Jaga Kedamaian dengan Bersihkan Medsos dari Ujaran Kebencian

Senin, 14 Januari 2019 - 19:10 WIB
Jaga Kedamaian dengan...
Jaga Kedamaian dengan Bersihkan Medsos dari Ujaran Kebencian
A A A
JAKARTA - Provokasi, fitnah, dan ujaran kebencian harus terus diwaspadai bangsa Indonesia yang masyarakatnya beragam.

Kerukunan dapat berubah menjadi konflik, sementara persatuan dapat menjadi perpecahan akibat penyebaran ujaran kebencian (hate speech) dan berita bohong (hoaks). Gesekan antarmasyarakat di dunia nyata menjadi rawan akibat provokasi kebencian di dunia maya tersebut.

Ketua Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo), Septiaji Eko Nugroho meminta masyarakat Indonesia untuk sama-sama membersihkan media sosial (medsos) dari ujaran kebencian untuk menjaga kedamaian dan keberagaman yang ada di Indonesia.

Apalagi di tahun 2019 ini Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi, yakni pemilihan umum (pemilu), dan pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres). Masyarakat diajak untuk merefleksikan diri agar tahun 2019 bisa terbebas dari ujaran kebencian di medsos.

“Sekarang kita dihantui maraknya penyebaran hoaks yang menghancurkan pikiran membuat orang jadi sakit jiwa kemudian membuat permusuhan. Lebih kita sebarkan konten tentang cinta dan damai di medsos agar negeri kita menjadi sejuk dan tenteram,” tutur Septiaji, di Jakarta, Senin (14/1/2019).

Agar medsos terbebas dari ujaran kebencian dan hoaks, dia mengimbau masyarakat duduk bersama.Dalam pertarungan demokrasi, orang dipersilakan untuk berdebat, berargumen, berkompetisi. Namun satu hal yang tidak boleh dilakukan, yakni tidak boleh menoleransi kebohongan serta kebencian dan menyebarkannya melalui medsos. Karena hal tersebut sebenarnya sudah dilarang baik melalui norma hukum, agama, sosial maupun budaya.
“Di tahun 2019 ini seharusnya menjadi titik tolak kita bersama untuk dapat bersama-sama melanjutkan hidup kita di Bumi Pertiwi ini tanpa menggunakan kebencian, kebohongan, hasut, fitnah di medsos. Justru sebaliknya, semua teknologi yang sudah kita bisa gunakan itu seharusnya justru bisa mempercepat kita menjadi negara maju,” tuturnya.

Dia juga mengimbau masyarakat menahan diri agar tidak mudah terprovokasi terhadap hasutan kebencian, baik di medsos ataupun dunia nyata. Hal ini bisa dilakukan masyarakat untuk perlu berlatih dan mempraktekkan pengendalian diri ketika menerima informasi atau pun hendak menulis dan mau menyebarkan ulang segala informasi yang diterima

Pengendalian diri ini, kata Septiaji, sangat penting sehingga masyarakat tidak menjadi reaktif atau kemudian mudah dikompori oleh informasi-informasi yang kadang mengandung unsur hasut atau kebenaran separo atau yang sifatnya itu mengadu domba untuk membenci orang lain. Pengendalian diri itu menjadi hal yang harus ditekankan bersama.

Apalagi, menurut dia, semua masyarakat Indonesia ini memiliki keberagaman. Sejatinya politik yang ada di Indonesia yakni mewakili keberagaman tersebut.

“Yang perlu dipahami masyarakat adalah tidak ada namanya hitam putih dalam politik, misalnya ada suatu kelompok pendukung suatu partai, atau suatu figur yang lalu menjadi kandidat, maka kita harus memahami bahwa semua orang yang berada dalam panggung politik itu tentunya semua memiliki kelebihan dan kekurangan,” ucapnya.

Ketika ada kontestasi politik seperti pemilu atau pilpres, kata Septiaji, masyarakat dipersilakan untuk mendukung calonnya sekuat tenaga. Tetapi tidak boleh menggunakan hoaks dan ujaran kebencian, apalagi menyebarkannya melalui medsos.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5830 seconds (0.1#10.140)