Harlah ke-93, Eksistensi NU Terus Menemukan Aktualitasnya

Rabu, 30 Januari 2019 - 20:54 WIB
Harlah ke-93, Eksistensi...
Harlah ke-93, Eksistensi NU Terus Menemukan Aktualitasnya
A A A
JAKARTA - Nahdlatul Ulama (NU) lebih tua dari Indonesia. Besok, 31 Januari 2019, NU menginjak usia ke-93 tahun. Hampir berusia seabad, eksistensi NU terus menemukan aktualitasnya. Kontribusi NU bagi bangsa Indonesia pun tidak perlu diragukan lagi.

Ketua Pengurus Harian PBNU, Robikin Emhas memaparkan sejumlah resep mengapa NU eksis hingga kini menjadi ormas Islam terbesar di Indonesia. Menurutnya, NU lahir salah satu semangatnya adalah untuk mempertahankan tradisi dan khazanah budaya yang menopang ajaran dan syi’ar agama.

Bagaimana menjadikan budaya sebagai infrastruktur agama. Tentu saja sepanjang tradisi, budaya dan adat istiadat yang ada tidak bertentangan dengan syariat Islam. Sebab agama kering tanpa budaya.

“Kaidah fikihnya al-muhafadzah ‘alal-qadim al-shalih wal-akhdzu bil-jadid al-ashlah. Melestarikan nilai-nilai lama yang baik dan menerapkan nilai-nilai baru yang lebih baik,” katanya saat tanya jawab wartawan tentang Harlah ke-93 NU di Jakarta, Rabu (30/1/2019).

Semangat inilah yang pada dekade 80-an oleh Deliar Noer dikategorisasi sebagai gerakan kelompok tradisional. Jadi meski sekarang NU telah memiliki aset pendidikan dan rumah sakit modern sekalipun, NU masih tetap digolongkan kelompok tradisional.

“Kalau mau objektif, predikat tradisional yang melekat inilah sebenarnya yang membuat eksistensi NU terus menemukan aktualitasnya. Bagi NU kemajuan sebuah peradaban penting. Tetapi tetap mengakarnya peradaban pada nilai-nilai tradisi yang lestari, menjadi hal yang jauh lebih penting,” ujarnya.

Terkait dengan kehidupan bernegara, sebagai ormas NU memiliki dua tanggung jawab sekaligus. Pertama tanggung jawab keagamaan atau mas’uliyah diniyah dan kedua tanggung jawab kebangsaan atau mas’uliyah wathaniyah. Tanggung jawab keagamaan NU adalah bagaimana terus mengembangkan paham keagaamaan ala ahlussunnah wal jamaah yang terkenal dengan prinsip moderasi dan wasathiyah itu.

Tangggung jawab kebangsaan NU adalah bagaimana menjalankan komitmen kebangsaan dan kenegaraan dalam bingkai NKRI. “Dari dulu NU selalu konsisten menjalankan dua peran ini baik diminta atau tidak oleh negara. Karena itu NU tidak pernah sekalipun punya catatan makar terhadap negara,” tandasnya.

Mengenai kondisi kekinian di Indonesia, NU melihat mulai hilangnya semangat nasionalisme dari generasi muda. Oleh karenanya NU merasa perlu mendorong negara untuk bangkit kembali menumbuhkan kecintaan kita pada tanah air dan bangsa.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1170 seconds (0.1#10.140)