Jarang Digunakan Komunikasi, Bahasa Papua Terancam Punah

Sabtu, 01 September 2018 - 00:41 WIB
Jarang Digunakan Komunikasi, Bahasa Papua Terancam Punah
Jarang Digunakan Komunikasi, Bahasa Papua Terancam Punah
A A A
JAKARTA - Bahasa asli masyarakat Papua terancam punah. Padahal, fungsi bahasa (linguistik) di sebuah komunitas maupun suatu daerah merupakan hal yang sangat penting dalam keragaman budaya suatu negara.

Hal itu diungkapkan Willem Burung, putra Papua peraih gelar Doktor dari Universitas Oxford, saat seminar dan diskusi yang diadakan oleh Oxford Society of Indonesia di Hotel Shangri-La, Jakarta.

"Kita mungkin sulit membayangkan kalau bahasa yang kita pakai akan punah, tapi pada kenyataanya, sebuah bahasa dapat saja mengalami kepunahan. Punahnya suatu bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor," jelas Willem Burung dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews, Jumat (31/8/2018).

Faktor-faktor tersebut meliputi Karena tidak lagi digunakan dalam komunikasi, baik melalui sikap berbahasa, pilihan berbahasa, atau punahnya penutur jati/native speakers. Faktor lainnya karena kebijakan berbahasa (language policy). Ini bisa melalui pemusnahan bahasa, dominasi bahasa lain, maupun pembatasan ranah pemakaian.

Faktor lainnya yang disebabkan bukan dari suatu kebijakan atau faktor lainnya adalah karena bencana alam, seperti tsunami, gempa, longsor, wabah penyakit, atau wabah kelaparan dan pemusnahan etnis.

Dia mencontohkan, salah satunya bahasa Wano dan beberapa bahasa daerah di Indonesia. Wano adalah sebuah bahasa di Papua yang digunakan oleh sekitar 7000 orang penutur asli / native speakers, yang tinggal di daerah sekitar Puncak Jaya, puncak gunung tertinggi di Indonesia.

"Menurut Gary F. Simons dan Charles D.Fennig (2018), bahasa Wano termasuk kategori 6b (Threatened), yaitu kategori bahasa yang terancam punah," katanya.

Dalam seminar ini Willem juga menunjukkan beberapa peran linguistik dalam pembangunan masyarakat dan kepentingan bahasa. Menurut dia, umumnya orang memandang linguistik sebagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan hal belajar-mengajar dan atau menerjemah-menafsirkan bahasa asing. Ternyata pemahaman seperti ini tidak benar.

"Linguistik adalah sebuah studi ilmiah tentang bahasa manusia. Seorang linguis bekerja dengan menganalisis struktur bahasa sesuai pemakaian bahasa seturut penutur jati/native speakers. Aspek-aspek linguistik yang dipelajari seorang linguis di antaranya properti bunyi (fonetik), struktur bunyi (fonologi), struktur kata (morfologi), struktur klausa (sintaksis), struktur kalimat (sintaksis), analisis semantik, dan analisis pragmatik," kata pria yang pernah menjadi konsultan linguistik dan bahasa di Universitas Negeri Papua.

Presiden Oxford Society of Indonesia Rio Haminoto mengatakan, secara regular Oxford University Society mengadakan dialog di antara para alumni dan intelektual Universitas Oxford, pemerhati bidang dan para pemangku kepentingan di Indonesia untuk menghasilkan rangkaian pertukaran berbagai macam ide di berbagai bidang.
"Diharapkan kami dapat dan mampu menghasilkan sebuah kontribusi nyata untuk Indonesia," tegasnya.

Acara kali ini merupakan yang keempat dalam rangkaian seri bernama Monthly Talk. Topik-topik yang telah diangkat sebelumnya mencakup konservasi harimau Sumatra, pengukuran tingkat kemiskinan dan penemuan baru dalam riset panel surya yang berpotensi menghemat milyaran rupiah per hari jika diaplikasikan di jaringan listrik Jawa-Bali.

Acara ini juga dihadiri oleh berbagai narasumber yang merupakan tokoh masyarakat dalam bidang budaya, sejarah, sosial dan kemasyarakatan, yang turut memberikan masukan dan ide-ide dalam diskusi acara tentang kesadaran akan kepunahan bahasa dan apa yang dapat dilakukan untuk menghindari hal tersebut.

Indonesia adalah negara dengan kekayaan budaya yang luar biasa, yang memiliki lebih dari 300 grup etnik yang berbeda, dengan bahasa-bahasa yang berbeda. Kita semua memiliki kewajiban untuk melestarikan dan menjaga budaya warisan bangsa dari kepunahan.

"Riset seperti yang telah dilakukan oleh Dr. Willem Burung tentunya sangat berharga dalam melestarikan kekayaan bahasa yang dimiliki bangsa kita ini," imbuh Rio Haminoto.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8565 seconds (0.1#10.140)