Unkris Jajaki Kerja Sama dengan 7 Perguruan Tinggi Jepang
A
A
A
JAKARTA - Universitas Krisnadwipayana (Unkris) akan menjajaki kerja sama dengan tujuh perguruan tinggi swasta di Jepang. Program kerja sama ini diinisiasi Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis).
“Kami diajak Kopertis untuk menjajaki program kerja sama dengan perguruan tinggi swasta di Jepang, pada 30 Oktober berangkat dan akan berada di Jepang selama 7 hari. Kami akan menjajaki kerja sama dengan 7 perguruan tinggi swasta di Jepang,” kata Rektor Unkris Dr H Abdul Rivai SE MSi didampingi Wakil Rektor I Dr H Guswandi SE MM dan Wakil Rektor III Drs Soeharsono MM SH MH, saat pelantikan Rektor Unkris Periode 2018-2022 di Kampus Unkris, Jatiwaringin, Jakarta, Rabu (26/9/2018).
Menurut Rivai, sejumlah perguruan tinggi diajak Kopertis untuk menandatangani Memorandum of Agreement (MoA) dengan 7 perguruan tinggi swasta Jepang. Bentuk kerja sama dilakukan dalam koridor tridarma perguruan tinggi. Yakni meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian.
“Kalau di aspek pendidikan bisa dalam bentuk pertukaran dosen, mahasiswa atau melakukan penelitian bersama antar dua perguruan tinggi di dua negara. Misalkan kita melihat sesuatu yang baik di Jepang dan tidak baik di Indonesia, maka bisa diteliti kenapa di sana baik dan di sini tidak baik,” kata Rivai.
Selanjutnya, dari hasil penelitian di Jepang tersebut, kemudian dibawa dan diaplikasikan di Indonesia. Lalu disumbangkan ke pemerintahan sesuai aspek dengan apa yang diteliti. Misalnya soal pengelolaan usaha, kecil dan menengah (UKM), di Indonesia kurang terkoordinir dan terkelola dengan baik. Kondisi berbeda terjadi di Jepang, UKM bisa rapi dan terkelola dengan baik. “Kenapa bisa rapi maka bisa diteliti,” ujar Rivai yang dilantik jadi rektor Unkris untuk masa jabatan periode kedua.
Begitu juga sebaliknya dengan apa yang dilakukan perguruan tinggi di Jepang, misalnya Jepang melihat sesuatu hal yang baik di Indonesia untuk diteliti, lalu dicoba diterapkan di Jepang. “Sebetulnya sih ini semacam saling tukar menukar informasi tapi dalam konteks akademik,” jelas Rivai.
Menurut Rivai, Unkris juga sudah melakukan kerja sama internasional dengan sejumlah perguruan tinggi di negeri lain. Yakni di Malaysia, Thailand dan Filipina. “Langkah ini dilakukan dalam rangka membina staf pengajar untuk kepentingan jangka panjang, agar para pengajar mempunyai wawasan global,” kata Rivai.
Apalagi, kata dia, saat ini dunia sudah tidak ada batas atau sekat antar negara (borderless). Selain itu mahasiswa juga harus berpikir terbuka. “Jadi kalau mahasiswa dan dosen hanya berpikir di kampus saja maka akan sulit maju. Hal inilah yang menjadi salah satu tantangan kami,” kata Rivai.
Rivai menjelaskan, untuk peningkatan kualitas dosen, Unkris juga sudah mengirim sebanyak 8 dosen dari 4 fakultas ke Malaysia untuk mengikuti akademik recharging selama 1 bulan. Di sana, dosen digodok selama 1 bulan untuk memantapkan kemampuan penelitian dan pengabdian masyarakat.
“Diharapkan dari 8 orang itu bisa ditularkan ke dosen-dosen lainnya. Program recharging dosen akan dibuat setiap tahun, dikirim ke Malaysia, Thailand atau Filipina,” kata dia.
Rivai berharap dengan melakukan langkah-langkah kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri tersebut, pencapaian target peningkatan kualitas Unkris di masyarakat bisa tercapai dalam kurun waktu singkat. “Harapan kami visi Unkris bahwa pada tahun 2025 menjadi universitas yang unggul juga bukan hanya mimpi tapi jadi kenyataan,” kata dia.
Di sisi lain, kata Rivai, mahasiswa diharapkan juga mampu unggul di bidang akademik, berbarengan juga dengan sikap perilaku. Hal ini sudah dicerminkan dengan kegiatan Jumat Sehat Mahasiswa Unkris yang sudah dijalankan sejak 3 tahun lalu.
Saat ini berdasarkan peringkat perguruan tinggi di Ditjen Kelembagaan Iptek dan Dikti, peringkat Unkris meningkat dari semula hanya ranking 1.700, kini pada tahun 2018 menjadi ranking 208 dengan akreditasi B.
“Tahun depan Unkris menargetkan masuk ranking 100 besar dengan akreditasi A. Hal ini yang menjadi tantangan untuk membangun universitas yang besar,” kata Rivai.
Sementara itu, Sekretaris Program Pasca Sarjana dan Doktoral Unkris Dr Firman Wijaya SH MH mengatakan, Unkris berusaha tetap menjaga suistainable leadership atau kepemimpinan berkesinambungan dan berkelanjutan berbasis tridarma peguruan tinggi unggulan.
“Kami berharap hal ini dapat terus dikembangkan oleh DR Rivai sebagai Rektor Unkris yang terpilih untuk periode kedua. Kami juga mendukung rencana kerja sama dengan 8 perguruan tinggi swasta di Jepang. Tujuannya adalah dalam rangka peningkatan mutu kelulusan dalam program kerja sama nasional dan intenasional,” pungkas pengacara mantan Ketua DPR Setya Novanto ini.
