungan dunia maya dengan memantau, melaporkan dan mereduksi narasi kebencian yang dapat menganggu interaksi dan komunikasi yang nyaman dan damai.

Di tengah situasi politik yang masih memanas dengan banyaknya ujaran kebencian, masyarakat diharapkan juga harus dapat mereduksi narasi kebencian di medsos.

Aktivis medsos dan blogger yang juga Koordinator Gerakan #BijakBersosmed, Enda Nasution mengatakan, berinteraksi dan berdiskusi di medsos membuat manusia kurang sensitif terhadap perasaan atau apa yang dialami oleh lawan bicara. Hal itu karena memang tidak ada konsekuensi langsung pada saat manusia berbicara di medsos.

“Ini dikarenakan kita tidak melihat wajahnya langsung, tidak melihat reaksi langsung dari mereka, sehingga seolah-olah banyak orang merasa lebih berani untuk menyebarkan konten-konten negatif atau bahkan kebencian secara langsung lewat medsos. Jadi kita harus lebih sensitif lagi terhadap hal tersebut,” ujar Enda, di Jakarta, Kamis (31/1/2019).

Enda mengatakan, masyarakat pengguna medsos juga harus menyadari apa yang diucapkan di medsos bukan tanpa konsekuensi, apakah itu konsekuensinya sosial sampai konsekuensi hukum Sehingga pengguna medsos juga harus tahu bahwa penyebaran kebencian bukan hanya sekedar melanggar hukum, tetapi juga melanggar norma dan etika.

“Sebagai manusia yang baik dan manusia utuh apalagi kalau kita mau mengambil dari nilai-nilai Pancasila, tentunya penyebaran kebencian langsung di dunia nyata maupun melalui medsos bukanlah sesuatu yang baik untuk dilakukan. Itu saja sudah melanggar norma dan etika sebagai manusia,” tuturnya.

Terhadap siskamling medsos, Enda mengakui walaupun hal tersebut sesuatu yang bisa dijalankan, tapi sepertinya saat ini belum menjadi perhatian utama di masyarakat. Hal ini karena terkadang saat masyarakat melaporkan sebuah konten yang ditemukan biasanya sudah dimintai berbagai data, informasi dan sebagainya.

“Kadang seringkali juga karena tidak ada progres atau tidak ada feedback terhadap hasil dari aduan yang sudah dilakukan, maka kemudian banyak teman-teman di medsos merasa bahwa apa yang sudah dilaporkan tidak ada pengaruhnya atau tidak ada tindakan lebih lanjut. Itulah yang membuat tidak semua orang mau melakukan siskamling medsos tersebut,” katanya.

Namun demikian, menurut dia, untuk menggalakkan agar masyarakat mau melakukan siskamling di Medsos tentunya diperlukan berbagai strategi bisa dilakukan dengan beberapa metode. Pertama, memudahkan bagaimana cara masyarakat untuk melaporkan. Lalu perlu adanya sosialisasi di masyarkat.

“Dari sisi otoritas yang menerima laporan aduan juga harus mencermati hal tersebut agar kemudian lebih banyak orang yang mau melakukan siskamling di medsos. Kalau hal tersebut sudah dilaksanakan, menurut saya jumlah mereka yang mau mengadukan layanan aduan ujaran kebencian maupun konten-konten negatif itu bisa lebih banyak,” tuturnya.
Oleh karena itu, kata dia, siskamling medsos bisa digunakan sebagai momentum untuk mereduksi narasi kebencian yang ada di dunia maya demi menjaga persatuan di mayarakat itu sendiri melalui dunia maya,Kendati demikian agar siskamling medsos ini dapat digalakkan di masyarakat, Enda mengatakan masyarakat juga harus mendapatkan pendidikan untuk menggunakan medsos agar tidak mudah terpengaruh isi atau menyebarkan konten yang mengandung unsur ujaran kebencian

“Bicara soal pendidikan, sebenarnya ini masuk dalam ranah edukasi literasi digital. Ini adalah suatu strategi jangka panjang di mana memang dengan maraknya penggunaan teknologi digital, maka edukasi terhadap penggunaan teknologi digital yang baik dan benar itu juga perlu digalakkan. Salah satu strateginya sebenarnya harusnya bekerjasama dengan dunia pendidikan,” ujarnya.

Dia mencontohkan, saat ini salah satu yang sudah berjalan adalah gerakan literasi digital nasional, Siberkreasi.

Siberkreasi sedang menyusun dan bekerja sama dengan kementerian pendidikan untuk bisa memasukkan literasi digital ke kurikulum pendidikan. Ini merupakan terobosan dan inovasi-inovasi agar bisa struktur.

“Di sisi lain secara swadaya masyarakat juga ada banyak gerakan gerakan literasi digital, dimana memang penggunaan teknologi digital yang baik dan menarik perlu dilakukan,” tuturnya.

Dia mengungkapkan, Gerakan #BijakBersosmed juga terus mengkampanyekan bagaimana cara menggunakan medsos secara bijak. Apalagi komponen ini tidak bisa berjalan sendirian. Tentu harus bersinergi dengan pemerintah, komunitas dan masyarakat secara swadaya.

“Karena ini merupakan kepentingan kita bersama, terutama yang tidak kalah pentingnya adalah teman-teman dari media yang terus-menerus harusnya mengkampanyekan bagaimana penggunaan media digital secara baik dan benar,” katanya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0799 seconds (0.1#10.140)