PBVSI Menilai POP Wadah yang Tepat untuk Perempuan Berkompetisi
A
A
A
BOGOR - Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) menilai Pekan Olahraga Perempuan (POP) di Bogor yang digelar Fatayat NU merupakan wadah yang tepat untuk perempuan berkompetisi di bidang olahraga. Selama ini belum pernah ada kompetisi olahraga yang murni diinisiasi oleh ormas perempuan dan semua pesertanya juga perempuan.
Kepala tim wasit PBVSI Apendi AS mengatakan, Fatayat NU berhasil menyadarkan semua pihak bahwa perempuan yang punya bakat atau hobi berolahraga perlu difasilitasi. Sehingga kegemaran mereka tersalurkan dengan tepat.
"Apalagi Fatayat berhasil menggaet Menpora dan seluruh pertandingannya dilakukan dengan profesional. Ini bagus banget," katanya di Bogor, Minggu (30/9/2018).
Satu hal lain yang menjadi keunikan di POP ini adalah rentang batas minimum usia peserta yaitu 35 tahun. Maka sisi positif yang bisa diambil ternyata ada beberapa mantan pemain klub yang ikut bertanding. Mereka rindu berjuang kembali di lapangan.
"Ada beberapa tim voli yang saya amati mereka dulunya adalah mantan pemain klub profesional dan kalau dilihat dari gaya mainnya masih tetep jago tuh," tambahnya.
Komite Olahraga Tradisional Indonesia (KOTI) menyatakan, POP sudah tepat mengangkat kembali kejayaan olahraga tradisional seperti hadang. "Pesertanya banyak lansia, artinya mereka happy karena seperti mengulang permainan masa kecilnya. Ya meski bedanya disini ada aturan main," ujar Umam, pengurus KOTI pusat.
Menurutnya, saat ini olahraga tradisional mulai digalakkan lagi oleh pemerintah setelah sempat redup popularitasnya dibanding olahraga modern. "KOTI berharap POP ini bisa jadi ajang tahunan. Sebisa mungkin nantinya cabor-cabor tradisional yang dipertandingkan lebih banyak lagi," katanya.
Meski usia tak lagi muda namun semangat dan tenaga para atlet POP patut di acungi jempol. Bertahan sampai besok, tiga klub yang lolos ke babak final akan diumumkan pada acara penutupan.
Kepala tim wasit PBVSI Apendi AS mengatakan, Fatayat NU berhasil menyadarkan semua pihak bahwa perempuan yang punya bakat atau hobi berolahraga perlu difasilitasi. Sehingga kegemaran mereka tersalurkan dengan tepat.
"Apalagi Fatayat berhasil menggaet Menpora dan seluruh pertandingannya dilakukan dengan profesional. Ini bagus banget," katanya di Bogor, Minggu (30/9/2018).
Satu hal lain yang menjadi keunikan di POP ini adalah rentang batas minimum usia peserta yaitu 35 tahun. Maka sisi positif yang bisa diambil ternyata ada beberapa mantan pemain klub yang ikut bertanding. Mereka rindu berjuang kembali di lapangan.
"Ada beberapa tim voli yang saya amati mereka dulunya adalah mantan pemain klub profesional dan kalau dilihat dari gaya mainnya masih tetep jago tuh," tambahnya.
Komite Olahraga Tradisional Indonesia (KOTI) menyatakan, POP sudah tepat mengangkat kembali kejayaan olahraga tradisional seperti hadang. "Pesertanya banyak lansia, artinya mereka happy karena seperti mengulang permainan masa kecilnya. Ya meski bedanya disini ada aturan main," ujar Umam, pengurus KOTI pusat.
Menurutnya, saat ini olahraga tradisional mulai digalakkan lagi oleh pemerintah setelah sempat redup popularitasnya dibanding olahraga modern. "KOTI berharap POP ini bisa jadi ajang tahunan. Sebisa mungkin nantinya cabor-cabor tradisional yang dipertandingkan lebih banyak lagi," katanya.
Meski usia tak lagi muda namun semangat dan tenaga para atlet POP patut di acungi jempol. Bertahan sampai besok, tiga klub yang lolos ke babak final akan diumumkan pada acara penutupan.
(poe)