“Kami diajak Kopertis untuk menjajaki program kerja sama dengan perguruan tinggi swasta di Jepang, pada 30 Oktober berangkat dan akan berada di Jepang selama 7 hari. Kami akan menjajaki kerja sama dengan 7 perguruan tinggi swasta di Jepang,” kata Rektor Unkris Dr H Abdul Rivai SE MSi didampingi Wakil Rektor I Dr H Guswandi SE MM dan Wakil Rektor III Drs Soeharsono MM SH MH, saat pelantikan Rektor Unkris Periode 2018-2022 di Kampus Unkris, Jatiwaringin, Jakarta, Rabu (26/9/2018).
Menurut Rivai, sejumlah perguruan tinggi diajak Kopertis untuk menandatangani Memorandum of Agreement (MoA) dengan 7 perguruan tinggi swasta Jepang. Bentuk kerja sama dilakukan dalam koridor tridarma perguruan tinggi. Yakni meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian.
“Kalau di aspek pendidikan bisa dalam bentuk pertukaran dosen, mahasiswa atau melakukan penelitian bersama antar dua perguruan tinggi di dua negara. Misalkan kita melihat sesuatu yang baik di Jepang dan tidak baik di Indonesia, maka bisa diteliti kenapa di sana baik dan di sini tidak baik,” kata Rivai.
Selanjutnya, dari hasil penelitian di Jepang tersebut, kemudian dibawa dan diaplikasikan di Indonesia. Lalu disumbangkan ke pemerintahan sesuai aspek dengan apa yang diteliti. Misalnya soal pengelolaan usaha, kecil dan menengah (UKM), di Indonesia kurang terkoordinir dan terkelola dengan baik. Kondisi berbeda terjadi di Jepang, UKM bisa rapi dan terkelola dengan baik. “Kenapa bisa rapi maka bisa diteliti,” ujar Rivai yang dilantik jadi rektor Unkris untuk masa jabatan periode kedua.
Begitu juga sebaliknya dengan apa yang dilakukan perguruan tinggi di Jepang, misalnya Jepang melihat sesuatu hal yang baik di Indonesia untuk diteliti, lalu dicoba diterapkan di Jepang. “Sebetulnya sih ini semacam saling tukar menukar informasi tapi dalam konteks akademik,” jelas Rivai.
Menurut Rivai, Unkris juga sudah melakukan kerja sama internasional dengan sejumlah perguruan tinggi di negeri lain. Yakni di Malaysia, Thailand dan Filipina. “Langkah ini dilakukan dalam rangka membina staf pengajar untuk kepentingan jangka panjang, agar para pengajar mempunyai wawasan global,” kata Rivai.
Apalagi, kata dia, saat ini dunia sudah tidak ada batas atau sekat antar negara (borderless). Selain itu mahasiswa juga harus berpikir terbuka. “Jadi kalau mahasiswa dan dosen hanya berpikir di kampus saja maka akan sulit maju. Hal inilah yang menjadi salah satu tantangan kami,” kata Rivai.
Rivai menjelaskan, untuk peningkatan kualitas dosen, Unkris juga sudah mengirim sebanyak 8 dosen dari 4 fakultas ke Malaysia untuk mengikuti akademik recharging selama 1 bulan. Di sana, dosen digodok selama 1 bulan untuk memantapkan kemampuan penelitian dan pengabdian masyarakat.
“Diharapkan dari 8 orang itu bisa ditularkan ke dosen-dosen lainnya. Program recharging dosen akan dibuat setiap tahun, dikirim ke Malaysia, Thailand atau Filipina,” kata dia.
Rivai berharap dengan melakukan langkah-langkah kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri tersebut, pencapaian target peningkatan kualitas Unkris di masyarakat bisa tercapai dalam kurun waktu singkat. “Harapan kami visi Unkris bahwa pada tahun 2025 menjadi universitas yang unggul juga bukan hanya mimpi tapi jadi kenyataan,” kata dia.
Di sisi lain, kata Rivai, mahasiswa diharapkan juga mampu unggul di bidang akademik, berbarengan juga dengan sikap perilaku. Hal ini sudah dicerminkan dengan kegiatan Jumat Sehat Mahasiswa Unkris yang sudah dijalankan sejak 3 tahun lalu.
Saat ini berdasarkan peringkat perguruan tinggi di Ditjen Kelembagaan Iptek dan Dikti, peringkat Unkris meningkat dari semula hanya ranking 1.700, kini pada tahun 2018 menjadi ranking 208 dengan akreditasi B.
“Tahun depan Unkris menargetkan masuk ranking 100 besar dengan akreditasi A. Hal ini yang menjadi tantangan untuk membangun universitas yang besar,” kata Rivai.
Sementara itu, Sekretaris Program Pasca Sarjana dan Doktoral Unkris Dr Firman Wijaya SH MH mengatakan, Unkris berusaha tetap menjaga suistainable leadership atau kepemimpinan berkesinambungan dan berkelanjutan berbasis tridarma peguruan tinggi unggulan.
“Kami berharap hal ini dapat terus dikembangkan oleh DR Rivai sebagai Rektor Unkris yang terpilih untuk periode kedua. Kami juga mendukung rencana kerja sama dengan 8 perguruan tinggi swasta di Jepang. Tujuannya adalah dalam rangka peningkatan mutu kelulusan dalam program kerja sama nasional dan intenasional,” pungkas pengacara mantan Ketua DPR Setya Novanto ini.
(pur)